Kata-kata yang banyak diomongkan, tetapi konon susah dilaksanakan. Tetapi dari tanggal 15 Mei yang lalu hingga kini dua tiga kata itu tak lepas dari mata telinga untuk direnungkan.
Kebetulan tg.15 Mei ini, Hari Minggu keV setelah Paskah dengan pesan renung dari Gerejaku pesan Yesus untuk saling mengasihi, sebagai ciri paguyuban pengikutnya.Â
Selanjutnya tg 16 Mei, Hari Raya Waisak umat Budha, dengan thema : Kebijaksanaan menuju Kebahagiaan sejati. Dan tidak kalah mengesan bagi saya hari kemarin saudara seiman, Â menghadap Tuhan terakhir sebagai pastur, mahasiswa S3 di IAIN Yogyakarta, dikenal oleh teman-teman seangkatan sebagai aspirator Plularisme.
Untuk menghangatkan pemikiran langsung saja saya kutipkan catatan tentang pastur muda Ag.Suryonugroho pr (1974-2022) dari sumber resmi ini : Â Tahun 1998, di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, di siang yang panas, seorang diri Romo Suryo Nugroho bersujud dan berdoa sambil menahan salib di pundak.Â
Salib itu telah dipanggulnya dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, menyusuri jalanan Jogja, sebagai aksi protes atas penculikan beberapa aktivis pro demokrasi pada masa itu. Pada balok kayu salib yang ia panggul, tertulis nama-nama para aktivis gerakan yang hilang dan diduga diculik oleh aparat rezim Orde Baru.
Ini adalah tindakan simbolis yang almarhum pilih. Untuk menyampaikan keprihatinan dan keberpihakan terhadap nilai yang pantas dijunjung tinggi: Â kebebasan dan kemandirian menyampaikan kritik profetis atas praktik bernegara.
Di Taman Makam Pahlawan yang panas siang itu, seorang diri, Suryo Nugroho dikepung oleh lusinan aparat bersenjata lengkap dengan berbagai kendaraan taktis. Hanya seorang Suryo Nugroho yang berkeliling memanggul salib, harus dihadapi oleh lusinan aparat bersenjata lengkap dengan beragam kendaraan. Â (Sumber: sesawi.net)
Dia ini meninggal kemarin di Hari Umat beragama Budha merayakan Hari Waisak. Bagi saya suatu pengalaman yang menjawab harapan Admin Kompasiana: "bagaimana cara menjalani hidup dengan bijaksana supaya kita dapat menuju kebahagiaan sejati? Apakah kita harus mulai menerapkan ajaran Buddha, seperti belajar kesederhanaan, cinta kasih, hingga mulai menyeimbangkan batin?" Â (Kompasiana.com)Â
Bagi saya Suryonugroho seorang plurarisme pastur, dia juga S2 dari Roma yang belajar untuk S3 Islamologi itu, Â mempunyai rekam jejak dari masa 1998 yang tidak sembarangan. Bagi saya Suryonugroho menjawab pertanyaan Admin Kompasiana. Belum lagi kalau saya memakai pemahaman terhadap pesan Minggu tersebut tadi : bacaan dari Injil Yohanes 13 : 31-33a.34-35 "Perintah baru untuk saling mengasihi."
Yesus memandang rencana jahat Yudas untuk menyerahkan-NYA kepada para pemimpin agama Yahudi dan penyaliban yang akan dihadapi-NYA sebagai cara Allah Bapa untuk memuliakan-NYA serta jalan bagi-NYA untuk memuliakan Allah Bapa, ayat 31-32. Yesus sadar bahwa IA akan berpisah dengan para murid-NYA,IA akan pergi kepada Bapa-NYA.maka berpesan "Aku memberikan perintah baru kepadamu yaitu supaya kamu saling mengasihi,sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi," (sebagai tanda khas pengikutNya). (ayat 34-35).
Suryonugroho dengan damai berempati dan solider dengan korban ketidak-adilan. Sebuah cara bijak melaksanakan cinta kasih dalam bentuk mendekati lengkap. Dan rasa senasib itu masih bisa lebih nampak dalam cerita berikut ini :
Seorang Antropolog mengajak anak-anak dari suku di Afrika untuk memainkan satu permainan. Ia meletakkan sekeranjang buah di dekat pohon dan mengatakan kepada anak-anak: Larilah, siapa di antara kalian yang mencapai pohon itu lebih dahulu akan mendapatkan  buah-buahan yang manis." Tetapi ketika ia memberi isyarat kepada anak-anak untuk memulai perlombaan, anak-anak itu malah  bergandengan tangan erat dan berlari bersama, lalu mereka semua duduk bersama dan menikmati buah yang lezat.Â
Antropolog yang terheran-heran belajar filosofi kehidupan tentang sebuah kebajikan dari orang-orang sederhana. Anak-anak itu mengatakan : Â "Obonato." Mungkinkah seseorang bahagia jika orang lain bersedih? Â "Obonato dalam bahasa mereka berarti : "Aku ada karena kita ada." Cerita ini diambil dari kiriman yang beredar di medsos.(WhatsApp)
Jadi seperti apa kebenaran tidaknya bahwa Cinta kasih mudah dimadahkan dibicarakan tapi susah dilaksanakan ?
Belajar dari pengalaman dan penghayatan peristiwa 15 -16 Mei tersebut diatas saya baru mendapat ketegasan awal seperti ini :
(satu), Kebijaksanaan adalah suatu jalan hidup menuju pada kondisi kebahagiaan sejati.(renungi pesan Admin) Cinta kasih adalah suatu kondisi kebersamaan yang diidealkan bagi umat pengikut Yesus. Dan bagi yang bukan pengikut Yesus, cinta adalah kecenderungan manusiawi untuk berbuat positip bagi yang lain dan hal itu membahagiakan dirinya.(Yesus./Obonato)
(dua) Baik kebijaksanaan maupun cinta kasih dapat dilihat sebagai kecenderungan sosial, menuju kepada kebahagiaan bersama dan berdampak bahagia dalam kehidupan bersama.(Obonato) Kebijaksanaan suatu sikap hidup yang diupayakan sebagai jalan "menuju bahagia" dapat juga sebagai kondisi hidup ideal itu sendiri.Â
Cinta kasih dapat diupayakan sebagai jalan yang diidealkan tetapi pada umumnya lebih suatu aktivitas dan kecenderungan sosial dalam kebersamaan.(Suryonugroho, keprihatinan dan keberpihakan)
Apabila digali lebih jauh Cinta kasih lebih merupakan aktivitas dan sangat miskin bila hanya berhenti pada diri sendiri saya. Untuk itu saya tertarik pada tiga kecenderungan sosial manusia yaitu : Agon, Eros, dari Prof.Dr.N.Driyarkoro SJ, dan kecenderungan yang fenomenal, Â Seksualitas.
Agon adalah kecenderungan manusiawi untuk bersaing, saling mengalahkan, seperti yang dinantikan oleh seorang anthropolog yang diceritakan di Afrika tersebut dimuka.Â
Agon sangat dibutuhkan oleh para peserta seagame saat ini. Akan tetapi juga sering menjadi pemberitaan dalam perang di Ukraina : semangat juang tentara Ukraina yang melampaui prajurit Rusia. Betapapun Agon sebenarnya sangat membahagiakan manusia juga. Sebuah kecenderungan manusiawi.
Eros adalah kecenderungan manusiawi untuk mencintai. Mentahnya Eros adalah kecenderungan untuk memiliki, mengambil kebersamaan untuk diri sendiri terhadap orang atau benda diluar dirinya untuk menjadi dekat /bersatu dengannya. Eros digagas oleh akal budi manusia menjadi pelbagai bentuk, diantaranya :
(satu) Persahabatan, (dua) Seksualitas, (tiga) Kasih Persaudaraan : yang melahirkan rasa paham/mengerti terhadap orang lain (simpati), rasa seperasaan terhadap orang lain (empati), selanjutnya rasa sepenanggungan, solidaritas, kesediaan berkorban demi pembelaan .
Hasil pembelajaran dari lingkungan sosial yg membudaya kita dapat semakin mengerti untuk menjawab semuanya  Jadi apa itu cinta dan apa itu kebijaksanaan ?  Keduanya adalah energi yang masing masing spesifik, dalam perannya, tetapi sungguh tak lepas/ eksistensial, meramu dalam diri orang, sehingga disanalah itu Kehidupan menuju kepada optimalisasinya, yang relatip dengan semangat upaya masing-masing orang.
Bagaimana pengamalannya sehingga orang tak akan ragu dengan melaksanakan sekaligus mengembangkan kebijaksanaan dan cinta kasih yang kadang disampaikan seperti seakan prestasi yang menakutkan atrau berat dilaksanakan.?Â
Maka renungan ini sampai akhir dengan pesan keseluruhan  sesuai dengan proses permenungan ini :
Kesatu : Age quod agis ! "Bertindaklah apa yang kau kerjakan" dengan kesungguhan, sehingga sadar dan mengalami kehidupan, punya saat itu pengalaman hidup..
Kedua : Quo vadis ? Berrefleksilah mau kemana kau? Â Dalami diri, dan apa yang kau alami. Kenali betul sedalam-dalamnya dan tuntas.
Ketiga : Obonato ! Aku ada karena kita ada! Bukan lagi "cogito ergo sum" Â aku berfikir maka aku ada, tetapi Aku ada karena kita ada dalam kebersamaan. "Obonato".
Dengan ketiga langkah ini hampir dengan sendirinya semua masalah selesai :
(@)Ikuti aturan dan kelembagaan sosial. (@@) hormatilah kepribadian dan privasi sesama. Â Itulah Kebijaksanaan dan Cinta kasih dalam praktek kehidupan.
Demikian kiranya upaya mencatat permenungan saya di hari istimewa  tg 15/05 Minggu Cintakasih. Tg 16/05, Hari Waisak dan Kebijaksanaan, tg.17/05 Inmemoriam Pahlawan Kepelbagaian.  Terima kasih atas kesabaran membaca tulisan ini, semoga didapat aspirasi dan manfaat apa adanya. Dan tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, Mei, 18, 2022. Emmanuel Astokodatu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI