Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Peduli Perubahan - Mengkaji Kebiasaan

29 Maret 2022   18:36 Diperbarui: 29 Maret 2022   18:42 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ada dua cerita panjang yang harus diperpendek. Bukan Cerpen, tetapi satu realita yang disamarkan dan satu perumpamaan untuk sindiran. Semua untuk memperjelas situasi nyata yang harus disikapi yaitu pentingnya pahami Perubahan dan mengkaji Kebiasaan.

Realita yang tersamar karena budaya yang bergeser itulah perubahan zaman. Peristiwanya terkirim cerita tentang Rumah Mewah yang disulap menjadi Caf yang tersamar. Siempunya pak menteri, cafenya dirumah mewah itu, dikunjungi oleh tamu kangsen, undangan terkirim antar tamu langganan. 

Ada ruang buat merokok, ada hall untuk santai berrekreasi tukar canda layaknya sahabat yang akrab kendati sejumlah perbedaan selain baju juga gaya bahasa keseharian. Padahal dimediasosial mereka saling main sikut desak senggol dan menyudutkan dan menjatuhkan, meski tidak jatuh. 

Mereka itu siapa ?  Lengkap cerita kiriman itu menyebut nama yang Pembaca pasti bisa menghitung. Dibawah ada dua catatan tentang kiriman cerita itu: pertama (1),    "Seandainya cerita Cafe itu benar, dan bisa-bisanya mereka santai setelah membuat orang bingung, alangkah teganya mereka membuat rakyat kalang kabut" kedua (2), "Itu skandal."

Sindiran atau realita tersamar berikutnya adalah cerita tentang dua anak kandung dan seorang Bapak yang baik hati. Cerita ngetrend di kalangan umat kristiani dari karya tulis Lukas (15,11dst). Anak pertama bakti dan hormat pada Ortu, membantu bekerja dikebun dan rumah, sementara yang muda menuntut harta warisan dan pergi berfoya-foya dengan perempuan keluar rumah kekota raya. 

Tiada terduga situasi krisis ekonomi terjadi dan tidak hanya minyak goreng sulit dipasaran tetapi pangan pun tidak ada cadangan. Simpanan uang tidak ada lagi si anak kerja buruh dipeternakan babi dengan hampir tanpa gajian. Kehabisan akal tiada yang dimakan, makanan babi pun tiada sisa buat dia. 

Orang muda itu teringat akan rumah dan Bapanya yang serba ada. Maka dia berfikir untuk pulang dan bertobat minta ampun pada Ayahandanya. "Aku akan terima tidak diakui anak, tetapi budakpun aku bersyukur dan tentu bisa makan". 

Pulanglah dia. Ayahnya melihat anaknya pulang dari jauh sudah diamati dan disongsongnya didepan rumah. "Anakku yang hilang sudah pulang kembali."  Diterima dan disambut dengan pesta. Bapak yang baik hati murah lagi pengampun.

Tidak terkira putera sulung. Pulang dari kerja lihat rumah ada pesta : "Ada apa?".PRT bilang bahwa adiknya pulang. Maka marahlah dia. Merasa selalu berbahkti pada ORTU tidak pernah diberi apapun untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Tidak mau masuk rumah. Tidak bisa menerima dan mengampuni adiknya.

 Anak yang selalu dekat dengan ayah bundanya tidak bisa memaafkan adiknya, maunya menghakimi dia dan menghukumnya, sampai ayahandanya membujuknya. 

Memang kadang orang yang dekat dengan orang baik malahan semangat mau menghukum dan tidak mengampuni orang lain yang bersalah, meskipun itu saudaranya. Astagaah..(kok jadi cerita panjang )

Catatan singkat untuk Cerita pertama, tersirat disana baik pokok peristiwa maupun pemberitaannya semua pengguna media sosial. Ada menteri, ada tokoh politisi yang beda pendapat tetapi satu hubungan personal yang akrab, sehingga membuat bingung masyarakat. Sementara seputar beritanya ada penulis, pengirim berita dan ada banyak penerima semua dengan sikap yang berbeda-beda. Dunia memang ramai.

Catatan singkat untuk Cerita kedua yang agak panjang tetapi hanya ada subyek pelaku Ayah dan dua anak, sementara sumber berita tertulis nama Lukas, orang abad pertama. Dan ada catatan tersisip adanya penggemar cerita Lukas yaitu umat kristiani.  

Tetapi dimana bisa kita lihat fenomena Perubahan dan wacana Kebiasaan.? Secara sumir saja dulu bisa disebut saja perubahan zaman, penggunaan medsos membawa pelbagai pengaruh dan upaya merubah pandangan orang. Kebiasaan tampak pada perilaku politis tokoh berrebut pengaruh untuk suatu kepentingan atau melanggengkan posisinya. 

Kebiasaan masyarakat yang mudah terpengaruh tanpa sikap kritis sedikitpun. Kebiasaan bermewah-mewah tidak peduli rakyat yang miskin pikir, miskin harta. Kebiasaan bisa menjadi liar dan menteror sesama warga dengan berita lewat medsos.

Tetapi ya apa salah mereka, alpa dan tidak peduli juga berhak berrekreasi dan menghibur diri, banyak pula kebiasaan saling menyalahkan dan menghakimi, justru beberapa kasus pemuka agama yang dekat pada perkara agama jauh dari Tuhan. Mereka seperti anak sulung dalam cerita Lukas terkutip, tidak mengampuni saudaranya.

Apa kata Megawati yang merasa disudutkan dan disalah mengerti?  "Kadang saya suka mikir, gimana sih Indonesia, tambah pintar enggak sih sebenarnya? Di-prek yang mau cari propaganda. Ini untuk rakyat lho, gimana coba," kata Megawati yang menyampaikan pidato secara virtual dalam acara Demo Masak Tanpa Minyak Goreng PDIP, Senin (28/3).

Megawati mengaku sedih karena banyak orang terpengaruh propaganda segelintir pihak yang hendak menyudutkannya terkait minyak goreng. Padahal, maksud pernyataannya adalah demi kepentingan rakyat. (https://www.msn.com/). Megawati dengan pertanyaan "Gimana sih Indonesia, tambah pinter enggak." bagi saya disini itu suatu rangkuman dari apa yang saya sebut Perubahan.

Memahami sikap dan perilaku orang baik pribadi maupun kelompok memang sangat perlu memahami Cara berfikir mereka. Cara berfikir dalam bertindak, belum lama seorang Kompasianer menulis berfilosofi tak perlu menunggu pinter. Ditawarkan sikap Stoasisme. 

Saya berpendapat kecerdasan otakpun membantu kebijaksanaan. Sebab peran pribadi (Aku) itu bisa didorong oleh energi yang ada di Otak, di Hati dan di Lambung. Bahkan ada yang berfikir seluruh tubuh kita seakan-akan punya "daya pikir". Cara berfikir kuno mulai dipelajari secara ilmiah dinegeri seberang.

Maka Marshall Goldsmith dan Mark Reiter menawarkan pada kita untuk terlebih dahulu mengkaji ulang sebanyaknya kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan demi hidup lebih sukses dan bahagia.

Untuk lebih mantap mari kita kaji ulang jenis jenis kebiasaan untuk di kritisi untuk pelurusan seperlunya. Kebiasaan adalah perilaku manusia yang tampak secara fisik tetapi juga kebiasaan berupa kecenderungan non fisik.  

Tetapi lebih mudah lagi kita amati kebiasaan sosial kebiasaan yang kita lakukan didepan atau bila ada orang lain, disamping jenis kebiasaan yang sungguh pribadi.

Kebiasaan sosial seperti : Terlalu mau menangnya sendiri; Terlalu semangat mau menunjukkan kelebihannya; Selalu siap komentar negatip; Terlalu mau menghakimi dan suka melihat kesalahan orang lain; Terlalu mau menyelesaikan perkara  tanpa mendengar pendapat orang lain walau didepannya; Tidak mau mendengarkan cepat memberikan informasi; Suka menerim pujian kendati itu bukan "hak"nya;  Tidak menunjukkan penyesalan ketika sadar berbuat salah; Gagal untuk memberi pujian; Lupa untuk berterima kasih.

Kebiasaan pribadi, seperti : Tanpa peduli orang lain kendati sepantasnya peduli, ketika main HP.; Mencari hiburan tidak sehat, menghindari pertemanan yang sebenarnya wajar dan baik; Cepat mencari alasan atas kelemahan diri, cepat memaafkan diri sendiri; Mengikuti rasa benci, iri, dengki, puas diri dengan kerja minim; (bagi usia lanjut:) Terlalu membanggakan masa lalunya; Kemalasan dan abaikan kebiasaan yang sehat, atau kewajiban dalam keluarga, masyarakat. Kebiasaan pribadi dapat disebut lebih banyak sesuai posisi, peran, profesi, usia setiap orang. Tetapi untuk melihat itu semua justru lebih membutuhkan keheningan.

Pembaca yang budiman, penulis ini percaya bahwa tulisan ini bisa diterima bukan sebagai daftar dosa pembaca, tetapi adalah konsekwensi dari pemikiran sederhana dari melihat perubahan zaman secara global dan bertindak secara nyata untuk lebih baik adanya. Untuk merubah dunia kearah lebih baik harus mulai dari perubahan diri sendiri.

Kita bisa memilih kebiasaan mana yang perlu diluruskan di sempurnakan sesuai dengan prinsip kepribadian dan kebersamaan, berkeluarga, bermasyarakat, berprofesi, bekerja, dan sebagai warga yang terhormat terpuji.

Selanjutnya kita bisa uji dan kaji, bila perlu dikonsultasikan dengan yang kompeten. Kajian juga mungkin memerlukan satu dua ukuran, misalnya efektivitas dan efisiensi; Mungkin juga perolehan uang; Mungkin juga informasi tentang pendapat teman. Mungkin bisa ditemukan dua paling banyak tiga pilihan untuk diambil tindakan yang perlu untuk perbaikan.

Pesan penutup : Peduli Perubahan, tidak takut berubah , bahkan harus mengubah beberapa kebiasaan yang tidak sukses dan tidak bisa hanya dalam satu detik. Tetapi sambil jalan perlu Melatih Melihat Kedepan. Biasa kita mencoba melihat dampak dan kesan-kesan, sekarang coba lebih melihat bagaimana kedepannya.

Demikian proses melangkah sehat menghadapi perubahan, semoga ada manfaatnya untuk Pembaca Yth. Maafkan bila ada yang kurang berkenan, dan terima kasih atas waktunya berkunjung dan apresiasinya.  Tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 29, 2022. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun