Catatan singkat untuk Cerita pertama, tersirat disana baik pokok peristiwa maupun pemberitaannya semua pengguna media sosial. Ada menteri, ada tokoh politisi yang beda pendapat tetapi satu hubungan personal yang akrab, sehingga membuat bingung masyarakat. Sementara seputar beritanya ada penulis, pengirim berita dan ada banyak penerima semua dengan sikap yang berbeda-beda. Dunia memang ramai.
Catatan singkat untuk Cerita kedua yang agak panjang tetapi hanya ada subyek pelaku Ayah dan dua anak, sementara sumber berita tertulis nama Lukas, orang abad pertama. Dan ada catatan tersisip adanya penggemar cerita Lukas yaitu umat kristiani. Â
Tetapi dimana bisa kita lihat fenomena Perubahan dan wacana Kebiasaan.? Secara sumir saja dulu bisa disebut saja perubahan zaman, penggunaan medsos membawa pelbagai pengaruh dan upaya merubah pandangan orang. Kebiasaan tampak pada perilaku politis tokoh berrebut pengaruh untuk suatu kepentingan atau melanggengkan posisinya.Â
Kebiasaan masyarakat yang mudah terpengaruh tanpa sikap kritis sedikitpun. Kebiasaan bermewah-mewah tidak peduli rakyat yang miskin pikir, miskin harta. Kebiasaan bisa menjadi liar dan menteror sesama warga dengan berita lewat medsos.
Tetapi ya apa salah mereka, alpa dan tidak peduli juga berhak berrekreasi dan menghibur diri, banyak pula kebiasaan saling menyalahkan dan menghakimi, justru beberapa kasus pemuka agama yang dekat pada perkara agama jauh dari Tuhan. Mereka seperti anak sulung dalam cerita Lukas terkutip, tidak mengampuni saudaranya.
Apa kata Megawati yang merasa disudutkan dan disalah mengerti? Â "Kadang saya suka mikir, gimana sih Indonesia, tambah pintar enggak sih sebenarnya? Di-prek yang mau cari propaganda. Ini untuk rakyat lho, gimana coba," kata Megawati yang menyampaikan pidato secara virtual dalam acara Demo Masak Tanpa Minyak Goreng PDIP, Senin (28/3).
Megawati mengaku sedih karena banyak orang terpengaruh propaganda segelintir pihak yang hendak menyudutkannya terkait minyak goreng. Padahal, maksud pernyataannya adalah demi kepentingan rakyat. (https://www.msn.com/). Megawati dengan pertanyaan "Gimana sih Indonesia, tambah pinter enggak." bagi saya disini itu suatu rangkuman dari apa yang saya sebut Perubahan.
Memahami sikap dan perilaku orang baik pribadi maupun kelompok memang sangat perlu memahami Cara berfikir mereka. Cara berfikir dalam bertindak, belum lama seorang Kompasianer menulis berfilosofi tak perlu menunggu pinter. Ditawarkan sikap Stoasisme.Â
Saya berpendapat kecerdasan otakpun membantu kebijaksanaan. Sebab peran pribadi (Aku) itu bisa didorong oleh energi yang ada di Otak, di Hati dan di Lambung. Bahkan ada yang berfikir seluruh tubuh kita seakan-akan punya "daya pikir". Cara berfikir kuno mulai dipelajari secara ilmiah dinegeri seberang.
Maka Marshall Goldsmith dan Mark Reiter menawarkan pada kita untuk terlebih dahulu mengkaji ulang sebanyaknya kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan demi hidup lebih sukses dan bahagia.
Untuk lebih mantap mari kita kaji ulang jenis jenis kebiasaan untuk di kritisi untuk pelurusan seperlunya. Kebiasaan adalah perilaku manusia yang tampak secara fisik tetapi juga kebiasaan berupa kecenderungan non fisik. Â