Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Mengajak Orang Lebih Terbuka?

4 Oktober 2020   10:47 Diperbarui: 4 Oktober 2020   10:56 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ternyata pertemuan dua orang ibu muda itu juga membawa 'petaka' cukup serius pada keluarga besar. Sentimen kanak kanak diantara dua ibu muda itu hidup lagi. Sikap kemanjaan bungsu pada ibunya di bahas oleh si sulung. Pertengkaran terjadi dan Ibu tua itupun terkena imbasnya. 

Luka batin bocah akibat ortu yang kurang perhatian akan akibat jauh dari sikap pemanjaan itu manusiawi, sulit dikatakan salah, tetapi sudah terjadi. Ekor pertengkaran ibu-ibu muda, anaknya ibu tua itu tercurhat pada isteri saya.

Saya belajar dari komunikasi transaksi nilai antar mereka yang dilandasi Mindset mereka.  Sentimen iri hati yang dulu menoreh hati jadi luka batin. Sikap pemanjaan kepada si bungsu memberi luka batin bagi si sulung. 

Mereka saling marah dan akhirnya pada pulang kerumah suami masing-masing tanpa memikirkan lagi protokol kesopan-santunan. Ibu tua sakit hati tidak diperhatikan. Jadi komunikasi bebas tidak selalu menguntungkan dan Mindset bisa menjadi hambatan keterbukaan yang diharapkan.

Mindset adalah pola pikir yang terbentuk dari dan atas dasar pengalaman hidup.. Psikologis Carol Dweck memaparkan dalam bukunya "Mindset- The New Psychology of Success." 

Bahwa Mindset itu theori pribadi yang dipercaya sebagai realita dirinya. Itu dikatakan teory, tetapi ya kepercayaan bagi orang intelek maupun orang sederhana. 

Ada mindset tentang dia dan uang. Ada mindset mengenai dirinya dengan grupnya, perusahaannya, dengan profesinya. Pendek kata ada mindset dirinya dengan segala capaiannya, prestasinya, relasi relasinya jabatan dst.

Carol Dweck yang saya suka memberi perbedaan antara yang 'fixed Mindset' dan yang dikatakan 'growth Mindset'. Bagi saya istilah yang mudah fixed mindset adalah bakat, talenta, kecerdasan, sementara growth mindset adalah pola pikir yang harus dikembangkan dan dipupuk oleh pengalaman. Pola pikir bertumbuh.

Maka seperti sekarang harus mendapat pupuk dan kesempatan berkembang mindset yang positip seperti pola pikir kebangsaan, pola pikir kebersamaan, pola pikir untuk sukses menghadapi revolusi-4 O. dengan digital Mindset.

Digital mindset menuntut kita kita yang dewasa harus mau terbuka untuk belajar dari siapa saja diera serba terbuka. Sementara didunia pendidikan baik disekolah maupun dirumah diperlukan kreativitas untuk inovasi metodologi dan peluang-peluang bagi anak untuk mengakses sumber-sumber pembelajaran.

Tetapi saat tulisan ini mau saya tutup saya temukan tawaran baca tulisan rekan Kompasianer Ayu Diahastuti, yang bagus sekali .Artikel pilihan utama Kompasiana berjudul 'Tumbuh bersama Inner-child'. Sampai 2 kali saya membaca, karena menarik, bagaimana itu suatu pengalaman pribadi dalam penemuan diri melalui meditasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun