"Kelima, semua pihak harus memberikan jaminan arus logistik yang lancar dari pusat sampai ke daerah, dari gudang-gudang logisitik sampai ke daerah. Keenam, kebijakan stimulus ekonomi harus betul-betul tepat sasaran dan fokus pada pemutusan rantai penularan covid," ujar Yurianto. Â (TEMPO.CO, Jakarta -3 Mei)
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Arteria Dahlan mengingatkan pemerintah tidak perlu terburu-buru menerapkan relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Rupanya merespon wacana Menko Polkam. (REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Â )
Dan menurut berita KONTAN.CO.ID, Perpu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) (4 Mei)disetujui akan ditetapkan menjadi Undang Undang (12 Mei).
Menurut Menkeu, virus corona Covid-19 telah menciptakan hantaman hebat kepada seluruh dunia yang telah menelan korban jiwa manusia dan mematikan kegiatan ekonomi masyarakat hingga ke akar rumput. Â Selain itu krisis yang timbul akibat virus corona Covid-19 juga menyebabkan tidak adanya kepastian, terutama kapan pandemi ini akan berakhir.
"Indonesia sama seperti banyak negara di dunia, mengalami kondisi kegentingan yang memaksa dan menuntut Pemerintah secara cepat mengatasi krisis kesehatan yang telah menjalar menjadi krisis kemanusiaan, sosial dan krisis ekonomi yang berpotensi mengancam stabilitas sistem keuangan," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
Dari catatan peristiwa terkutip dimuka  tampak cara berpikirnya orang berilmu. Setidaknya mereka menunjukkan pemikiran yang rasional, obyektif dengan semacam sebab musabab yang dipertanggungjawabkan, cermat, kritis, peduli akan keselamatan kerja, dan lingkungan.
Semua itu sesuai dengan sikap yang kata Google sikap ilmiah. Dan tentu pemikirannya ilmiah yang kata Google pula: Berpikir ilmiah adalah berpikir secara : obyektif, methodis, sistematis, universal (Rasional)
Di sini saya ingin menyampaikan serentetan opini tentang cara berfikir wong cilik. Tentu pola pikir sederhana itu saya kira dapat menumbuhkan pola hidup yang sederhana pula.
Cara berpikir wong cilik itu boleh dibilang sederhana tetapi "menyeluruh", holistik, nuansa dari penderitaan, harapan, iman dan tradisi (baca : sejarah, legenda sebagai kemasan dari pesan dan ajaran moral peninggalan nenek moyang). Pola pikir mereka (menurut kita) mencampurkan pandangan politik, agama, moral, sosial keseharian. Itulah pola pikir yang diungkapkan secara sederhana, tetapi muatannya luas sesuai perasaannya.
Ungkapan perasaan hati wong cilik, pada kenyataannya tidak pakai pandangan politis, tidak juga berkacamata ilmiah, tidak banyak tanya sebab musabab. Atau mungkin lebih tepat dikatakan "tidak ada pandangan" apapun selain perasaan, naluri juang untuk hidup.
Akan tetapi semua itu membuahkan tindakan nyata yang sesuai dengan hati nurani, rasa keadilan, kepatutan keseharian, dalam kondisi lingkungan alamnya dan kebersamaan mereka, sehingga menghasilkan komitmen yang sesungguhnya.