Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpikir Sederhana Dampak Covid-19

20 April 2020   23:38 Diperbarui: 20 April 2020   23:57 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Permenungan seorang pendoa mungkin akan menukik dengan menanyakan apa kehendak Tuhan dengan semua ini. Seorang ibu rumah tangga belum sempat bertanya- tanya soal dampak, tetapi terhenti pada pertanyaan kapan acara Corvid berhenti.

Begitu pula seorang pewarung pinggiran kota bertanya apa saya masih akan bisa dapat pembeli lagi nantinya. Namun lain lagi omongan pedagang pasar pedesaan di Yogyakarta bakhan beranggapan bahwa "pagebluk" (=epidemi) sudah segera berlalu karena gunung.Merapi sudah meletus, dan dilangit telah ada gambaran Kyai Semar Bodronoyo.

Mengikuti perkembangan berita, permenungan ini bukan ramalan ilmiah pula tetapi menelusuri informasi dan pendapat sekritis mungkin menjauhkan diri dari hoack dan hal yang bertujuan kepentingan politik semata. 

Dampak adalah akibat tidak langsung sesuatu hal atau kejadian yang terjadi  dekat/jauh sebelumnya. Salah satu akibat itu adalah perubahan pada situasi dan/atau kondisi subyek atau lingkungan sekitar subyek.

Perubahan di sini adalah bergantinya sifat keadaan tertentu menjadi sifat atau keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Bicara tentang Dampak tentulah memuat notasi "perkiraan/asumsi", atau tentang perubahan yang mungkin belum dan nanti baru akan terjadi pada saatnya. Maka asumsi ini akan terus bergeser, sesuai berjalannya waktu.

Corona yang dimaksudkan Covid-19 yang dewasa ini membuat pandemic. Covid-19 membuat pemerintah mengambil sikap kebijakan, diantaranya saran dan edukasi cara hidup sehat, social distansi, tinggal, bekerja dan beribadat dirumah. Berapa lama kebijakan itu diberlakukan, dan seberapa jauh Warga Negara berdisiplin mentaatinya rupanya menjadi sepasang pertanyaan yang belum ada yang menjawabnya, selain tekanan dan edukasi tegas dari PSBB Pemerintah dan para warga sendiri...

Sebab disiplin warga sangat membantu berkurangnya penyebaran virus. Penyebaran virus yang berkurang akan mempersempit memudahkan tugas pemerintah dalam hal ini tenaga medis dalam mengatasi epidemi corona ini. Bersyukur jiwa kepahlawanan para tenaga medis/paramedis, sebab kendati "orang Jakarta" ada yang masih terus berdebat, tetapi tenaga medis/paramedis terus berjuang melawan Covid19 itu tiada hentinya.

"Begitu kita membalik halaman terkait epidemi ini, harus ada waktu untuk melihat kembali dan memahami bagaimana penyakit seperti itu muncul dan menyebabkan pemusnahan begitu cepat di seluruh dunia, serta bagaimana semua yang terlibat bereaksi terhadap krisis tersebut." Demikian kata seorang pengamat dunia, pejabat WHO.

Dalam pernyataan tertulis pada Kamis (9/4), Guterres Sekjen WHO juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 merupakan salah satu tantangan terberat yang dihadapi dunia. Menurutnya, pandemi tersebut merupakan krisis kemanusiaan yang memiliki konsekuensi kesehatan dan sosial-ekonomi yang parah.( REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK).

WHO, lembaga kesehatan dunia menyatakan Covid-19 sebagai pandemic, diantaranya memperhatikan penyebaran dan jumlah korban yang semakin mendunia. Keputusan itu sangat dan terbukti bisa diterima oleh semua pihak.

Sikap negara-negara pada umumnya menyambut dengan penutupan-wilayah dengan istilah lockdown. Akan tetapi jastru Negeri kita Pemerintah baru balakangan saja bersikap tegas yang disebut PSBB

Perdebatan atau silang pendapatpun sebenarnya juga sangat transparan dan bisa dipahami karena memang kasus ini sudah semakin meresap di semua bidang kehidupan. Dan ancaman, yang mengancam kehidupan serempak, simultan, bisa membuat orang panic dan cenderung memperluas pandangan-ketakutannya seakan datang dari semua penjuru.

Maka kita bisa melihat pelontar pendapat juga sesuai dengan peran tugas, minat dan kepentingan masing-masing. Sementara kenyataan didepan hidung, diumumkan setiap hari dan bahwa sejak th 9 April semua propinsi di Indenesia sudah di masuki Si Covid 19.  Tg 18 April  total kasus  6.248,pasien sembuh 631  kematian ... kasus.

Tambahan dari sehari sebelumnya masih ada sebanyak 325 Pasien terbanyak masih ditempati oleh DKI Jakarta  Dari data itu sudah semakin ditegaskan pentingnya sikap tegas dan terukur pula dalam menyikapi Corvid-19.

Artinya materi perdebatan harus ada pergeseran, sebab Pemerintah sudah pula menyikapi dengan ketegasan Pembatasan Sosial Bersakala Besar.(PSBB)

Peraturan PSBB memuat pembatasan yang bertujuan memutus rantai penyebaran corvid 19 berupa :

Jaga jarak : tidak kurang dari 1,50 mt , pembatasan penumpang kendaraan  pembatasan fasilitas kendaraan umum, larangan berkumpul dengan tujuan budaya, politik, agama, maka penutupan tempat ibadat, tempat hiburan,sekolah dan fasilitas pendidikan.

Jaga kesehatan : gunakan masker, cuci tangan dengan sabun,istirahat dan olahraga dan makan bergizi, berjemur disinar matahari pagi

Tinggal Dirumah : tidak keluar rumah kecuali amat penting, kegiatan ibadat, cari hiburan, olahraga, belajar berkarya semua dirumah

Pengawasan lalu lintas untuk pembatasan pergerakan warga dan pelaksanaan tiga butir ABC diatas serta Rapid test terhadap warga yang memasuki area tertentu. Penyediaan dan kesiapan semua instalasi dan pelayanan kesehaatan,

Dukungan Anggaran dan dana dana bantuan yang diatur demi penyelamatan tata ekonomi rakyat dan yang terkena dampak program PSBB dan Covid19 ini.

Berbagai Asumsi dampak negatip, yang semula menjadi pedebatan dan berpotensi kuat sebagai senjata melawan Pemerintah  dengan ketegasan PSBB tentunya akan berubah. Sebab PSBB sudah ditetapkan dilandaskan pada hukum dan data kesehatan masyarakat setempat dan tetap dalam kordinasi dengan Pemerintah Pusat.

Asumsi dampak sosial Covid 19 disini bukan akan mengupas opini-opini dan kupasan yang mengaum-aum di sudut sudut medsos, tetapi melihat dengan akal sehat bagaimana harapan sederhana kaum sederhana, ibu RT. Pedagang pasar pedesaan, anak-anak sekolah bisa terjawab, secara rational dan berdasar..

Hal yang mendasar : Waktu pelaksanaan PSBB, diwilayah daerah yang ditetapkan, Situasi data Kesehatan, Kondisi Ekonomi, dan Kebiasaan serta kesadaran -sosial masyarakat kita. Untuk menata logika pengamatan, kita susun ulang sedemikian sebagai berikut ini  :

Situasi data kesehatan yang menjadi harapan utama yaitu : Menurunnya penularan, menurunnya angka kematian, (naiknnya data kesembuhan)  Melihat hal ini sekarang kita baru dalam proses yang agaknya awal. Proses ini memuncak mungkin pada bulan Mei, kemudian menurun yang bukan pemberhentian total. Ingat penyakit atau epidemi Flu, Paru2, Malaria  masih ada ekornya tampak adanya program2 penangan di Departemen Kesehatan

Pelaksanaan PSBB.dari pengumuman resmi setiap sore tentang situasi kesehatan angka2 menyedihkan masih meningkat, dan pelaksanaan PSBB semakin diperluas dan ditingkatkan.Tetapi hingga saat ini Pelaksanaan PSBB yang terkordinir dengan Pemerintah Pusat masih belum segera meliputi lebih banyak wilayah kecuali baru DKI dan walayah penyangganya.

Pelaksanaan PSBB yang ditentukan berlaku 14 hari rupanya akan terpaksa selalu diperpanjang hingga 3 x atau 5 x. berarti 3 bulan.  Hal ini juga disebabnya kurang disiplin masyarakat kita dalam mentaati peraturan PSBB tersebut. Sementara itu wilayah-wilayah yang belum melaksanakan PSBB terkordinasi masih akan menjadi hitungan yang belum terukur secara cermat.

Disanalah akan menjadi teka teki asumsi tentang "penyebaran covid 19" ini, sepertinya ada yang mengasumsikan satu setengah tahun mungkin belum selesai. Akan tetapi Pemerintah yang dalam hal ini Kominfo menawarkan sebuah Aplikasi yang mengkait dengan penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat diharapkan bisa membantu perlambatan penularan.

Akibat langsung yang sudah di asumsikan dan diantisipasi  Pemerintah adalah bidang Ekonomi dan Stabilitas politik. Dan hal ini peringatan Menteri Keuangan yang bertugas menata ekonomi, dan Dinamika Kepolisian serta TNI akan menjadi kompas bagi pemikiran orang sederhana ini. Ancaman2 bertubi dan simultan.

Akibat yang pasti PSBB berikutnya adalah kebiasaan belajar dirumah dan online. Hal ini sangat berekor panjang pada generasi mendatang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi juga. Disiplin kerja pegawai mungkin juga. Sebab cara kerja usahawan diluar kantor sudah lebih dahulu mengubah model kerja.

Buah yg baik diharapkan nantinya adalah kebiasaan baik baru memelihara kesehatan dan kebersihan itu yang mudah. Ada buah yg diharapkan tetapi yang tidak mudah ialah kesadaran baru akan nilai-nilai ibadat. Saya kuatir justru ada penurunan kesadaran beribadat.

Tidak tertutup kemungkinan bergesernya budaya keakraban kekeluargaan di pedesaan menjadi lebih individualistik. Tetapi untuk beberapa wilayah yang sebelum ini semua masih diselimuti system panutan dengan PSBB merasa tertekan maka selepas PSBB kebiasaan lama akan dikembalikan justru dengan suasana ephoria.

Demikian permenungan sederhana ini semoga memberi lebih harapan kedepan yang lebih positip. Sekurang-kurangnya ini menjadi catatan peristiwa bersejarah nantinya. Tetapi pasti mari sekarang kita selalu siap menggunakan masker agar kita masih akan bisa menyaksikan terbuktinya semua asumsi-asumsi saat ini.

Wassalam.  Ganjuran, 18 April 2020. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun