Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilihan dan Keberanian

12 April 2019   12:59 Diperbarui: 12 April 2019   13:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Ancaman atau resiko apa apabila ketentuan itutidak dilaksanakan untuk Penyelenggaraan dan kepentingan ketertiban sertakeamanan dapat dibayangkan seperti, kekacauan administrasi, tidak terjaminnyabagi pemilih waktu dan kesempatan yang tersedia untuk melakukan haknya, keributanantar pemilih, dan dampak panjang secara politis.

Resikoapa apabila ketentuan tersebut diatas tidak dilaksanakan secara disiplin olehpemilih atau pelaku memilih, bisa dibayangkan seperti ketakutan terhadappengaruh orang lain yang mengurangi kebebasan hak memilih, ketidak pastianterhadap alternatip yang bisa dipilih, tidak terjaminnya bagi pemilih rasa bebasdan aman dengan kesempatan yang tersedia. Kesemuanya menunjukkan akan tidaksuksesnya kegiatan "bebas memilih" karena "pilihan" yang meragukan dan tidaktercapai kepastian hukum.

Demikianyang terjadi sebagai illustrasi nyata kegiatan Pemilu yang diatur oleh UUpenjamin kepastian hukum bagi semua warga, pelaku kegiatan memilih. Diharapkandengan itu ada tertib aman dan kepastian hukum pelaksanaan hak dan kewajiban,dalam ikut menentukan bakal pemangku jabatan penata Bonum Commune.

Kembalikepada yang lebih luas perihal Memilih dan membuat Pilihan, yaitu pilih memilihdalam hidup. Memang dalam hidup penuh resiko dan tantangan oleh hambatan makadiperlukan keberanian memilih. Berani memilih itu terjadi apabila bebas dariancaman fisik, mental, dan resiko yang bisa terjadi atau ada dalam kesadaranseseorang itu.

Pastimenarik buku tulisan Paul G.Stoltz PhD, dengan judul Adversity Quotient,*) yangmenjanjikan akan Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Memang pandangannya sangatfocus dan teknis mengelola mental memerangi hambatan2 hidup dan berusahamelihat adanya peluang. Buku ini memang memberi semangat yang nyata. Tetapisaya suka pandangan yang hampir sama sangat menekankan karakter dan pribadiseperti di sajikan oleh duet Ritha J. Nainggolan bersama Frans Budi Pranata dibukunya Personal Success Cockpit,**) yang mengajak  "Memaksimalkan 17 Kunci Sukses dalam DiriAnda Sekarang Juga". Dalam hitung menghitung dengan angka akan menarik bukunyaMargie Warrell, berjudul "Brave",***) yang menyajikan 50 Keberanian Sehari-hariuntuk Berhasil, dalam Pekerjaan, Cinta dan Hidup. Dari contoh-contoh keseharianbisa dibilang ditunjukkan focus pada Kesadaran akan Tujuan, Perencanaan, danKeberanian untuk disiplin Pelaksanaan Rencana. Kalau Penulis Ritha dan Fransmengambil metaphora Penerbangan dengan Cockpit, Margie Warrell mengajakmengarungi medan kehidupan itu seperti kereta api, punya rel dan lurus tanpahambatan sesuai target.

Tetapi sebenarnyabagi saya motivator paling mengesan dari keteladanannya, sebuah pesan yang disampaikanpada khotbahnya Paus Fransiskus tanggal 6 Maret 2019, katanya : "Fokuslah padaApa yang Mendasar".

Tanpamengabaikan nasehat ketiga buku tersebut diatas bolehlah disebut beberapa halyang mendasar dalam hidup ini ini :

1.     Keterpanggilanuntuk berbuat baik. Kendati ada tantangan bahwa berbuat baik tidak selalu popular,keberanian harus menghantar untuk memilihnya sebagai pilihan yang berani.

2.     Sikaprendah hati adalah pilihan yang berani, cerdas, dan bisa membantu sesama

3.     Sikapjujur dan bertanggung jawab adalah pilihan dan keberanian sekarang semakinlangka.

4.     Keberanianyang mulia, berprinsip dan harus dipilih,  ada pada toleransi, memaafkan dan beranimeminta maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun