“Buku Simone, walaupun di perpus ini jarang sih ada buku-buku model kaya gitu.”
“Terus kalo jarang ada, ko sering banget ke perpus?”
“Paling cuma numpang baca. Kadang juga buat cari referensi tugas kuliah.”
“Oh gitu, tuh disana ada tempat kosong ... disana aja yu.”
“Oke deh, aku mau nyari buku dulu .”
Udah sebulan berlalu aku udah jarang banget ketemu Rio malah aku jadi sering ketemu sama Ujang di Perpustakaan, padahal sebelumnya kita jarang banget ngobrol dan ketemu. Aku juga sering diskusi soal Filsafat, Politik, Sosial dan persoalan kampus dimana Mahasiswa berperan penting dalam kebijakan kampus.
Hari ini kebetulan jam kuliahku siang karena hari ini cuma satu matkul, dan aku baru aja keluar setelah mata kuliah Psikologi. Tapi tiba-tiba aku ngeliat ke jendela disana ada Rio sama Ujang ditaman kampus. Muka mereka serius banget, disitu juga ada Susi dan beberapa temannya. Aku langsung aja buru-buru turun tangga dan menuju mereka. Ternyata mereka lagi adu mulut, dan aku ga tahu apa yang lagi mereka debatkan.
“Ada apa, serius banget?” kataku dihadapan mereka.
“Cewek aneh dateng,” kata Susi samar. Tapi aku ga menggubris ucapannya aku fokus sama kedua sahabat ini. Seketika hening.
“Helloo, perasaan tadi kalian teriak-teriak deh,” kataku mulai heran
“Harusnya kamu selesaikan permasalahan kamu sama Tia. Bukan sama aku!” kata Ujang kepada Rio.