Mohon tunggu...
Asti Nirwani
Asti Nirwani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4 SMAN 1 PADALARANG

every day is a second chance.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akusara

17 November 2021   23:18 Diperbarui: 18 November 2021   01:57 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
goodnewsfromindonesia

Mentari pagi itu berdiri malu-malu, namun cahayanya mampu membangunkan seorang gadis cantik yang baik hati siapa lagi kalau bukan Mawardhani Tribhuwana Tunggadewi.

"Sayang udah bangun ? Cepet mandi nak terus sarapan. Papah udah nungguin dibawah"  ucap bu Shanti sambil tersenyum diambang pintu.

"Iya ma" ucap Mawar sambil tersenyum dan menghampiri ibunya lalu memeluknya.

Setelah 1 jam berlalu, akhirnya Mawar telah selesai bersiap-siap. Lalu ia turun dan menghampiri kedua orang tuanya.

"Putri papah satu-satunya kenapa bangunnya siang sayang ? Gak biasanya" Ucap pak Chandra sambil mengelus ujung kepala putri semata wayang nya itu tak lupa dengan senyum yang manis dan terlihat sangat tulus.

"Semalem Mawar ngeberesin PPT pah buat tugas sejarah, soalnya hari ini presentasi nya" ucap sang anak sambil memakan omelette keju buatan sang ibu.

Ya benar, Mawar adalah seorang gadis yang berusia 17 tahun lebih tepatnya ia sedang duduk di bangku SMA kelas 12.

"Ya udah cepet makan nya sayang, keburu siang nak takut jalanannya macet. Jangan lupa diminum susunya" ucap sang ibu sambil menambah beberapa potong kentang goreng kedalam piringnya dan menuangkan susu ke dalam gelas suami dan anaknya.

Setelah beberapa menit kemudian, Mawar dan pak Chandra bergegas pergi tak lupa mereka juga pamit kepada wanita yang sangat mereka sayangi, siapa lagi kalau bukan bu Shinta.

07.00, SMAN 4 JAKARTA.

"Selamat pagi anak-anak, jangan lupa hari ini presentasi tentang pahlawan integrasi bangsa" ucap bu Dewi, seorang guru Sejarah Indonesia.

"Tidak menunggu waktu lama, langsung saja ibu panggil kelompok 1, silahkan kelompok 1 maju kedepan" lanjut bu Dewi.

Kelompok 1 adalah kelompok Mawar, terdiri dari 4 anggota. Yaitu, Mawar, Syifa, David dan Reno.

"Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Syifa, saya Mawardhani, saya David dan saya Reno" ucapnya seraya bergantian.

"Kami dari kelompok 1 akan mempresentasikan mengenai pahlawan integrasi bangsa. Yaitu, Frans Kaisiepo" ucap Syifa selaku ketua kelompok.

"Frans Kaisiepo adalah seorang pemuda yang berasal dari Papua. Ia lahir pada tanggal 10 Oktober 1921 di Biak, Papua" ucap Syifa. 

"Frans Kaisiepo termasuk orang Papua pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan Franky Sahilatua berkata 'surga kecil yang jatuh ke bumi' Disaat Papua masih di duduki Belanda, Frans Kaisiepo termasuk kedalam orang yang mengalami jatuh bangun menegakkan eksistensi Republik Indonesia di Papua" lanjut Syifa.

"Biak adalah wilayah pertama Papua yang berhasil membebaskan diri dari cengkraman Jepang pada tahun 1994. Ini semua tejadi karena kekompakan masyarakat sekitar dan bantuan dari tentara Amerika dengan membangun Batalyon yang tujuannya untuk mengalahkan Jepang. Pada saat itu Frans Kaisiepo telah menjadi tokoh masyarakat, ia pernah menjadi guru agama Kristen di Manokwari dan itu membuat Frans dihormati masyarakat sekitar karena waktu itu masyarakat belum banyak yang bersekolah" ucap Mawardahani.

"Pada tanggal 17 Agustus 1945, Frans sedang bersekolah di NICA atau kampung harapan. Sekolah bersifat singkat atau lebih tepatnya semcam kursus yang bernama Papua Bestuur School atau Sekolah Pegawai Papua. Pada saat itu Frans punya guru beretnis Jawa bernama Soegoro Atmoprasodjo, guru adalah seorang Digoelis yang berpengaruh dikalangan masyarakat Papua pro-Indonesia" lanjut Mawardhani.

"Karena pengaruh dari guru inilah yang membuat garis politik Frans semakin menjadi nasionalis pro-Indonesia. Sebagai manusia yang terpelajar Frans tidak suka dengan kata Papua dan menurutnya nama dianggap mengandung penghinaan dan pelecehan. Tidak semata-mata Frans ingin mengubahnya dibalik semua itu ternyata orang Ambon, Ternate, Sangir, Manado dan suku Melayu lainnya menggunakan nama Papua semacam nama penghinaan terhadap orang Papua. Selaku orang Biak, akhirnya Frans memikirkan nama Irarian yang memiliki arti berjemur atau terpapar sinar matahari nama itu adalah pengganti dari nama Papua. Pada bulan terakhir pembelajaran Frans menyuruh adiknya yang bernama Marcus Kaisiepo untuk mengganti papan nama sekolah yang asalnya Papua Bestuur School menjadi Irian Bestuur School" ucap laki-laki yang menjadi primadona kelas siapa lagi kalau bukan David.

"Nah pada akhir Agustus 1945 Frans kembali lagi ke Biak, dengan semangatnya yang masih menyala bahkan pada tanggal 31 Agustus 1945 Frans mengadakan upacara untuk merayakan kemerdekaan ini. Tetapi biasanya pada tanggal segitu diperingati sebagai Hari Kelahiran Ratu Belanda Wilhelmina dan itu membuat pejabat NICA Belanda Raden Abdul Kadir Widjojoatmojo di Indonesia timur tidak menyukainya" sambung David.

"Frans juga ikut terlibat dalam Komite Indonesia Merdeka (KIM). Pada saat itu telah terjadi pemberontakan di Jayapura namun posisinya Frans sedang berada di Biak Utara, sebagai Kepala Distrik Warsa. Tidak menunggu waktu lama Frans langsung bergegas ke Jayapura. Meskipun jauh dari pergerakan di sekitar Jayapura, Frans tetap mempertahankan ke Indonesia-an nya dengan mendirikan sebuah partai yaitu Partai Indonesia Raya (PIM) pada 10 Juli 1946" ucap seorang laki-laki yang bernama Reno.

"Sebagai kepala distrik Frans sangat berpengaruh di Biak, oleh karena itu pemerintah NICA Belanda merasa kalau harus dekat dengan Frans. Tetapi nihil, NICA tidak bisa mengambil hati Frans. Frans juga sering diajak dalam forum-forum yang melibatkan Belanda di Indonesia Timur. Pada akhir tahun 1946, Frans mendatangi konferensi Malino, kota kecil yang dekat dengan Makasar. Frans juga satu-satunya wakil dari Papua. Tetapi Frans tidak suka dengan nama itu dan Soekarno menciptakan akronimnya sendiri untuk kata Irian yaitu Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Dalam konferensi Malino tersebut Frans termasuk orang yang menentang berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT) dan Frans lebih memilih kalau Papua bersatu dengan Sulawesi Utara karena sebagian dari Indonesia" lanjut Reno.

"Meskipun Frans mau menerima ajakan Belanda, Frans tetaplah Indonesia. Pada bulan Maret tahun 1948 Frans memimpin pemberontakan melawan Belanda di Biak, Namun tak bisa menghukumnya dengan keras. Lalu akhir 1949 Frans ditunjuk menjadi wakil Papua dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Frans menolak untuk ikut karena tidak mau didekte oleh pemerintah Belanda. Isi KMB tersebut menerangkan bahwa penyerahan Papua kepada Indonesia ditangguhkan 1 tahun, seharusnya 1950" Syifa kembali menjelaskan dengan muka yang terlihat sangat senang karena ini adalah bagian terakhirnya.

"Frans menjadi tidak disukai oleh Belanda, dan sempat dipenjarakan selama 5 tahun. Pada tahun 1961, Frans mendirikan lagi sebuah partai yang bernama Partai Politik Irian. Setelah itu munculah sebuah program Trikora, yaitu Soekarno yang hendak menyatukan Papua dengan Indonesia. Melalui perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1963 Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia" ucap Mawardhani dengan penuh semangat.

"Nah setelah itu, bulan November 1964, Frans diangkat menjadi Gubernur keempat di wilayah Papua lagi. Setelah bergabung dengan Indonesia, Papua diberi nama Irian Jaya. Jabatan Frans dipegang hingga 29 Juni 1973. Setelah hengkang menjadi Gubernur Frans menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga meninggal pada tanggal 10 April 1979" ucap David sambil menampilkan senyuman paling manis untuk hari ini.

"Nah, berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993, Frans Kaisiepo adalah seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Dan fotonya diabadikan dalam uang pecahan Rp. 10.000 yang tujuannya adalah untuk selalu mengenang jasanya dan tak lupa akan perjuangannya baik masyarakat sekitar ataupun pemerintahnya"

"Sekian dari kelompok kami, mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, sekian terimakasih, wassalamualaikum wr wb" ucap Syifa lalu duduk kembali ke bangkunya masing-masing dan para siswa yang lain memberikan apresiasi dengan tepukan tangan yang sangat meriah dan penuh semangat.

"Ya ibu suka dengan cara pembawaan materinya mudah dipahami. Ibu selalu ingat dengan kata-kata yang pernah beliau katakan yaitu 'bersatu pastilah lebih baik dari pada tercerai-berai' kata-kata ini amat sangat penting untuk kita yang sedang menjalankan kehidupan, kita gak bisa bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Pada dasarnya kita itu memang membutuhkan orang lain, meskipun finansial kamu udah cukup untuk ini dan itu, tetapi kamu masih membutuhkan bantuan dari orang lain, dan sebaliknya kamu juga harus membantu orang lain. dapat dipahami anak-anak ?" ucap bu Dewi seraya bertanya pada ujung kalimatnya.

"Dapat ibu" jawab para murid secara kompak

"Oke selanjutnya silahkan kelompok 2 maju kedepan" ucap bu Dewi.

Setelah pembelajaran hari ini selesai, akhirnya Mawardhani pulang ke rumah dengan perasaan yang tenang dan senang, karena yang kita ketahui kalau Mawardhani adalah kelompok pertama yang mempresentasikan materi ini.

Dirumah.

"Sayang udah pulang nak ? Cepet ganti baju terus makan hari ini kita diajak papah buat ketemu nenek sayang, nanti jam 2 papah jemput kita" ucap bu Shinta sambil menghampiri anaknya yang berada diambang pintu yang hendak akan memasuki rumahnya.

"Iya ma, tadi papah udah hubungin aku" ucap Mawardhani sembari senyum.

"Ya udah kalau gitu, mama mau siap-siap dulu ya nak" ucap bu Dewi lalu bergegas pergi meninggalkan putrinya.

Dan setelah itu Mawardhani bersiap-siap dan dilanjutkan dengan makan siang. Tidak perlu menunggu waktu lama akhirnya pak Chandra datang dan mereka langsung bergegas pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun