"Cintai pekerjaan anda, maka anda akan menikmatinya".
Pada saat memasuki dunia pekerjaan 5 tahun yang lalu, saya ditantang untuk mencintai hal lain selain menulis. "Marketing" or to be a Marketer.Hal yang pada awalnya saya samakan dengan public speaking skilltapi ternyata lebih kompleks dari itu. Pada awalnya saya sempat frustasi menjalani karir sebagai marketer. Target yang tidak tercapai, komplain dari nasabah, penolakkan, sistem perbankan yang dinamis, teknologi dalam transaksi, pengetahuan produk, pesaing dan banyak hal yang membuat saya merasa ini bukan dunia saya.Â
Namun pada akhirnya, saya menyadari menjalani pekerjaan sebagai marketingmungkin adalah cara saya untuk menemukan warna tersendiri dalam diri saya. Saya mulai mencintai marketing seperti saya mencintai hobi atau minat saya sebelumnya, menulis. Berawal dari menjadi marketing officer di sebuah kantor cabang terbesar di Indonesia hingga menjadi salah satu koordinator nasional marketing khusus untuk produk-produk syariah.
Cerita saya, mungkin adalah salah satu dari sedikit cerita seorang marketer yang jatuh cinta pada dunia marketing. Tidak sedikit yang menyerah dengan pekerjaan ini pada 1 tahun atau 1 bulan, bahkan 1 hari. Padahal jika dilihat dari sisi karir dan peluang dari posisi ini, sangat besar. Salah satumarketing coachsaya pernah berkata, " marketer itu seperti parfum, wangi dan menarik dimana pun berada". Pekerjaan ini memang membutuhkan keseimbangan baik dari sisi emosional, spiritual dan intelejensi. Satu saja dari 3 komponen tersebut tidak seimbang, maka kehidupan kita sebagai markter bisa pincang, atau mungkin berkahir.
Pada tulisan ini, saya akan berbagi beberapa hal yang mungkin akan berguna dalam memulai karir sebagai marketer.
Memiliki Motivasi
Motivasi menjadi faktor yang paling penting dalam memulai semua hal begitu juga dalam hal memulai pekerjaan menjadi seorang marketing. Saya pernah menanyakan kepada 2 orang teman yang sudah lama menggeluti industri marketing tentang alasan mereka "bertahan" dalam bidang ini. Orang pertama menjawab, "saya menyukai pekerjaan ini put, saya menyukai bertemu orang-orang baru, membantu mereka menemukan kebutuhan hidupnya, dan yang paling penting pekerjaan ini membuat saya populer di kalangan rekan-rekan kerja dan bos".Â
Orang kedua memberikan jawaban yang berbeda, " Saya senang bekerja sebagai seorang marketing put. Saya memiliki kinerja yang terukur, hal ini memudahkan saya untuk memiliki karir yang lebih cepat dibandingkan dengan rekan kerja yang lain. Bonus sebagai marketing juga lebih menggiurkan. Selain itu, pekerjaan marketing membuat saya tida monoton harus berada dikantor. "
Tidak ada yang salah dengan kedua jawaban diatas, kita tentunya memiliki motivasi yang kuat untuk bertahan dalam suatu kondisi. Apapun motivasi yang mendasari pekerjaan kita, buatlah itu sebagai dorongan yang kuat agar kita mau dan mampu menjalani pekerjaan ini. Jika motivasi kita adalah memberikan kesejahteraan keluarga, tentunya kita sadar bonus yang diberikan berdasarkan hasil yang diatas rata-rata atau harus memenuhi kriteria tertentu. Maka kita akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang tidak hanya sekedar rutinitas, tetapi juga hal-hal yang bersifat inovasi.
Marketing seperti kehidupan, terkadang kita akan mengalami penolakkan dari calon prospek, kesalahan strategi, persaingan dan hal-hal tidak nyaman lainnya yang dapat menggangu tercapainya target.Â
Pada kondisi ini, perasaan rendah diri, menyalahkan orang lain, frustasi atau bahkan keinginan untuk menyerah mulai timbul. Pada saat kondisi tersebut, motivasi memiliki peranan penting untuk mengingatkan kita agar berjalan sesuai tujuan dan alasan kenapa kita memilih pekerjaan ini. Motivasi sebagai refleksi diri kita, bahwa yang dirasakan pada fase tersebut adalah bagian dari tantangan dan risiko yang harus dihadapi.Intinya adalah jadikan motivasi sebagai kekuatan pada saat kita mendaki kesuksesan dengan pekerjaan ini, dan pengingat ketika nanti kita terjatuh dalam perjalanan menaklukannya.
selain itu, dalam pandangan Islam motivasi adalah kekuatan internal yang akan menjadi katalis untuk menciptakan perubahan berdasarkan usaha dan tindakan yang dilakukan, seperti yang dinyatakan dalam surat Ar-ra'd ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga merekamengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"(Ar-Ra'd: 11)
Teori tentang Marketing
Banyak para marketer yang telah memiliki jam terbang tinggi (berpengalaman) menganggap bahwa teori tentang marketing itu tidak penting. Bagi mereka pelatihan atau buku-buku tentang marketing hanya disusun oleh orang-orang yang lebih junior atau bahkan tidak memiliki pengalaman sama sekali dibidang ini. Bagi saya, anggapan tersebut bisa jadi benar atau mungkin saja keliru. Teori pada dasarnya adalah sebuah pendapat yang telah dibuktikan dalam sebuah penelitian atau tindakan ilmiah. Kelemahan sebuah teori adalah keterikatan waktu dan tempat.Â
Hal tersebut menyebabkan beberapa teori menjadi tidak relevan jika digunakan saat ini. Namun kabar baiknya adalah dalam dunia marketing yang bergerak adalah produk yang kita jual dan pasar, sementara perilaku dasar manusia sebenarnya relatif sama. Misalnya dalam dunia perbankan, ada banyak sekali produk dan layanan perbankan hasil inovasi teknologi, namun produk tersebut tidak akan terjual tanpa sentuhan para marketer yang menjelaskan kepada calon customer penting untuk menggunakan produk dan layanan perbankan tersebut, bahwa hal tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.Â
Untuk layanan-layanan khusus, seperti layanan prioritas atau private dalam dunia perbankan tidak lagi hanya berbicara soal kebutuhan dasar, tetapi juga kebutuhan emosional ; gengsi, kebanggan, pengakuan komunitas dan lainnya. Secara harfiah, alasan seseorang menggunakan sebuah produk dilatari oleh 2 hal : kebutuhaan dasar dan kebutuhan emosional, para marketerharus benar-benar paham calon prospek berada diwilayah/segmentasi yang mana.
Beberapa teori-teori dasar yang mungkin bisa membantu marketer pemula adalah Teori-teori marketing yang dikembangkan oleh Philip kotler misalnya tentang 4P dan 7P markekting mix, STP (Segmenting, Targeting, Positioning), dan lain-lain. Selain teori marketing, tidak ada salahnya mempelajari teori psikologi. Hal tersebut dikarenakan yang dihadapi adalah manusia dengan segala keunikannya. Teori psikologi membantu kita untuk memetakan nasabah dan calon nasabah berdasarkan sifat-sifat kemanusiaannya.
Your Self, Your Company, Your Product and Your Competitors
"Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran" (Sun Tzu)
Dalam praktik marketing, kita bisa mengaplikasikan pendapat Sun Tzu "si ahli perang". Sebelum kita menjual produk, kita harus mengenali diri kita sendiri, apa kelebihan, kekurangan dan keunikan yang dapat membantu kita "menjual". Saya termasuk orang yang percaya bahwa setiap marketer memiliki cara-cara yang unik. Kita mungkin bisa mengajari seseorang menjadi marketing yang baik, namun kita tidak akan bisa menentukan "style" marketingyang digunakan.
 Hal ini lah yang saya katakan diatas, bahwa marketingmembuat kita menemukan warna kita sendiri. Semakin cepat kita mengenali warna yang kita punya, maka semakin cepat kita mengelolanya dalam praktek marketing sehari-hari. Tentu saja warna ini kelak akan membantu nasabah/prospek agar nyaman dan tertarik dengan apa yang kita pasarkan.
Setelah mengenali diri sendiri, kenalilah perusahaan anda. Pada saat anda berhadapan dengan calon pembeli tentunya mereka akan melihat perusahaan apa yang anda wakili. Tentunya semakin kuat brand sebuah perusahaan maka akan semakin muda anda diterima. Namun bagi anda yang memulai karir di perusahaan yang sedang berkembang atau belum memiliki brand yang kuat, anda dapat mencari tahu apa kelebihan perusahaan anda. Misalnya penghargaan yang didapatkan, inovasi yang dilakukan, siapa direktur/pejabat yang memipin perusahaan anda atau hal lain yang dapat dijadikan top of mindperusahaan anda.Â
Anda dapat mengatakan bahwa perusahaan ini adalah yang pertama membangun perumahan di daerah XX, atau perusahaan ini yang pertama melakukan inovasi dalam bidang pemutih wajah, atau anda dapat menceritakan bahwa CEO anda adalah pengusaha muda dalam bidang ini.
Langkah selanjutnya adalah mengenali produk anda. Sama seperti mengenali diri anda, anda juga wajib tahu apa yang menjadi kekuatan produk ini, kelemahanannya dan keunikan yang menarik dan tentu saja dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.Â
Selain itu, mengetahui produk dari pesaing juga sangat penting. Hal ini berhubungan dengan kemampuan kita untuk mengetahui siapa saja kompetitor yang bermain di industri ini. Hal ini akan membantu anda untuk membuat catatan-catatan penting yang membuat produk anda berbeda dibandingkan produk yang sama yang telah di jual di pasaran. Misalnya ketika saya mengunjungi counter make up, seseorang penjual bedak akan mengatakan bahwa produk saya berbeda dengan yang lain karena biasanya tidak ada produk yang menjual bedak plus SPF 30, atau tidak ada bedak yang menjual dengan shimmer, pelembab atau hal-hal lain.
Detektif VS Kepo
Ketika menjadi seorang marketer, kita dituntut untuk menjadi seseorang yang "mau tahu". Hal ini menjadi suatu keharusan jika anda ditugaskan menjadi marketing di perusahaan jasa seperti banker ataupun penjual jasa asuransi. Hal tersebut tidak hanya membuat mereka semakin royal, tetapi juga membantu untuk memberikan treatmentyang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada dasarnya manusia senang apabila seseorang mengetahui apa yang dia inginkan tanpa memberitahu terlebih dahulu. Misalnya ketika ulang tahun, anda memberikannya paket liburan ke Bali bersama keluarga.Â
Nasabah anda mungkin sangat senang sekali, karena sudah sangat lama tidak menikmati liburan bersama keluarganya. Apalagi bulan ini anaknya memasuki masa liburan sekolah dan istrinya sering sekali menggerutu kurangnya quality time akibat pekerjaan yang padat. Tentu saja anda tidak kebetulan memberikan tiket tersebut, anda sudah berkali-kali mengunjunginya dan mendengar cerita-ceritanya. Anda terus menggali tentang keluarganya. Yap, menjadi seorang markteranda juga merangkap profesi sebagai detektif. Cara-cara penggalian informasi pun haruslah menggunakan cara yang baik. Jangan sampai nasabah/calon nasabah anda merasa tidak nyaman dan menganggap anda kepo dengan kehidupan pribadinya.
Hal-hal diatas, merupakan poin penting yang bisa digunakan untuk marketer pemula. Namun hal yang paling penting dari semua faktor diatas adalah memiliki kemauan untuk terus belajar baik dari teori, pengalaman sendiri, sharingdari orang lain dan sumber lainnya. Sehingga pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki diri terus menerus. Selain itu, adaptif terhadap perubahan juga merupakan skill yang harus kita pelajari.Â
Poin terakhir adalah jangan menyerah, semua pekerjaan memang sangat sulit pada awalnya namun jika anda memutuskan untuk mencintai dan jatuh cinta berkali-kali dengan pekerjaaan ini, percayalah bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Good Luck
Welcome to the Marketing world!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H