Mohon tunggu...
Assyifa Khania
Assyifa Khania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis adalah sebuah keberanian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Bedanya Insecure Sama Overthinking?

13 Desember 2021   10:17 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:38 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Selain Insecure, akhir-akhir ini kita juga seringkali mendengar istilah Overthingking.

Apasih Overthingking itu?

Dan apa bedanya dengan Insecure?

Kita akan bahas satu persatu.

Saat kita merasa kurang percaya diri ketika melihat sesuatu yang lebih baik dari diri kita disitulah perasaan Insecureitu muncul. Insecure bisa membuat kita menjadi takut, malu, gelisah bahkan bisa menimbulkan kecemasan atau istilah yang lagi tren nya itu anxiety.

Kita sering kali membuat perbandingan antara diri kita dengan orang lain. Dan hal ini kita anggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. Malah terkadang sudah menjadi kebiasaan kita. 

Membandingkan diri dengan orang lain boleh-boleh saja, namun ada batasan yang harus kita ingat. Kita tak boleh selalu menganggap diri kita nggak bisa apa-apa dan nggak ada apa-apa nya dibanding mereka. 

Kita boleh membandingkan diri dengan orang lain hanya untuk sebatas sebagai motivasi agar kita bisa lebih mengupgrade diri untuk lebih maju lagi. Agar hidup kita nggak stuck disini-sini aja. 

Kita juga perlu untuk membandingkan diri dengan orang lain, tapi hal ini jangan pernah membuat diri kita sendiri menjadi Insecure. 

Perasaan Insecure juga bisa datang disaat kita terlalu sering dan melewati batas-batas membandingkan diri kita dengan orang lain. Dengan kata lain kita jadi sering ngerasa nggak percaya diri hasilnya.

Contoh yang paling nyata dan sering kita temui, khususnya untuk para remaja ini ketika bermain media sosial. Hampir seluruh remaja yang ada di belahan bumi manapun terutama di Indonesia, negara dengan penggunaan media sosial cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain tak asing bagi kita mendengar media sosial yang satu ini, yaitu Instagram. 

Di Instagram ini orang berlomba-lomba untuk unjuk kebaikan dan kecantikan. Memang nggak semua isi dari Instagram berupa foto maupun video yang menunjukkan hal tersebut. 

Tapi kurang lebih gambaran nyatanya memang seperti itu. Ada banyak sekali akun, bahkan disetiap orang pun tak hanya memiliki satu akun pribadi. 

Bisa dua, tiga, bahkan empat akun Instagram. Dan disana ada banyak sekali orang-orang yang membagikan foto dan cerita hidupnya di akun pribadinya masing-masing.

Nah, hal ini yang bisa menyebabkan perasaan- perasaan Insecure tadi muncul.

Loh, kok bisa? Emang cuma dengan lihat foto atau video Insecure bisa ada gitu?

Iya jelas bisa dong....

Karena ketika kita para remaja khususnya, setelah melihat foto atau video yang diupload dengan teman kita, kebanyakan dari kita akan Insecure dan merasa bahwa teman-temanku lebih cantik, mereka cocok dalam berpose, mereka punya tubuh yang ideal dan terlihat pantas menggunakan pakaian apapun, sedangkan aku?

Nah, mulai dari seperti ini...., dari hanya sekedar melihat foto teman kita misalnya. Mulai dari situ kita akan membandingkan diri kita dengan orang lain. Dan... munculah perasaan nggak percaya diri tadi.

Bukan hanya itu saja, pemikiran-pemikiran seperti ini didukung oleh banyaknya like dan komen yang didapat oleh teman-teman kita. Sedangkan ketika kita lihat foto kita mendapatkan like dan komen tak sebanyak mereka. Sehingga membuat kita enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain dan mulai menutup diri. 

Berpikir bahwa, aku tak secantik mereka, aku tak sehebat mereka, aku tak semenarik mereka, dan masih banyak lagi pikiran-pikiran untuk menyalahkan diri sendiri.

Masa iya sih ukuran pertemanan hanya dilihat dari like dan komen?

Sebenarnya sih, nggak. Tapi, fenomena yang terjadi sekarang tuh, dikalangan remaja sekarang ya memang begini adanya. Kadang followers menjadi ukuran dalam suatu pertemanan. Orang menilai baik buruknya seseorang bisa hanya dengan melihat banyaknya followers yang ia punya.

Sedih ya kalo dipikir-pikir lagi. Dunia kita memang sudah berubah. Semua hal kebanyakan hanya dinilai sebatas luarnya saja tanpa tau bagaimana sebenarnya. Dan semoga saja kita bukan menjadi salah satu dari hal-hal yang sudah disebutkan diatas tadi.

Ketika ada regulasi mengenai hal ini 80 persen dari remaja di Indonesia mengalami hal-hal seperti tadi, semoga kita bisa menjadi 20 persen sisa nya yang tidak mengalami hal-hal tersebut.

Insecure bukan hanya terjadi ketika kita bermain media sosial saja, namun bisa juga karena faktor dari aspek kehidupan yang lain. Semua tergantung pada kondisi dan kestabilan emosi yang sedang dialami oleh para remaja tersebut. Apalagi saat pandemik seperti ini, yang aktifitas kita sangatlah dibatasi dan bisa dipastikan setengah hari dari 24 jam kita gunakan di depan layar gadget. Akan ada banyak sekali remaja yang mengalami lonellies atau kesepian bahkan rasa bosan.

Dari sini kemungkinan akan semakin banyak juga remaja yang merasa Insecure. Dangan begitu, Insecure menjadi hal yang wajar untuk dialami setiap remaja. Tapi, rasa Insecure yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mental. Dengan kata lain, Insecure ini akan menyebabkan terjadinya Overthingking.

Nah, kita akan bahas mengenai Overthingking.

Overthingking merupakan keadaan seseorang yang memikirkan sesuatu secara berlebihan sehingga sesuatu itu menjadi hal yang rumit. Orang yang Insecure sudah jelas memikirkan bagaimana cara agar menjadi seperti orang yang dilihatnya. Mereka juga memikirkan bagaimana respon yang akan didapat ketika ia melakukan hal tersebut dalam kehidupannya secara berlebihan.

Dari pikiran yang berlebihan akan menimbulkan yang namanya kerumitan dan kesulitan diri untuk bisa keluar dari segala masalah yang ada. Hal tersebut akan cenderung membuat kita menjadi tertutup, sering menangis, merasa tertekan, sering merasa pusing, mudah tersinggung, mudah menyalahkan diri sendiri, sampai tidur larut malam untuk memikirkannya, dan hal buruk lainnya juga bisa saja terjadi.

Mungkin ada beberapa orang yang menganggap bahwa Insecure dan Overthingking ini adalah hal yang biasa-biasa saja. Dan hal tersebut dapat dikatakan salah karena setiap orang apalagi khususnya para remaja memiliki keadaan dan kestabilan emosi yang berbeda-beda.

Masa pertumbuhan dan perkembangan remaja tidaklah singkat. Butuh penyesuaian dan proses yang cukup panjang. Hal ini juga tidak bisa dianggap biasa-biasa saja oleh kita semua. Jika remaja terus-menerus mempunyai rasa Insecure dan Overthingking, maka akan berpengaruh dan berbahaya pada kesehalan fisik maupun psikisnya.

Oleh karena itu, kita sebagai remaja perlu memperhatikan bagaimana, dengan siapa, dan dimana kita bergaul. Karena pergaulan bisa membawa kita ke jalan yang benar dan bisa juga membawa kita kepada jalan yang salah. Kita harus pandai-pandai dalam memilih teman. 

Jangan sampai kita merasa terus-terusan tertinggal dengan teman kita jika tidak memenuhi syarat kecantikan maupun tren yang ada pada saat ini. Kita boleh mengikuti tren. Karena kita hidup di zaman yang modern dan serba digital ini. Kita boleh mengikuti perkembangan zaman. Tapi, kita juga harus berhati-hati dan dapat memilih mana yang seharusnya kita ikuti dan mana yang seharusnya kita tinggalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun