Lampunya yang redup memancarkan sinar lembut sang rembulan dari atas meja yang berpadu dengan nuansa batik khas Indonesia. Â Hotel ini memang masih tergolong baru, dengan nuansa klasik khas Indonesia yang beraura damai dan menenangkan jiwa yang baru dipersunting sang kekasih.
"Pa....aku mandi dulu yah...." Seketika suara lembut sang istri di telingaku mengagetkanku. Panggilan kata Papa adalah sebuah kata romantik pertama yang aku dengar di hari pernikahan kami yang bersejarah.
"Oh iya.... Istriku sayang... Cantikku manisku...." Jawabku mengangguk sambil menatap wajah cantiknya yang penuh dengan riasan pengantin kebaya khas Indonesia. Sambil duduk di atas pembaringan yang penuh dengan bunga melati, aku menatap langit kamar hotel dan mengucap syukur tiada henti dalam hati. "Alhamdulillah ya Allah.... Terima kasih atas segalanya.Â
Semuanya berjalan lancar dan sangat mudah....Â
Ini semua berkat tangan-tanganMu ya Allah....Â
Terima kasih ya Allah....Â
Terima kasih Engkau Sang Maha Pemurah dan Pengasih bagi kami...."
Suara air yang terdengar deras dari kamar mandi, kini mulai berhenti. Aku mulai bersiap juga untuk berendam di kolam kamar yang terlihat penuh dengan bunga beraneka warna. Aroma bunga menyebar hingga ke seluruh ruangan menambah gairah kehidupan yang baru saja kami buka.
"Airnya segar banget..... hangat di badan lho!!... Cobain deh..." Sang istri sambil mengeringkan rambutnya memberi tanda agar aku segera mandi juga. Aku yang menyadari tandanya, langsung bangkit dari pembaringan menuju kamar mandi dan menyiram seluruh penat yang sedari tadi ada di badan.
"Oh iya.... Kalo gitu aku juga mau mandi dulu yah..." Sambil melompat girang mengambil handuk putih dan menuju kamar mandi lalu memutar kran yang ada.Â
Kucuran air yang deras dan jernih menyelimuti badanku hingga rasa lelah akibat dari proses pernikahan yang memakan waktu berbulan mulai sirna sehingga yang ada hanya kesegaran nyata dan semangat yang menggelora.