Meskipun Kublai Khan merupakan salah satu Kaisar paling perkasa dalam sejarah kedinastian China dan dunia. Ia melanjutkan misi kakeknya, Genghis Khan dalam melebarkan wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan atau kesultanan hingga ke Timur Tengah.
Sepeninggal Kublai Khan pada tahun 1294 M, Dinasti Mongol dilanda berbagai macam masalah, dari mulai hutang menumpuk dan inflasi nilai mata uang, bencana alam seperti kekeringan, banjir, cuaca dingin, penyakit menular, dan kelaparan yang menimbulkan penderitaan dan banyak korban meninggal dari rakyat terutama kalangan petani.
Pemberontakan 'Serban Merah' yang berlangsung selama 10 tahun akhirnya berhasil menumbangkan Dinasti Yuan pada tahun 1368 dan memaksa para pemimpinnya melarikan diri ke wilayah Utara di Mongolia.
Dinasti MINGÂ (1368 - 1468 M). Keberhasilan pendiri Dinasti Ming mengusir penguasa Mongol merupakan kebanggaan bagi bangsa China. Dinasti Ming juga berhasil menduduki kota-kota di Mongolia, Shangdu dan Karakorum. Dalam rangka menangkal ancaman bangsa Mongol, Dinasti Ming merenovasi dan memperkuat Tembok Besar.
Puncak kejayaan Dinasti Ming berada di bawah Kaisar Yongle (1402--1424 M), yang meninggalkan bangunan Kota Terlarang (Forbidden City), kini menjadi ikon kota Beijing sebagai tujuan wisata favorit bagi turis domestik maupun mancanegara.
Prestasi gemilang Dinasti Ming lainnya adalah membentuk armada Angkatan Laut untuk melengkapi kekuatan Angkatan Daratnya. Armada Laut era Dinasti Ming berlayar  ke wilayah Asia-Afrika. Di bawah Panglima Zheng He, wilayah nusantara yang kini menjadi negara Indonesia termasuk yang disinggahi misi pelayaran Dinasti Ming.
Kekuasaan yang direbut dari tangan keponakannya, membuat Kaisar Yongle ekstra waspada bukan saja terhadap suku-suku barbar dari Utara atau komandan-komandan militernya, tetapi juga abdi dalem istana maupun keluarganya sendiri. Sehingga dia terkenal sebagai penguasa bengis yang tidak pernah ragu untuk mengeksekusi lawan-lawan politik beserta famili maupun teman-teman dekat yang dianggap berkhianat.
Usahanya untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Korea dan Jepang serta biaya yang banyak dikeluarkan untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan terutama dari bangsa Mongol, telah menguras keuangan negara. Ditambah dengan gagal panen karena cuaca buruk, banjir, kekeringan, wabah penyakit dan bencana kelaparan, telah mendorong panglima-panglima perang daerah melakukan pemberontakan ke pemerintah Pusat.
Menghadapi berbagai permasalahan ditambah dengan banyaknya pemberontakan telah membuat penguasa terakhir Ming, Kaisar Chongzhen mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Dinasti QINGÂ (1644 - 1911 M). Penguasa Dinasti Qing berasal dari suku bangsa Manchu (Manchuria), yang berkoalisi dengan bangsa-bangsa non-Han serta berkat bantuan sejumlah jenderal pembangkang dari Dinasti Ming berhasil masuk dan menundukkan sisa-sisa kekuatan penguasa sebelumnya yang sudah lemah dan terpecah-belah. Bangsa Manchu mendirikan Dinasti Qing dengan mengadopsi sepenuhnya tata-cara dan sistem pemerintahan model penguasa bangsa China sebelumnya.
Di bawah kaisar terbesarnya Qianlong (1735 -- 1796 M), Dinasti Qing memperluas dan mengukuhkan kekuasaannya di wilayah-wilayah yang dihuni oleh bangsa non-Han, yaitu Xinjiang Uighur, Tibet, Manchuria, Mongolia, dan pulau Taiwan. Sehingga pada tahun 1795, Dinasti Qing merupakan negara/kekaisaran terbesar, terpadat penduduknya dan terkuat di dunia yang pengaruh kekuasaan dan sistem pemerintahan China bisa dirasakan ke wilayah Asia sekitarnya seperti Myanmar, Nepal, Lembah Chitral Pakistan, dan Siam (Thailand).