Mohon tunggu...
Mohamad Asruchin
Mohamad Asruchin Mohon Tunggu... -

Pemerhati masalah sosial-politik, \r\ntinggal di Bekasi, Jawa Barat - Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reuni dan Silaturahmi

5 September 2017   23:20 Diperbarui: 5 September 2017   23:31 4300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Syawal berlalu sudah, undangan menghadiri acara-acara Halal Bihalal memang sudah mulai surut, tapi itu sama sekali tidak menghentikan kegiatan kumpul-kumpul berbagai macam kelompok masyarakat dengan ikatan tertentu. Jenis kegiatan pertemuan yang praktis tidak berbeda dengan acara Halal-Bihalal itu hanya berganti nama menjadi Silaturahmi ataupun Reuni. Meskipun secara semantik dan tujuannya mungkin agak berbeda, pada tulisan ini saya ingin menggunakan istilah Reuni dan Silaturahmi dengan pengertian yang sama, yaitu acara pertemuan yang lebih bersifat kekeluargaan dan kangen-kangenan di antara sesama komunitas tertentu, misal alumni dari pendidikan atau lebih khusus lagi dari angkatan sekolah/training yang sama guna bernostalgia mengenang masa-masa pendidikan sekian tahun atau puluhan tahun silam.

Berbeda dengan acara Halal Bihalal, Natalan maupun pertemuan Adat, acara Reuni atau Silaturahmi tidak terbatas pada waktu atau kelompok tertentu, melainkan bisa berlangsung kapan saja sepanjang tahun sesuai kesepakatan para anggota dan organisatornya serta mencakup anggota dari berbagai latar belakang keluarga maupun keyakinan. 

Acara Reuni juga berlaku secara universal di seluruh pelosok dunia, dan tidak menjadi monopoli dari etnis, agama, golongan atau kelompok manapun. Dalam pertemuan semacam ini, segala perbedaan yang menjadi identitas peserta reuni (suku, agama, ras, golongan) seakan tenggelam digantikan oleh semangat "esprit de corps" -- jiwa korsa dari para anggotanya yang bisa jadi mewakili berbagai macam identitas, bagaikan "mosaic" yang menjadi indah justru karena terdiri dari berbagai komponen yang berbeda.

Pro dan kontra selalu muncul dalam setiap wacana atau aktivitas apapun, tidak terkecuali kegiatan Reuni. Misi mulia Reuni sebagai ajang silaturahmi untuk menyambung kembali atau memperkuat persahabatan ini bisa saja tercemar oleh sikap sejumlah peserta yang hadir untuk "unjuk gigi" pamer kekayaan atau cerita keberhasilan yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan suasana kaku atau bahkan rasa minder bagi sejumlah teman atau peserta yang hadir. 

Mereka yang merasa terpinggirkan dalam capaian materi atau prestasi ini biasanya secara perlahan mundur dari acara serupa. Sebaliknya acara Reuni atau Silaturahmi memberikan beberapa manfaat, antara lain untuk menjalin tali silaturahmi dan saling bertukar informasi, membangun/memperkuat jaringan persahabatan, mengembalikan/menunjukkan eksistensi dan peranan individu, menyumbangkan dana dan tenaga untuk kegiatan sosial, memperpanjang usia, serta last but not least adalah sebagai kesempatan bernostalgia.

Perkembangan teknologi informasi yang melahirkan sarana komunikasi sosial via Email, Yahoo Messangers, Facebook, Twitter, Instagram, Linkedln, BlackBerry, WhatsUp dll. banyak membantu mengintensifkan kegiatan reuni dan silaturahmi. Bagaikan "Ngumpulno balung pisah" (menyatukan kembali tulang-tulang yang berserakan), perangkat media sosial ini sangat berjasa untuk menemukan kembali alamat dan keberadaan para kerabat/sahabat/kawan sekolah yang sudah lama hilang dari peredaran. Alat bantu komunikasi tersebut telah memunculkan ide sekaligus menjadi penyemangat untuk melakukan kumpul-kumpul reuni-silaturahmi dari sesama almamater suatu instansi pendidikan atau unit pekerjaan tertentu. 

Dimulai dengan luapan rasa kangen-kangenan, bernostalgia tentang kebersamaan di masa lampau, pertemuan lanjutan reuni memang bisa menjadi sekedar sarana untuk "Norh-South Dialog" (Ngobrol Ngalor-Ngidul) atau bisa dijadikan wadah yang positif untuk bertukar pengalaman dan pikiran untuk membahas ide-ide kerjasama bisnis, pendidikan/keilmuan atau kesepakatan menggalang suatu gerakan sosial-kemasyarakatan.

Bagaimanapun kegiatan reuni-silaturahmi lebih banyak unsur positifnya dibanding negatifnya. Sejumlah ayat Alquran dan Hadis menyebutkan betapa pentingnya menjalin silaturahmi di antara sesama manusia -- hubungan horizontal, sebagaimana hubungannya secara vertikal dengan Alloh SWT "Hablumminawwoh wa hablum minannas". 

Dua hubungan sederajat yang sama pentingnya ini juga menganjurkan setiap manusia menyelesaikan urusannya dengan sesamanya sebelum memohon ampunan ke hadirat Ilahi Robbi. Kitab suci Alquran menyebutkan secara langsung perintah melakukan silaturahmi, yaitu: "Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu" (QS An-Nisa 4:1). Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW menyebut amalan seseorang yang dapat mengantarnya masuk surga adalah: "Menyembah Alloh dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan sholat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi".

Beberapa hadis nabi menyebutkan bahwa melakukan silaturahmi dapat meningkatkan rezeki dan memperpanjang umur, sebagaimana saya kutip salah satunya: "Barang siapa yang senang dipanjangkan umumnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Alloh dan menyambung silaturahmi" (HR Imam Bazar). Ilmu Pengetahuan modern telah memperkuat bunyi surat Alquran dan Hadis Nabi Muhammad tersebut bahwa seseorang yang sedikit interaksi sosialnya dapat meningkatkan resiko kematian lebih cepat, 

karena pribadi "kurang gaul" seperti itu cenderung sering melamun, mudah stress yang pelariannya bisa kecanduan alkohol, ketagihan narkoba, atau makan dan ngemil tanpa henti yang mengakibatkan obesitas. Sebaliknya pergaulan sosial dengan bertatap-muka langsung dalam acara reuni yang melibatkan komunitas besar ataupun pertemuan silaturahmi dalam jumlah terbatas, dapat dimanfaatkan untuk meluapkan emosi, melepaskan beban permasalahan dan bahkan bisa dipakai sarana meluaskan jaringan bisnis atau mencari koneksi untuk mendapatkan kesempatan pekerjaan yang lebih baik.

Jurnal ASA (American Sociological Association) edisi tahun 2010 menerbitkan tulisan berjudul "Social Relationships and Health: A Flashpoint for Health Policy". Hasil riset ilmiah Sosiolog Debra Umberson dari University of Texas ini mengarisbawahi adanya kaitan erat antara hubungan sosial dengan kesehatan. Secara lebih khusus, interaksi sosial dapat mempengaruhi kesehatan manusia pada 3 (tiga) aspek: sikap bertindak, psikologi sosial dan cara berpikir (physiological). Umberson juga mendapatkan data bahwa seseorang yang frekwensi kontak sosialnya dengan masyarakat rendah maka kemungkinannya dia meninggal dua kali lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang banyak melakukan interaksi sosial.

 Kecenderungan mati lebih cepat bagi mereka yang "kurang gaul" ini juga sudah dimasukkan faktor-faktor kehidupan penting termasuk kondisi sosial-ekonomi, pola hidup serta berbagai variabel lain yang dapat menyebabkan penyakit serius hingga menuju kematian. Beberapa penyakit mematikan yang mudah menjangkiti orang-orang kurang bergaul terutama yang hidup menyendiri tercatat antara lain serangan jantung, tekanan darah tinggi, kanker dan diabetes (luka yang lambat sembuhnya).

Kaitan silaturahmi/reuni dengan pertambahan rezeki jelas nyata. Sejumlah pengusaha sukses menyebutkan kegiatan silaturahmi antara jajaran pimpinan perusahaan dengan para karyawan/buruh menjadi salah satu faktor penting dalam membantu kelancaran dan berkembangnya perusahaan. Pertemuan berkala baik di tempat kerja maupun dalam bentuk piknik bersama, menjadi sarana yang paling efektif untuk meningkatkan komunikasi antara pimpinan perusahaan dengan para karyawannya. 

Suasana informal kebersamaan semacam ini dapat menghilangkan sekat-sekat hambatan psikologis dan mencairkan hubungan antara atasan-bawahan sekaligus menumbuhkan "sense of belonging" dari para karyawan terhadap perusahaan tempat kerjanya. Dengan demikian karyawan akan lebih termotivasi bekerja dengan lebih rajin, inovatif dan penuh tanggungjawab yang pada gilirannya bisa lebih meningkatkan produksi perusahaan baik dari segi kwantitas maupun kwalitasnya. Bagi pebisnis pemula dan perkumpulan dari komunitas lintas profesi, reuni dan silaturahmi dapat digunakan untuk menjajaki peluang, tukar informasi/pengalaman, membangun relasi dan kerjasama bisnis serta mendata calon mitra usaha maupun sasaran pelanggan potensial.

Untuk menindaklanjuti pertemuan tatap muka pada even-even reuni/silaturahmi, komunikasi yang sudah terbentuk harus dipelihara dan dijaga kelangsungannya melalui pembentukan organisasi/perkumpulan dengan ikatan yang agak longgar seperti paguyuban, perkumpulan arisan, kelompok pengajian, grup diskusi, atau saling traktir ulang tahunan. 

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan dalam upaya menembus kemacetan ibukota serta demi efisiensi waktu dan biaya, perkumpulan kekerabatan ini biasanya segera membentuk komunikasi media sosial melalui sarana WhatsApp, Facebook, Blackberry, Twitter, GooglePlus, Line, Linkedln, Telegram, Instagram, dst. Dengan demikian, kegiatan sosial-kekerabatan nirlaba yang bermula dari acara kumpul-kumpul reuni mempererat tali silaturahmi di antara keluarga, sahabat, pertemanan satu hobi sangat bermanfaat dalam menumbuhkan semangat baru, mengurangi stress, bertukar pengalaman, mencari peluang usaha serta berbagai bentuk kerjasama sosial-ekonomi dan kemasyarakatan lainnya.

Pertemuan reuni/silaturahmi setelah sekian lama berpisah tidak jarang memunculkan kesempatan dan potensi-potensi bagus yang belum terpikirkan atau tidak terlihat sebelumnya, sebagaimana dirangkum dalam kalimat Toba Beta, penyair dan novelis dari Sumatra Utara: "Reunion reveals friendship potential that haven't yet been emerged in the past" Acara kumpul-kumpul reuni biasanya banyak dihadiri umumnya oleh para pensiunan yang memiliki waktu relatif lebih longgar setelah terlepas dari kegiatan rutin yang padat dari kantor atau tempat kerja sebelumnya, termasuk para pengusaha swasta yang mulai menyerahkan secara bertahap manajemen dan tangggung jawab perusahaan kepada penerusnya. 

Yang sangat didambakan oleh para Senior Citizens dalam acara reuni-silaturahmi adalah suasana kangen-kangenan, bernostalgia, saling membeberkan tentang kenakalan/keusilan masa lalu yang kini berubah menjadi cerita lucu-lucu, "Sometimes all they need is a hand to hold, an ear to listen and a heart to understand them" -- itulah sebenarnya keperluan utama dari para pensiunan maupun Senior Citizens untuk pul-kumpul dalam acara reuni-silaturahmi.

Bekasi, September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun