Bulan Syawal berlalu sudah, undangan menghadiri acara-acara Halal Bihalal memang sudah mulai surut, tapi itu sama sekali tidak menghentikan kegiatan kumpul-kumpul berbagai macam kelompok masyarakat dengan ikatan tertentu. Jenis kegiatan pertemuan yang praktis tidak berbeda dengan acara Halal-Bihalal itu hanya berganti nama menjadi Silaturahmi ataupun Reuni. Meskipun secara semantik dan tujuannya mungkin agak berbeda, pada tulisan ini saya ingin menggunakan istilah Reuni dan Silaturahmi dengan pengertian yang sama, yaitu acara pertemuan yang lebih bersifat kekeluargaan dan kangen-kangenan di antara sesama komunitas tertentu, misal alumni dari pendidikan atau lebih khusus lagi dari angkatan sekolah/training yang sama guna bernostalgia mengenang masa-masa pendidikan sekian tahun atau puluhan tahun silam.
Berbeda dengan acara Halal Bihalal, Natalan maupun pertemuan Adat, acara Reuni atau Silaturahmi tidak terbatas pada waktu atau kelompok tertentu, melainkan bisa berlangsung kapan saja sepanjang tahun sesuai kesepakatan para anggota dan organisatornya serta mencakup anggota dari berbagai latar belakang keluarga maupun keyakinan.Â
Acara Reuni juga berlaku secara universal di seluruh pelosok dunia, dan tidak menjadi monopoli dari etnis, agama, golongan atau kelompok manapun. Dalam pertemuan semacam ini, segala perbedaan yang menjadi identitas peserta reuni (suku, agama, ras, golongan) seakan tenggelam digantikan oleh semangat "esprit de corps" -- jiwa korsa dari para anggotanya yang bisa jadi mewakili berbagai macam identitas, bagaikan "mosaic" yang menjadi indah justru karena terdiri dari berbagai komponen yang berbeda.
Pro dan kontra selalu muncul dalam setiap wacana atau aktivitas apapun, tidak terkecuali kegiatan Reuni. Misi mulia Reuni sebagai ajang silaturahmi untuk menyambung kembali atau memperkuat persahabatan ini bisa saja tercemar oleh sikap sejumlah peserta yang hadir untuk "unjuk gigi" pamer kekayaan atau cerita keberhasilan yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan suasana kaku atau bahkan rasa minder bagi sejumlah teman atau peserta yang hadir.Â
Mereka yang merasa terpinggirkan dalam capaian materi atau prestasi ini biasanya secara perlahan mundur dari acara serupa. Sebaliknya acara Reuni atau Silaturahmi memberikan beberapa manfaat, antara lain untuk menjalin tali silaturahmi dan saling bertukar informasi, membangun/memperkuat jaringan persahabatan, mengembalikan/menunjukkan eksistensi dan peranan individu, menyumbangkan dana dan tenaga untuk kegiatan sosial, memperpanjang usia, serta last but not least adalah sebagai kesempatan bernostalgia.
Perkembangan teknologi informasi yang melahirkan sarana komunikasi sosial via Email, Yahoo Messangers, Facebook, Twitter, Instagram, Linkedln, BlackBerry, WhatsUp dll. banyak membantu mengintensifkan kegiatan reuni dan silaturahmi. Bagaikan "Ngumpulno balung pisah" (menyatukan kembali tulang-tulang yang berserakan), perangkat media sosial ini sangat berjasa untuk menemukan kembali alamat dan keberadaan para kerabat/sahabat/kawan sekolah yang sudah lama hilang dari peredaran. Alat bantu komunikasi tersebut telah memunculkan ide sekaligus menjadi penyemangat untuk melakukan kumpul-kumpul reuni-silaturahmi dari sesama almamater suatu instansi pendidikan atau unit pekerjaan tertentu.Â
Dimulai dengan luapan rasa kangen-kangenan, bernostalgia tentang kebersamaan di masa lampau, pertemuan lanjutan reuni memang bisa menjadi sekedar sarana untuk "Norh-South Dialog" (Ngobrol Ngalor-Ngidul) atau bisa dijadikan wadah yang positif untuk bertukar pengalaman dan pikiran untuk membahas ide-ide kerjasama bisnis, pendidikan/keilmuan atau kesepakatan menggalang suatu gerakan sosial-kemasyarakatan.
Bagaimanapun kegiatan reuni-silaturahmi lebih banyak unsur positifnya dibanding negatifnya. Sejumlah ayat Alquran dan Hadis menyebutkan betapa pentingnya menjalin silaturahmi di antara sesama manusia -- hubungan horizontal, sebagaimana hubungannya secara vertikal dengan Alloh SWT "Hablumminawwoh wa hablum minannas".Â
Dua hubungan sederajat yang sama pentingnya ini juga menganjurkan setiap manusia menyelesaikan urusannya dengan sesamanya sebelum memohon ampunan ke hadirat Ilahi Robbi. Kitab suci Alquran menyebutkan secara langsung perintah melakukan silaturahmi, yaitu: "Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu" (QS An-Nisa 4:1). Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW menyebut amalan seseorang yang dapat mengantarnya masuk surga adalah: "Menyembah Alloh dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan sholat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi".
Beberapa hadis nabi menyebutkan bahwa melakukan silaturahmi dapat meningkatkan rezeki dan memperpanjang umur, sebagaimana saya kutip salah satunya: "Barang siapa yang senang dipanjangkan umumnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Alloh dan menyambung silaturahmi" (HR Imam Bazar). Ilmu Pengetahuan modern telah memperkuat bunyi surat Alquran dan Hadis Nabi Muhammad tersebut bahwa seseorang yang sedikit interaksi sosialnya dapat meningkatkan resiko kematian lebih cepat,Â
karena pribadi "kurang gaul" seperti itu cenderung sering melamun, mudah stress yang pelariannya bisa kecanduan alkohol, ketagihan narkoba, atau makan dan ngemil tanpa henti yang mengakibatkan obesitas. Sebaliknya pergaulan sosial dengan bertatap-muka langsung dalam acara reuni yang melibatkan komunitas besar ataupun pertemuan silaturahmi dalam jumlah terbatas, dapat dimanfaatkan untuk meluapkan emosi, melepaskan beban permasalahan dan bahkan bisa dipakai sarana meluaskan jaringan bisnis atau mencari koneksi untuk mendapatkan kesempatan pekerjaan yang lebih baik.