ranggas siang dan leleh peluh
kau kembali memagut
menuntaskan keinginan yang lewat sesaat
kerinduan membalut kebencian
berhambur pertanyaan tentang luka
dan dendam sepanjang jalan
aku masih langit yang dulu, desahmu
pengap udara dan gegar detak jantung
lebih riuh dari raung sinso
aku mencatat bagaimana kesetiaan mulai berkarat
dan rindu diam-diam menjadi laknat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!