KITA AKAN TERUS PERANG ATAU DAMAI ?
AGGRA INSTITUTE
Taman Belajar Pluralisme Dan Multikulturalisme
TENTANG PILAR PILAR BANGSA DAN NEGARAÂ 1
Pendahuluan .
Semenjak Reformasi digulirkan tahun 1998 yang berhasil melucuti ORDE BARU dari kekuasaannya , yaitu rejim yang dituduh penuh dengan dosa dosa KKN , militerisme, kediktatoran maka mulailah babak baru how to manage and who is tne most expectable manager for our country .Pak Harto sebagai general manager masa yang telah dilewatinya harus memikul tanggung jawab hampir sendirian , meskipun Pak Harto sebagai penanggung jawab paling tinggi sebenarnya hanyalah sebagai pemegang penyaluran buah pikiran para ahli ahli brain storming yang menjadi pembantunya .Tentu kita ingat saat terakiir rejim orde baru berkuasa ,ketika Pak Harto berniat lengser ,karena beliau sadar bahwa rakyat sudah tak menghendaki kehadirannya dan menyadari keterbatasn ilmunya ,yaitu saat negeri kita ini dilanda gempa krisis ekonomi , justru wakil wakil rakyat (MPR) dengan aklamasi mengangkat beliau dengan aklamasi untuk kembali sebagai Presiden .Demikian pula para ahli pembantu Presiden ,lebih lebih yang julig julig yang sudah menduga gerakan rakyat melawan ORDE BARU tak terbendung lagi ,selain hanya dapat dilawan seperti terjadi di TIEN AMEN .setelah tua , Watak asli Jawanya yang welas asih timbul ,dan nuraninya mengatakan itu tak mungkin .Tak mungkin akan ada korban begitu besar untuk kemegahannya saja , sementara para pmbantunya hnya berlindung numpang kekuasannya dan numpang hidup sambil menipu kesana dan disini .Saran Pak Kyai Ainun Najib benar masuk dalam sanubari beliau " ORA DADI PRESIDEN ORA PATEKEN " . Ternyata benar pembantu pembantu beliau tampak belangnya ,tak lebih musang berbulu ayam , tak lagi ada solidaritas untuk menikmati kemakmuran bersama jatuh bersama .Seperti benalu ngajak sempal .
Pepatah Cina mengatakan "Jika pohon itu akan roboh , maka akan monyet monyet keluar berhamburan meninggalkannya ."
Pak Harto yang mempunyai ingatan kuat .dan pendendam sejati , menyadari apa sebenarnya yang telah terjadi . Sungguh tak dapat dimengerti mengapa sampai beliau , menjadikan putera putera beliau , justru tak mengijinkan pembntu pembantu terdekat "kinasih " tak diijinkan meskipun hanya menjenguk beliau ketika beliu sudah koma .
Rupanya faktor ketakwaan , umpama kejujuran ,ketulusan , kesetiakawanan yang paling diperlukan di negeri ini .
Dalam agama disebut Tak kujadikan manusia dan jin , selain menyembah AKU .
Maksudnya tentu , tak kujadikan manusia dan jin kecuali bertakwa , mentaati perintah perintanya dan menjauhi larangannya , yang berbuat ammar makruf nahi mungkar .
Berkata Pak Yudi Latif :
" Mengapa republik yang didirikan para pelopor mulia , bisa jauh ke tangan tangan yang hina ? ."
(Maaf catatan penulis hilang sehingga tak dapat menunjukkan dari SK apa dan tangal berapa yang penulis jadikan klipping , meskipun klipping tersimpan )Â .
Tulisan ini tak lain dari resonansi dari tulisan terdahulu baik tulisan orang lain maupun dari penulis sendiri , tentang gambaran kesumpekan kebunekan yang sudah demikian lama tak kunjung berakhir . Yaitu kebunekan dan kesupekan yang disebabkan adanya gejolak dan kegelisahan masyarakat yang terus menerus (usreg)  , yang sangat mengganggu ketenangan dan kenyamanan .
Aksi aksi yang terjadi dalam berbagai bentuk , dari yang bentuknya sangat halus misalnya sindiran, kritik sampai yang kasar misalnya unjuk rasa 'pernyataan tidak puas , merupakan protes masyarakat untuk menyuarakan ketidak puasan  . Masyarakat menuntut antara lain keadilan ,kesejahteraan , lalu menjadi membesar sulit dikendalikan dan kadang kadang sudah mendekati anarki .Keruwetan itu masih ditambah maraknya kriminal disegala tingkatan dan bidang .Semua orang berharap dan berdoa agar kebunekan dan ketidakpastian ini dapat segera usai .
Penduduk negeri ini ingin supaya kegelapan ini dapat segera berakhir , wong sandang pangan lan papane relatf wis di cukupi kabeh dan mestinya segera dapat memasuki daerah pencerahan yang padang gembrang dimana orang dapat tenang damai dan makmur , dunia  yang tata tentrem, gemah ripah jinawi kertaraharja ,rapah ripih , repeh yaitu menikmati buah kemerdekan yang diperjuangkan secara bersama , wong olehe berjuang dan menang bersama kok .Itu saja , rakyat sebenarnya tak neko neko ,tetap rajin , tawakal .
" Jago kluruk rame kapiyarsi , mratandani yen bangun enjing .Ing padesan wiwit obah .Lanang wadon pada anambut kardi ,Netepi kuawajiban ."
Selain orang orang yang tak jujur dan serakah , diam diam semua rakyat menghendaki dan membenarkan hal demikian .
Tulisan saya ini rupanya juga dipicu oleh kekagetan yang bercampur dengan kekaguman saya ,dene kok ya masih ada orang muda yang suka mikirin yang susah susah dan bertele tele . Memang tak sedikit pemikir atau katakanlah ahli pikir yang muda muda , namun yang "temuwo" kok tampak jarang ada .
"Temuwo " artinya mempunyai pikiran seperti orang tua yang telah mengalami asam garam kehidupan dan memikirkan kebijaksanaan dan kebijakan ,Urun pitutur, agar anak anaknya , saudara saudaranya yang lain , tetanganya bisa membedakan ala becik supaya hidupnya hati hati tak suka gegeran ,enak kepenak, tak larut dalam huru hara , tak tergoda untuk melakukan perbuatan kriminal dan lain sebagainya sehingga dapat hidup sempulur selamat dunia akhirat .
Padatannya pemikirpemikir sekarang (katakanlah filsuf ) yang dulu mikir terus , selalu mencari kebenaran dan kebaikan juga sudah memilih menggeluti atau berkutat yang praktis,pragmatis saja , tak suka yang bertele tele , tapi tak menghasilkan uang , karena jaman modern sekarang segala sesuatu diukur dengan banyaknya uang . Kalau dulu ada program tv berjudiul berpacu dalam melodi ,kini baik yang terang terangan atau  secara tersamar berubah menjadi program program berpacu dalam mengeruk uang .
Budaya berebut ternyata memang telah menjadi budaya , dibudayakan di Jawa . Setiap ada kenduri , selamatan , kirab kirab pasti ada perebutan .Rebutan lalu menjadi kebiasaan tak baik , seperti mengajarkan setiap ada apa apa harus berebut .Itu sudah sejak lama menjadi pemikiran Pangeran Puger,pejabat kraton Kasunanan Solo namun hinga kini belum ada perubahan .Rebutan sesungguhya menjadi pembelajaran yang menentang sifat sifat sabar sareh bangsa . Ternyata dalam dunia nyata perebutan terus terjadi , barebut dalam berlalu lintas ,apat giliran dirumah sakit , berebut lahan , berebut jabatan , berebut paling benar , pada ujungnya berebut "kamukten " . Uang .
Bahkan petinggi petinggi yang formal maupun yang setengah formal ,yang mempunyai tugas dan kewenangan meredam nafsu nafsu amarah , aluamah ' yang seharusnya memberi contoh bagaimana harus bersikap menghadapi hidup yang kemelut ini , ternyata dengan cara dan kepandaiannya larut juga dalam kegelimangan dunia yang menyilaukan . Memberi contoh yang kurang tepat yang bertentangan dengan kedudukannya dan kebisaannya .Kelompok inijuga ingin mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk bekal di dunia yang baru dilanda kekalutan .
Tulisan Pak Yudi Latif yang saya kagumi adalah   menyangkut urusan negara ,tetapi kayaknya bukan berlaku untuk negara tok melainkan semua lapangan kehidupan,
Kini begitu banyaknya orang membicarakan PILAR PILAR NEGARA DAN BANGSA IJINKANLAH saya ingin berpartisitasi urun rembug meskipun kurang memadai .
1.Dalam Komunike Dialog Nasional Jati Diri Bangsa yang berlangsung di Yogyakarta , Sabtu ,yang dihadiri setidaknya 200 orang tokoh tokoh pemimpin bangsa ,Sultan yang tampil sebagai pembicara kunci menilai reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , karena digantikan oleh ketidak pastian yang sengaja diciptakan oleh mereka yang diuntungkan dari ketidak pastian tersebut . Dalam kondisi kehidupan bangsa yang berat sekarang ini (2004 ) bangsa Indonesia harus bangkit membangun optimisme baru ,dengan semangat mengedepankan akhlak moral sebagai pendorongnya .
2.Analis Politik ,Pemikir Kebangsaan dan kenegaraan Yudi Latif menyebutkan
" Menghadirkan para penyelenggara negara di dalam perenungan , yang akan tersimpul adalah kemasygulan .
Mengapa repuplik yang didirikan para pelopor mulia, bisa jatuh ketangan tangan yang hina .
Pelopor yang mulia ,para negarawan yang mulia adalah yang selalu berpikir apa yang dapat disumbangkan bagi negara . Sedangkan politikus yang hina adalah yang sengaja atau tidak sengaja selalu berusaha mengambil keuntungan terbesar dari negara .
Hal itulah yang perlu pemikiran kita dan harus disikapi .
Karena itu kita harus sealu mencari konsepsi baru BAGAIMANA WATAK NEGARA INI SESUAI DENGAN IMPIAN PARA PENDIRI BANGSA YANG MENGHENDAKI PERWUJUDAN NEGARA KEADILAN DAN NEGARA KEKELUARGAAN . PARAÂ PENDIRI BANGSA MENDEFINISIKAN NEGARA SEBAGAI ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG BERTUJUAN MENYELENGGARAKAN KEADILAN SOSIAL .
Untuk menghadirkan konsepsi kenegaraan seperti itu , ternyta tumpuan utamanya adalah moral penyelenggara negara .
Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 45 menyatakan : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab , mewajibkan pemerintah dan lain lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan sesuatu yang yang dikehendaki misalnya yang luhur dan memegang teguh cita cita moral rakyat yang luhur".
Marilah berhenti bergotong royong mempermalukan/membangkrutkan negara , dengan mulai bergotong royong memuliakannya . Karena penyelenggara negara tak dapat bangkit sendiri mereka harus dibangkitkan .
Pendeknya semua orang menghendaki adanya perubahan dan perbaikan .Tetapi perubahan dan perbaikan yang bagaimana?
Apakah selama ini belum pernah ada perubahan dan perbaikan ?
Perubahan besar besaran justru telah terjadi sebelumnya ,tatkala gerakan reformasi menggulingkan kekuasan orde baru . Dan MPR "berhasil" mengamandemen UUD 45 hingga 4 X .
Sebenarnya pemerintah yang berkuasa juga telah memelopori perubahan dan perbaikan , sudah banyak melakukan perubahan dan perbaikan menurut versinya ,
Yang jelas pemerintah telah dengan taat melaksanakan semua agenda reformasi sesuai dengan tuntutan para reformis .
Telah dilakukan program reformasi pada Lembaga lembaga /instansi negara
Telah dilakukan refreshing kabinet,ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat ,
perdagangan / pasar bebas
pemasukan modal asing
penegakkan hukum
pemberantasan korupsi yang penuh semangat
penegakan HAM
namun yang jelas gejolak , kegelishan masyrakat kekalutan keruwetan , masih terus berlangsung bagaikan mendung selalu menggelapi alam kita . Bukan malah berkurang bahkan makin menjadi jadi .Itu tanda perubahan dan perbaikan yang diadakan belum klop dengan yang dimaui rakyat ?
Atau memang dasar rakyatnya keliwat tak bisa diatur dan cerewet ?
Menurut nalar yang sehat , Keadaan gelisah ini ,tak akan terjadi  tanpa sebab .
Ini yang harus dicari penyebabnya ,tentunya para ahli sudah sangat mengerti .?.
Versi dulu setiap ada gejolak yang berujung pada kekecewaan pemerintah atau rakyat , dan yang dituding sebagai penyebab selalu adanya penyelewengan dari UUD 45Â Â ,
Jika demikian tentu bukan yang tidak masuk akal , jika sekarangpun kita lagi berhadapan dengan penyelewengan UUD 45 kita,terdapat penyelewengan terhadap UUD 45 atau bahkan UUD Tahun 50 ? . Lalu bagaimana kita akan kembali ke UUD 45 lagi ?
Sebelum tahun 1950 kita (NKRI ) selalu berada dalam ketidak pastian karena de jure kita (RI) hanya menguasai beberapa petak wilayah dari seluruh Republik ini, Jogyakarta dan Aceh .
KMBÂ Â diam diam mempunyai jasa menghadirkan republik yang utuh dalam bentuk RIS .
Tahun 1950 RIS. menjadi RI kembali dengan UUD 50 . Dalam dasa warsa ini RI masuk dalam alam kegelapan kembali dan puncaknya ialah ketika konstituante tak dapat melaksanakan tugasnya membentuk UUD baru .Keadaan negara stagnan dan ini dapat membahayakan .
Bukan salah Soekarno jika Soekarno dan angkatan darat berang dan rakyat marah .
1957 Mengingat Konstituante gagal menetapkan UUD ,dan keadaan negara dalam ketidak pastian , chaos .Daerah daerah membentuk dewan dewan untuk mengurus diri sendiri karena tak bisa lagi mentaati Pusat . Untuk mengatasi kebuntuan dan ketidak pastian Bung Karno dengan suaranya yang lantang mecanangkan , kita kembali ke UUD 45 secara murni dan konsekwen .
Rakyat menyambut  dengan gembira.
Demikian pula pada 1966 terulang . PKI merongrong kekuasaan Pemerintah . Terjadi keadaan chaos . Orde Baru menuduh orde lama telah banyak menyelewengkan UUD 45 . Orde Baru dengan kekuatan ABRI nya berhasil membawa  Indonesia kembali ke UUD45 secara murni dan konsekuen lagi . Rakyat menyambut dengan gembira .
Dalam omong omongnya di TV pada pertengahan Juli 2014 sekilas penulis mendengar Pak Judi Latif menjawab pertanyaan presenter , dengan mengatakan , keruwetan ini sudah dari dulu ada . Sayup sayup beliau kedengarannya dengan ragu mengatakan mungkin keruwetan ini disebabkan konstitusinya yang kurang betul  . Maafkan jika pendengaran saya kurang pas. Tetapi mungkinkah UUD kita , perlu diganti .?
Mungkinkah itu ?
Tampaknya mudah dan tidak mudah .
Mudahnya karena dapat dikerjakan kroyokan di MPR sehingga dapat dikerjakan dengan cepat ,apa lagi oleh para ahlinya .
Tak mudahnya " kita lihat Kontituante tahun 1955 , yang semakin semakin banyak anggota dan semakin banyak ahli tak dapat menyelesaikan tugas membuat UUDRI yang baru ".
Tetapi dalam demokrasi memang harus ada wakil wakil yang demokratis , meskipun hasilnya amburadul. Atau politikus politikus wakil rakyat kita yang kurang pinter .Belum pinter memilih dan yang dipihpun juga belum tentu pinter .
Dalam perkembangan , perjalanan sejarah negara selama ini tentu saja sikon sikon sudah terlalu banyak berubah, contohnya penduduk Indonesia yang semula hanya 60 juta telah bekembang menjadi 4 X lipat yaitu 250 juta .Teknologi sudah berkembang demikian maju , sampai desapun sudah ada universitas yang mencetak orang orang pintar .namun judtru kita masih berkutat dalam UUD yang lama , malah yang barupun karena hasil dari " kembali pada UUD 45 ."
Namun sebenarnya baik yang baru maupun yang kuno sama saja hal itu tidak menjadikan masalah .Hal itu telah diprediksi jauh hari oleh para pendiri negara ini . Visi para founding father kita bisa menembus jauh ke depan puluhan bahkan ratusan tahun .Kebijaksanaan para founding father kita ,Sulit untuk diragukan ketajamannya dan belum terkalahkan .
Di negara yang maju maju dan mempunyai lebih banyak masalahnya ,dan banyak orang pinternya juga tak sakepenakne dewe mengganti UUD nya .
Atau sebagai negara yang menonjolkan sebagai negara hukum ,mengapa tak mencoba menelusuri apakah hukum yang menjadi rambu rambu perjalanan sejarah , tak kita langgar sendiri atau kita sendiri tak taat hukum .(Kita sendiri maksudnya semua pejabat hukum ,dari yang mengangkat penegak hukum , penegak hukum itu sendiri obyek objek penegakkan hukum yang lain ).
Siapapun yang percaya akan dasar dasar yang digariskan oleh para founding father kita , bagaimana terjepitnya oleh ulah demokrasi budaya barat akan sulit melepaskan dasar dasar pikiran yang digariskan pendahulu kita ,yang dimaksud sebagai guidance , dasar atau sumber hukum , karena founding father kita  mengerti betul kwalitas kwalitas serta model model perangai anggota bangsanya , karen itu kebijaksanaan founding father kit juga telah menyertakan  petunjuk kemana seharusnya arah perjalanan kita supaya tidak tabrakan dalam mengejar tujuan hidup bangsa yang tata tentrem , gemah ripah serta kerta raharjo .
Dan rambu rambu itu tak lenyap bagaimanapun dahsyatnya gelombang gelombang menghantam yang tak henti hentinya . Rambu rambu akan tetap terpasang ditempatnya , tinggal kita dapat mengerti dan taat hukum atau tidak  . Yang digariskan founding father kita , Pancasila masih dapat bertahan sebagai dalam Mukadimah UUD .
Bahkan lebih dari itu dengan yakin dan semangat dikatakan Pilar Pilar Negara tak dapat dan tak boleh di ganggu gugat (diubah ubah )Â .
Sebaliknya bagi siapa yang tak memahaminya akan menyebut dasar dasar negara warisan founding father bangsa ini sudah sebagai  kuno dan tak njamani sehingga tak layak lagi untuk dipakai sebagai pegangan negara kita yang sudah menjadi negara modern dan waaah .
Namun ternyata UUD 45  dengan cara apapun masih sangat diperlukan , masih tetap memandu perjalanan bangsa , meskipun nyaris di tinggal bubar oleh rakyatnya .tetapi juga masih banyak yang mempertahankannya  .
Mungkin siapapun yang tak yakin dan tak memahami Pilar Pilar Negara ,selain sebagai semboyan tanpa perlu diketahui isinya dan secara kebetulan meraih kekuasaan untuk memerintah , kelak , betapapun besar prestasi yang dihasilkan , namun jika tidak bersesuaian dengan kehendak rakyatnya , akan ditolak , dianulir sebagai kegagalan .Kita katakan kelak , karena kadang kadang siapapun yang mempunyai pendirian berlainan lebih baik diam seribu bahasa dan sungkan untuk menyatakan ketidak setujuannya dengan harus menghadapi risiko .Sabarlah tunggu , sampai kelak .Jika macan itu sudah menjadi ompong .
Siapapun yang meragukan kelebihan founding father kita , seperti katak yang mempunyai pikiran seolah olah dirinya lembu .
Penyelewengan UUD 45 selalu membuahkan banyak musibah musibah . Dasarnya memang UUD 45 terdiri dasar dasar yang digali dari rakyat dan bumi sendiri.Bahkan amandemen terhadap UUD 45 tak menyelesaikan masalah .
Inilah yang membuat permasalahan tak kunjung jelas , dan selalu menjadikan tanda tanya .
Masih ada satu tanda tanya lagi sebagai upaya dalam mencari jawaban yang diharapkan , menjadi  kemungkinan dapat menjawab pertanyaan dan menghentikan ketidak pastian itu .
Untuk penggantian konstitusi tak mungkin karena akan mendurhakai para founding father kita yang lebih bijaksana dari kita kita , maka setidaknya perlu pengkajian kembali UUD 45 ,apakah dalam pelaksanaannya sudah proposional atau setidak tidaknya lebih mendekati maksud founding father kita.
Ada kemungkinan selama itu penerapan UUD 45 belum sesuai dengan yang dimaksud pendirinya .
Yang seperti ini ialah disebabkan kemungkinan MPR memang kurang memahami UUD 45 ,sesuai dengan yang dimaksud pendirinya sehingga membuat kekeliruan dalam mengambil keputusan .
Contohnya : Vox populi belum tentu menjamin kebenaran , sekalipun dapat menguasai kemenangan dan kekuasaan . Sayang Vox populi vox Dei , dalam demokrasi mempunyai arti " suara terbanyak adalah yang syah ". Betulkah vox populi vox Dei ? Betulkah suara terbanyak dapat menjamin kebenaran . Menurut pemikiran yang lebih dalam ternyata ungkapan vox populi vox Dei sama sekali tidak betul .Bagaimanapun juga suara Tuhan tak boleh disamakan suara terbanyak . Karena hanya Tuhan saja Yang Serba Maha Tahu . Semboyan vox populi vox Dei hukumnya musrik .
Jahatnya lagi vox populi sebetulnya berasal dari satu sumber suara atau suara satu kelompok orang , yang lain adalah suara bebek yang gemuruh "sendiko dawuh ".
(Misalnya : Hitler berteriak Deutsland uber alles . Vox populi , semua orang menyambut Heil Hitler atau Heil Fuhrer . Sukarno berteritak ganyang boneka Nekolim Malaysia , vox populi menyambut dengan meneriakkan .Hidup . Hidup . Pak Harto bersalam "merdeka " vox populi menyambut dengan "ampera " .Atau mungkin juga tak terlalu buruk keyakinan ini , karena segala sesuatu tak lepas dari sikon sikon setempat , hanya tampaknya kurng sesuai dengan sikon kta
Karena itu agar menjadi pelajaran bagi yang dapat meraih suara lebih banyak , jangan merasa paling benar , karena pemilih dalam sesaat dapat saja tertipu memilih kucing dalam karung , tertpu iming yang tak seberapa atau justru hanya tertipu janji kosong .dan sulit meralatnya karena harus melalui badai yang dahsyat seperti meralat kekuasaan Orla tahun 1966/1967 maupun Orba 1997/1998 .Founding father kita mengajarkan permumafkatan dalam permusyawaratan /perwakilan , dengan dasar dasar kekeluargan dalam Pancasila
DALAM DAN SEJAK ERA REFORMASI , kita toh masih diatas pijakan UUD 45 , belum ada orang berani berpendapat seperti kata hati Pak Judi Latif , takut kualat atau takut karena masih banyak pendukung yang akan marah jika hal seperti itu dibicarakan . Orang belum berani membelakangi pilar pilar negara , Pancasila , UUD 45 , Bhineka Tunggal Ika dan NKRI , karena masih banyak orang lain lagi yang akan membelanya .
Atau lebih baik kita simak dulu bagaimana sebetulnya yang disebut PILAR PIAR BANGSA DAN NEGARA ITU .
Yang jelas dalam periode terakhir ini , periode yang membuka aib ORDE LAMA yang menyalahi dan menanggung dosa karena menodai Pancasila , UUD 45 dengan banyaknya KKN , arogansi dan keserakahan untuk menguasai Timtim ,seharusnya dikembalikan lagi pada kemurnian UUD 45 secara murni dan konsekwen .
Justru orang menjauhinya , berupaya menjadi jalan yang lebih baik lagi dengan meningalkan UUD 45 Pancasila .Memang sejak semula ada saja upaya untuk menjegal pelaksanaan Pancasila UUD 45 , karena UUD 45 Pancasila lebih banyak bersemayam dalam hati (jiwa ) belum dibuka dan diketahui dngan jelas .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI