Mohon tunggu...
asri bintoro asri bintoro
asri bintoro asri bintoro Mohon Tunggu... -

saya lahir di grabag kutoarjo purworejo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Pilar-pilar Bangsa dan Negara

7 Oktober 2012   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Inilah yang membuat permasalahan tak kunjung jelas , dan selalu menjadikan tanda tanya .

Masih ada satu tanda tanya lagi sebagai upaya dalam mencari jawaban yang diharapkan , menjadi   kemungkinan  dapat menjawab pertanyaan dan menghentikan ketidak pastian itu .
Untuk penggantian konstitusi tak mungkin karena akan mendurhakai para founding father kita yang lebih bijaksana dari kita kita , maka  setidaknya  perlu pengkajian kembali UUD 45 ,apakah dalam pelaksanaannya sudah proposional atau setidak tidaknya lebih mendekati maksud founding father kita.

Ada kemungkinan selama itu penerapan UUD 45 belum sesuai dengan yang dimaksud pendirinya .

Yang seperti ini ialah disebabkan  kemungkinan MPR memang kurang memahami UUD 45 ,sesuai  dengan yang dimaksud pendirinya sehingga membuat kekeliruan dalam mengambil keputusan .

Contohnya  : Vox populi belum tentu  menjamin kebenaran , sekalipun dapat  menguasai kemenangan dan kekuasaan . Sayang Vox populi vox Dei ,  dalam demokrasi mempunyai arti " suara terbanyak adalah yang syah ". Betulkah vox populi vox Dei ? Betulkah suara terbanyak dapat menjamin  kebenaran  .  Menurut pemikiran yang lebih dalam ternyata ungkapan vox  populi vox Dei  sama sekali tidak betul .Bagaimanapun juga suara Tuhan tak boleh disamakan suara terbanyak . Karena hanya  Tuhan saja Yang Serba Maha Tahu . Semboyan vox populi vox Dei hukumnya musrik  .

Jahatnya lagi vox populi sebetulnya berasal  dari satu sumber suara atau suara satu kelompok orang ,  yang lain adalah suara bebek yang gemuruh "sendiko dawuh ".
(Misalnya : Hitler berteriak Deutsland uber alles . Vox populi , semua orang menyambut Heil Hitler atau Heil Fuhrer . Sukarno berteritak ganyang boneka Nekolim Malaysia ,  vox populi menyambut dengan meneriakkan .Hidup . Hidup . Pak Harto bersalam "merdeka " vox populi menyambut dengan "ampera " .Atau mungkin juga tak terlalu buruk keyakinan ini , karena segala sesuatu tak lepas dari sikon sikon setempat , hanya tampaknya kurng sesuai dengan sikon kta
Karena itu agar menjadi pelajaran bagi yang dapat meraih suara lebih banyak , jangan merasa paling benar , karena pemilih dalam sesaat dapat saja tertipu memilih kucing dalam karung , tertpu iming yang tak seberapa atau justru hanya tertipu janji kosong  .dan sulit meralatnya karena harus melalui badai yang dahsyat seperti meralat kekuasaan Orla tahun 1966/1967  maupun Orba 1997/1998 .Founding father kita mengajarkan permumafkatan dalam permusyawaratan /perwakilan , dengan dasar dasar kekeluargan  dalam Pancasila

DALAM DAN SEJAK ERA REFORMASI , kita toh masih diatas pijakan UUD 45 , belum ada orang berani berpendapat seperti kata hati Pak Judi Latif , takut kualat atau takut karena masih banyak pendukung yang akan marah jika hal seperti itu dibicarakan . Orang belum berani membelakangi pilar pilar negara , Pancasila , UUD 45 , Bhineka Tunggal Ika dan NKRI , karena masih banyak orang lain lagi yang akan membelanya .

Atau lebih baik kita simak dulu bagaimana sebetulnya yang disebut PILAR PIAR BANGSA DAN NEGARA ITU .

Yang jelas dalam periode terakhir ini , periode yang membuka aib ORDE LAMA yang menyalahi dan menanggung dosa karena menodai  Pancasila , UUD 45  dengan banyaknya KKN , arogansi dan keserakahan untuk menguasai Timtim ,seharusnya dikembalikan lagi pada kemurnian UUD 45 secara murni dan konsekwen .

Justru orang menjauhinya , berupaya menjadi jalan yang lebih baik lagi dengan meningalkan UUD 45 Pancasila .Memang sejak semula ada saja upaya untuk menjegal pelaksanaan Pancasila UUD 45 , karena UUD 45 Pancasila lebih banyak bersemayam dalam hati (jiwa ) belum dibuka dan diketahui dngan jelas .

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun