Mohon tunggu...
asri bintoro asri bintoro
asri bintoro asri bintoro Mohon Tunggu... -

saya lahir di grabag kutoarjo purworejo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Pilar-pilar Bangsa dan Negara

7 Oktober 2012   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Jago kluruk rame kapiyarsi , mratandani yen bangun enjing .Ing padesan wiwit obah .Lanang wadon pada  anambut kardi ,Netepi kuawajiban ."

Selain orang orang yang tak jujur dan serakah , diam diam semua rakyat menghendaki dan membenarkan hal demikian .

Tulisan saya ini rupanya juga  dipicu oleh kekagetan yang bercampur dengan kekaguman saya ,dene kok ya masih ada orang muda yang suka mikirin yang susah susah dan bertele tele . Memang tak sedikit pemikir atau katakanlah ahli pikir yang muda muda , namun yang "temuwo" kok tampak jarang  ada .
"Temuwo " artinya mempunyai pikiran seperti orang tua yang telah mengalami asam garam kehidupan dan memikirkan kebijaksanaan dan kebijakan ,Urun pitutur, agar anak anaknya , saudara saudaranya yang lain , tetanganya  bisa membedakan ala becik supaya hidupnya hati hati tak suka gegeran  ,enak kepenak, tak larut dalam huru hara , tak tergoda untuk melakukan perbuatan kriminal dan lain sebagainya sehingga dapat hidup sempulur selamat dunia akhirat .
Padatannya pemikirpemikir sekarang (katakanlah filsuf ) yang dulu mikir terus , selalu mencari kebenaran dan kebaikan juga sudah memilih menggeluti atau berkutat yang praktis,pragmatis saja , tak suka yang bertele tele , tapi tak menghasilkan uang , karena jaman modern sekarang segala sesuatu diukur dengan banyaknya uang . Kalau dulu ada program tv berjudiul berpacu dalam melodi ,kini baik yang terang terangan atau   secara tersamar berubah menjadi program program berpacu dalam mengeruk uang .
Budaya berebut ternyata memang telah menjadi  budaya , dibudayakan di Jawa . Setiap ada kenduri , selamatan , kirab kirab pasti ada perebutan .Rebutan lalu  menjadi kebiasaan tak  baik , seperti mengajarkan setiap ada apa apa  harus berebut .Itu sudah sejak lama menjadi pemikiran Pangeran Puger,pejabat kraton Kasunanan Solo namun hinga kini belum ada perubahan .Rebutan sesungguhya menjadi pembelajaran yang menentang sifat sifat sabar sareh bangsa . Ternyata dalam dunia nyata perebutan terus terjadi , barebut dalam berlalu lintas ,apat giliran  dirumah sakit , berebut lahan , berebut jabatan , berebut paling benar , pada ujungnya  berebut "kamukten " . Uang .

Bahkan petinggi petinggi yang formal maupun yang setengah formal ,yang mempunyai tugas dan kewenangan meredam nafsu nafsu amarah , aluamah  ' yang seharusnya memberi contoh bagaimana harus bersikap menghadapi hidup yang kemelut ini , ternyata  dengan cara dan kepandaiannya  larut  juga dalam kegelimangan dunia yang menyilaukan . Memberi contoh  yang kurang tepat  yang bertentangan dengan kedudukannya dan kebisaannya  .Kelompok inijuga ingin mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk bekal di dunia yang baru dilanda kekalutan .

Tulisan Pak Yudi Latif yang saya kagumi adalah    menyangkut  urusan negara  ,tetapi kayaknya bukan berlaku untuk negara tok melainkan semua lapangan kehidupan,

Kini begitu  banyaknya orang membicarakan PILAR PILAR NEGARA DAN BANGSA  IJINKANLAH  saya ingin berpartisitasi urun rembug meskipun kurang memadai .

1.Dalam Komunike Dialog Nasional Jati Diri Bangsa yang berlangsung di Yogyakarta , Sabtu ,yang dihadiri setidaknya 200 orang tokoh tokoh pemimpin bangsa ,Sultan yang tampil sebagai pembicara kunci menilai reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , karena digantikan oleh ketidak pastian yang sengaja diciptakan oleh mereka yang diuntungkan dari ketidak pastian tersebut . Dalam kondisi kehidupan bangsa yang berat sekarang ini  (2004 ) bangsa Indonesia harus bangkit membangun optimisme baru ,dengan semangat mengedepankan akhlak moral sebagai pendorongnya .

2.Analis Politik ,Pemikir Kebangsaan dan kenegaraan Yudi Latif menyebutkan

" Menghadirkan para penyelenggara negara di dalam perenungan , yang akan tersimpul adalah kemasygulan .

Mengapa repuplik yang didirikan para pelopor mulia, bisa jatuh ketangan tangan yang hina .

Pelopor yang mulia ,para negarawan yang mulia adalah yang selalu berpikir apa yang dapat disumbangkan bagi negara . Sedangkan politikus yang hina adalah yang sengaja atau tidak sengaja  selalu berusaha mengambil keuntungan terbesar dari negara .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun