Puan...
Rangkuman diksi telah menyebar telah menjadi racun kehidupan untukku namun semua akan melebur bersama diksi  yang kau bawa dalam damaiÂ
Tanpa air mata bukan berarti membenci, diam seribu bahasa bukan berarti mendendam namun aku belajar berlapang dada atas segala perlakuan hatimu dan berharap kau pergi dengan tenang tanpa ada umpatan hati yang membenciÂ
Walau jalinan akhir menjadi porak-poranda  aku berusaha menjadi manusia masak bodoh yang selalu dibodohi rasa kasih bagai topeng kehidupan melemah pada satu keadaan membiarkan tergerus arus nestapa karena yakin satu bahagia akan kembali bersinarÂ
Tak akan pernah mengeluh karena jalan ini aku yang memilihnya, tak akan menangisi karena aku tahu tuhan sayang padaku tak akan mencari pembenaran karena Tuhan akan melukiskan segalanyaÂ
Tasbihku pada lelaki yang terlahir dari rahimmu mencari keridohannya dalam setiap langkah dan nafasku ketika  roh  menjauh dari tubuhmu  saat itu pula segala kebencian, kemarahan, fitnah darimu terlempar ke dalam samudera luas di makan paus paus yang lapar dan kembali memberikan pancaran bahwa kau bersih dalam hatiku tanpa cela sedikit pun.Â
Membiarkan tuhan kembali melukis dengan indah tanpa ada goresan yang berarti . Aku telah melupakan  kepedihan  dan kesedihan tanpa pernah diakui dalam waktu terpanjang hingga matamu terpejam, tubuh terbujur kakuÂ
Palembang, 1 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H