Aku  : Kenapa mas,Â
Mas berantem lagi
Mas Wijaya : nggak dek.  Mas rasa ada yang beda, tatapan  dan suara adek kemarin saat vidio  call.
Aku :  Maksud mas ?  Adek mas tidak akan pernah berubah  hingga detik ini
Mas Wijaya : Mas percaya adek tidak berubah, Â Â tapi kemarin beda dari biasanyaÂ
Andai mas Wijaya tahu, bagaimana aku merasa tak nyaman dan tersiksa, aku sengaja agar mas Wijaya  membenciku. Mas milik aku sewaktu kita masih remaja. Sekarang kita telah berbeda.
Untuk apa kita saling menyapa kalau membuat keluarga mas berantakan. Lebih baik aku yang mengalah. Bukankah aku terbiasa jauh dari mas Wijaya.Â
Biarkan hati nurani kita yang saling menyapa dan bercerita. Walau tak saling sapa, bukankah belasan tahun kita tetap menjaga hati dan pikiran untuk tidak melupakan, saling mendoakan.Â
Apa lagi sekarang kita bisa saling sapa namun rada kita beri jeda saja. Walau sebenarnya jujur adek ingin menghabiskan waktu untuk bercerita yang tersimpan selama ini.
Tapi kali ini adek harus mengalah. Lamunanku buyar ketika hape kembali berbunyi.
Mas Wijaya : Dek, mas pulang dulu ya.