Mas Wijaya Dengan siapa
 Aku  : Sendiri mas,"
Aku tahu mas Wijaya pasti khawatir, karena dia tahu betul penyakit asma akut yang aku derita dari kecil. Pasti akan kumat jika kena angin pantai.
 Aku : Aku ngga papa mas, kamu khawatir ya tentang penyakit aku. Tenang mas, adekmu sudah bisa mengatasi sakitnya ndak usah khawatir. Aku tulis disertai lambang tersenyum dan tangan terangkat, agar dia yakin aku tak apa apa.
 Mas Wijaya Ya dek, adek sudah banyak berubah nggak manja seperti dulu lagi, nggak kolokan, dan bicara pun sudah tegas ya.
Andai kau tahu, aku seperti ini karena keadaan yang menuntut, namun disisi lain aku merindukan bergelayut di pundak dan kau gendong aku. Bapak dan mamak sering tertawa melihat kita berdua.Â
Bayangkan dari perpisahan  dulu hingga detik ini aku  dan mas Wijaya tak pernah bertemu. Sekali dipertemukan hanya lewat hape setelah ribuan senja terlewati.
Sekali kali kita vidio call melepas kangen.  Mungkin hanya bisa melihat  saat vidio call saja untuk bertemu itu jauh dari kata mungkin. Malaysia ke Indonesia berapa uangnya itu.
Mas Wijaya saja  sejak mamak dan bapak meninggal tidak pernah pulang lagi.  Begitu pula aku sejak kedua orang tua meninggal sudah jarang pulang.
**
Pagi tadi mas Wijaya mengirim sebuah lagu. Aku tahu itu lagu kenangan kita yang sering didengarkan .Â