Sejak kepergian mak, Â rasa salah yang sering menghantui pikiran karena tak mampu menjalani amanah dan keinginan mak mencarikan jodoh untukmu.Â
Sebagai sahabat yang begitu dekat dengan mak, walau dia pikun namun dengan aku tetap dia ingat. Masih terbayang saat mak memegang tanganku  dan berkataÂ
"Carikan  dia pasangan hidup, untuk menemaninya dan mengurusnya sebelum mak pergi,"
Walau kau sering bilang tak usah dengarkan omongan mak, tapi bagiku itu sebuah permintaan seorang  ibu kepada anaknya.Â
Saat mak berharap jika aku pulang menyempatkan diri untuk mampir, selalu menyempatkan diri untuk mampir walau terkadang aku tak mampu bercerita seperti dulu dengannya.Â
Namun ketika melihat binar matanya menyambut kehadiranku ada rasa pilu di hati. Maafkan aku mak tak bisa menemani hari harimu menjelang ajal mu.
Maafkan aku tak mampu memenuhi permintaan terakhir mak untuk mencarikan dia pasangan hidup, karena anak mak sendiri tak ingin di jodoh jodohkan.Â
Sepertinya lebih betah menyendiri dengan kesibukannya di antara serbuk serbuk kayu dan bunyi mesin mesin gergaji kayu.
Untukmu  yang dalam diamnya
Aku rindu nasehatmu yang selalu memberi pencerahan untuk tetap pada satu hati, Â untuk selalu menyayangi suami dan anak anak, selalu menomor satukan mereka. Â
Salut aku padamu, kau selalu menjaga perasaan sahabatmu sedangkan perasaanmu sendiri kau acuhkan. Membahagiakan sahabat sahabatmu tanpa memikirkan kebahagiaanmu.Â