Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Terakhir

7 Januari 2021   21:09 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Terima kasih sayang," dia selalu bisa menenangkan hati, dia selalu bisa menyejuk  jiwaku. Andai mampu memutar kembali waktu yang telah aku sia siakan tak akan aku ulangi, akan aku jaga sepanjang hidupku.

"Mas pernah bilang, cinta kita bukan cinta biasa. Pergi dan berlalu. Walau belasan tahun terpisah, hingga sekarang tetap teristimewa di hati kita 

" Untung kita jauh, kalau dekat saja mungkin mas sudah berlari ke tempat adek. Ingin rasanya mas tiduran di pangkuan adek dan bercerita. Seperti dulu, di saat adek sedih dan risau selalu bersandar di pundak mas." 

Lama tak dijawab, hampir dua jam aku menunggu, akhirnya aku kembali menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai. Pasti dia ketiduran lagi, kebiasaan, di anggapnya mas ini jadi pendongeng.

"Boleh boleh aja mas, tidak ada yang ngelarang wkwkwkwk, maaf ya mas sayang adek tertidur

Kebetulan kalau pulang ke rumah untuk makan siang, hape tak pernah aku aktifkan. Setelah sampe tempat kerja aku baru membuka dan langsung vidio call bersamanya. Dia tetap seperti dulu, cantik dan tidak bosan memandangnya.

 Aku laki laki normal melihat bibirnya yang merah ingin rasanya melumat bibirnya seperti dulu. Saat dia ngambek aku selalu mencium bibirnya, walau dia akan marah dan memukulku, langsung aku peluk dan mencium keningnya tanda permintaan maaf dan dia akan kembali tersenyum.

 Perbincangan kami terhenti karena pekerjaan  telah menanti, walau sama sama berat untuk menutup, sebelum berakhir aku memberi kecupan di keningnya  walau hanya sebatas kaca. Senyumnya begitu manis.

Rasanya belum setengah jam kita vidio call tiba tiba hape berdering tertulis namanya, aku segera angkat, karena tidak biasanya dia menelpon. 

Dari seberang terdengar sapaan, tapi itu bukan suaranya. Aku simak penyampaian dari seberang sana. Benarkah apa yang aku dengar, bukankah aku baru saja mengobrol dan vidio call dengan dia. Aku lihat obrolan tadi masih tertera jam 10.00 pagi.

Sedangkan keluarga di sebrang bilang dia telah pergi tepat jam 10.00 pagi. Sakit yang dideritanya selama ini sudah tidak bisa tahan lagi dan menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami dan anak anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun