Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Terakhir

7 Januari 2021   21:09 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi adinda NP. Wattpad.com

ingin menyapanya pagi ini setelah tadi malam dia memberikan aku sebuah puisi  "Kegelisahan Hati,"yang menurutku, dia sedang merindukan aku, puisi yang membuat aku sedikit merasa bersalah karena beberapa hari ini aku tidak menyapanya 

" Pagi sayang," hampir setengah jam aku menunggu jawaban tak kunjung di jawab.

"Pagi mas, sudah di tempat kerja ya," aku segera menjawab  wa dari dirinya.

"Ya sayang

" adek melihat  wa mas aktif kenapa nggak bisa tidur ya,"

" Ya sayang,"

"Kenapa mas,"

"Gelisah," aku tahu betul dia paling tidak suka di jawan dengan singkat seperti ini, tapi aku tidak mampu untuk menceritakan semua padanya.

"Gelisah kenapa, mikirin apa mas."

 Dia terlalu lembut bila menyapa, hingga aku terkadang tidak tega dengan dirinya. Selalu menyempatkan diri untuk menyapanya.

" Mikirin banyak hal terutama adek,"

"Banyak hal apa mas, kenapa dengan adek."

"Mas takut mengecewakan adek."

"Maksud mas, adek nggak paham."

"Mas takut keinginan kita pupus akan keadaan kita yang berbeda.  Mas merasakan kegelisahan yang sangat berat. Mas lagi di uji dengan banyak hal, belum selesai yang ini sudah datang masalah yang lain. Mas tak ingin membagi permasalahan ini kepada adek karena mas sayang sama adek. Biarlah semua ini mas hadapi sendiri. 

"Apa maksud kalimat mas, "takut keinginan kita pupus akan keadaan yang berbeda." Mas selagi kita hidup kita akan terus diberi ujian, diterpa banyak masalah itu kehidupan yang sebenarnya. Kita mencari cara untuk menyelesaikan semuanya. Sholat dan berdoa, minta petunjuk jalan yang terbaik, agar kita mampu melewati semua."

Andai kau tahu, aku takut tak mampu menyapamu lagi karena pekerjaan ini menyita waktu.

"Keadaan mas sekarang sangat berat dek, mas takut hanya menyapa adek disaat rasa rindu itu menggebu dan hanya sekejap untuk menghilangkan rasa ini.

" Masalah apa mas, coba ceritakan dengan jelas mungkin adek bisa bantu mas."

"Biarlah sayang, mas tahu siapa adek, adek memang orangnya keras tapi hatinya selembut sutra. 

Mas tak ingin adek terlalu gelisah memikirkan mas. Mas tahu sifat adek, terlalu perduli. Mas tak ingin membebani adek, biarkan hidup mas yang hadapi sendiri. Mas hanya ingin adek tetap orang yang mas sayangi."

Lama tiada jawaban mungkin gangguan di sinyal karena aku sendiri tinggal di pulau jauh dari keramaian kota. Tak lama kemudian masuk pesan."

"Jika memang kita tak bisa untuk saling sapa, melepas rindu,bercakap. Karena hal keluarga mas, adek akan belajar memahami dan berusaha untuk tidak mengganggu mas dan menuntut untuk disapa.

" Bukankah adek dulu mas tinggalkan. Walau itu berat mungkin berjalannya waktu adek akan ikhlas dan lupa. Biarlah tulisan tulisan menjadi teman  akhir nafas adek dalam merindu,"

" Mas tak ingin membebani adek,"

" Kalau mas bilang seperti ini, sama saja adek  nggak ada artinya di mata mas,"

" Mas akan selalu menyapa adek walau tidak tepat waktu seperti biasanya. Kalau adek bilang tidak ada artinya di mata mas, itu salah besar. Begitu berarti adek bagi mas. Selama ini mas bertahan karena adek, adek selalu hadir di setiap saat, di setiap kesedihan kepedihan, kegelisahan. Saat mas terpuruk, di saat harapan mas pupus . Di setiap waktu perjalanan mas, adek selalu ada, begitu berartinya adek hadir selalu untuk mas. Mas hanya membayangkan hal yang indah yang harus adek rasakan dengan mas bukan penderitaan. Ingat tidak setiap kita berkhayal akan masa depan kita hanya."

"Ya mas, adek selalu ingat tapi mas juga harus ingat bahwa kita berjanji untuk saling berbagi suka dan duka Semua masalah adek mas sudah tahu semua. Tidak seorang pun tahu, belasan tahun di simpan dengan rapi, hanya dengan mas adek bisa bercerita."

" Walau adek tak sepenuhnya membantu mas. Setidaknya mampu mengurangi sedikit beban di hati mas .Mas bukan orang lain bagi adek. Seperti mas bilang adek adalah istri bayangan. Mungkin Allah mempertemukan kita kembali agar kita bisa saling menguatkan satu sama lain.

" Maka jangan pernah adek bilang, adek tak berarti bagi kehidupan mas, adek adalah mutiara di hati mas. Tahukah adek mutiara itu makin lama makin berkilau dan bersinar. Semakin mas menjauh semakin dia menunjukan kemilaunya.

" Sebenarnya sebel ngetik begini, mau nya telpon biar kelar tapi hape adek sedang rusak jadi hanya bisa wa aja. Kayaknya Allah tahu ya, hehhehe,"

"Terima kasih, mas telah menganggap adek mutiara di hati mas,"

" Yakinlah adek tetap bersama mas apapun keadaan mas nantinya.. Setidaknya telah menenangkan hati mas walau sejenak."

" Terima kasih sayang," dia selalu bisa menenangkan hati, dia selalu bisa menyejuk  jiwaku. Andai mampu memutar kembali waktu yang telah aku sia siakan tak akan aku ulangi, akan aku jaga sepanjang hidupku.

"Mas pernah bilang, cinta kita bukan cinta biasa. Pergi dan berlalu. Walau belasan tahun terpisah, hingga sekarang tetap teristimewa di hati kita 

" Untung kita jauh, kalau dekat saja mungkin mas sudah berlari ke tempat adek. Ingin rasanya mas tiduran di pangkuan adek dan bercerita. Seperti dulu, di saat adek sedih dan risau selalu bersandar di pundak mas." 

Lama tak dijawab, hampir dua jam aku menunggu, akhirnya aku kembali menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai. Pasti dia ketiduran lagi, kebiasaan, di anggapnya mas ini jadi pendongeng.

"Boleh boleh aja mas, tidak ada yang ngelarang wkwkwkwk, maaf ya mas sayang adek tertidur

Kebetulan kalau pulang ke rumah untuk makan siang, hape tak pernah aku aktifkan. Setelah sampe tempat kerja aku baru membuka dan langsung vidio call bersamanya. Dia tetap seperti dulu, cantik dan tidak bosan memandangnya.

 Aku laki laki normal melihat bibirnya yang merah ingin rasanya melumat bibirnya seperti dulu. Saat dia ngambek aku selalu mencium bibirnya, walau dia akan marah dan memukulku, langsung aku peluk dan mencium keningnya tanda permintaan maaf dan dia akan kembali tersenyum.

 Perbincangan kami terhenti karena pekerjaan  telah menanti, walau sama sama berat untuk menutup, sebelum berakhir aku memberi kecupan di keningnya  walau hanya sebatas kaca. Senyumnya begitu manis.

Rasanya belum setengah jam kita vidio call tiba tiba hape berdering tertulis namanya, aku segera angkat, karena tidak biasanya dia menelpon. 

Dari seberang terdengar sapaan, tapi itu bukan suaranya. Aku simak penyampaian dari seberang sana. Benarkah apa yang aku dengar, bukankah aku baru saja mengobrol dan vidio call dengan dia. Aku lihat obrolan tadi masih tertera jam 10.00 pagi.

Sedangkan keluarga di sebrang bilang dia telah pergi tepat jam 10.00 pagi. Sakit yang dideritanya selama ini sudah tidak bisa tahan lagi dan menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami dan anak anaknya.

Aku terlempar dalam lobang yang dalam. Ternyata dia telah pergi sebelum aku sempat untuk memenuhi janji menemuinya. Jadi vidio call terakhir itu pertanda dia pamit. 

Sepertinya Allah tak mengizinkan kita bertemu ya dek, Allah tak ingin kita mengotori cinta kita. Selamat jalan adikku sayang, kau telah membahagiakan aku di detik akhir kepergian dirimu. 

Ruang kosong 070121

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun