Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karena Ada Pemicunya

29 Desember 2020   21:56 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:19 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi psikologi islam.blog.com

Ketika Ketika membaca semua artikel senior tentang puber kedua. Baru merasakan dan tahu banyak ragam tentang puber ke dua. Mencoba mengangkat kisah nyata sahabat yang mengalami puber kedua. 

Membahas dalam kehidupan sehari hari bukan berdasar ilmu kesehatan, ilmu psikologi, ilmu agama. Hanya terlihat dengan mata dan pelakunya sahabat sendiri.

Mungkin wanita lebih banyak menyimpan dan menahan gejolak dihatinya. Terlebih lagi bila seorang ibu rumah tangga yang benar benar berada di rumah dua puluh empat jam. 

Mereka keluar dengan tampilan biasa. Tampa pemicu mungkin tidak terlihat. Mungkin hanya sekedar senyum senyum di kaca, atau minta sesuatu dengan suaminya yang lebih istimewa atau hanya  menentram hatinya dengan lantunan ayat serta tak lepas dari zikir.

Tergantung pribadi masing-masing untuk memaknainya. Apa berlanjut pada tindakan yang salah atau hanya menjadikan semua sebagai bunga bunga perjalanan dalam kehidupan.

Sedikit berbeda dengan wanita karier yang lebih mementingkan keindahan jika tampil atau melangkah keluar dari rumah. Bertemu rekan rekan kerja apalagi lingkungan yang banyak laki lakinya.  

**** Kisah pertama pada sahabat semasa SD 

Aku mengenalnya adalah sosok yang pendiam, tidak banyak bicara, bicara pun seperlunya. Sekolah di pesantren ternama di Padang Panjang. 

Bawaannya semakin alim dan bersahaja. Melihat dia punya karisma tersendiri. Bila bertemu  selalu menjaga pandangannya. Sahabat yang nyaman untuk bertukar pikiran.

Bila bicara selalu berdasarkan Alquran dan hadis. Aku sebagai orang awam takjub dengan semua seakan ada penyelesaian setiap ada persoalan kehidupan.

Beristrikan anak seorang ustad besar di Bengkulu dan khabarnya punya pesantren Mempunyai anak dua putra dan ke dua duanya  Hafiz   Alquran, di sekolah pun anak yang pandai dan selalu mampu membanggakan ibu dan ayahnya.

Benar benar keluarga yang sempurna bila di lihat dari luar kehidupan.

Lama tak bertemu, ada perubahan yang terlihat dari raut wajah  dan tatapannya. Sekarang mulutnya lincah berbicara bahkan matanya berbinar binar bila bicara tentang sosok perempuan.

Sebagai sahabat kecilnya, aku tanggap dan menanyakan prihal tersebut. Akhirnya aku mengetahui kenapa dia bisa berubah. Ternyata yang dilihat indah di luar belum tentu di dalam.

Ada istri yang tak pandai bersolek di sukai suami, ada istri yang gemar bersolek dicintai suami atau kebalikan dari semua itu. Seandainya bisa saling terbuka dalam mengemukakan kehendak pasangan  mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Ternyata apa yang kita lihat dari luar itu berbeda apa yang di rasa didalamnya . Terkadang kita merasa iri akan kebahagiaan yang orang lain dapatkan tanpa kita tahu perjuangan, pengorbanan, luka, sakit yang mereka rasakan. 

Indah di luar belum tentu di dalam. Setiap rumah tangga punya kelebihan dan kekurangan masing masing.  

Sahabat saya bilang, 

"Tak perlu keistimewaan dengan sederhana pun telah mampu mengikat." 

Sebagai sahabat kecilnya saya banyak belajar bahwa 

Pertama laki laki tak perlu istri yang cantik, karier bagus kalau tidak mampu untuk menyapa suami dengan sopan. 

Kedua jangan pernah pisah ranjang sekalipun persoalan berat tapi selesaikanlah semua di ranjang karena di sanalah ke egoan akan mencair.

Ketiga. Suami akan menurut dengan istri jika sang istri tidak terlalu over dalam segala hal. Namun letakan posisi suami tetap sebagai imam. 

Suami akan lebih menjaga matanya, hatinya sehingga bila mengalami puber ke dua. Mampu untuk mengendalikannya karena istri bukan hanya teman tidur, atau pelayan, istri juga sebagai sahabat.

Jangan pernah memberi celah untuk orang ketiga menaiki tangga kehidupan kita

****Kisah kedua sahabat semasa SMA 

Menikah bukan berdasarkan cinta, hanya dorongan orang lain atau karena ada kemiripan dengan mantan.  

Cukup kagum selama dua puluh enam tahun menjalani dengan sosok wanita yang tidak di cintai.

Karena aku tahu bagaimana sahabatku ini,  aku merasa apa yang diceritakan  semua adalah sebuah kebenaran. LTinggal di perbatasan  Batam. Butuh waktu untuk cukup lama ke kota Batam, dan mau keluar dari sana pun butuh waktu berhari hari.

Pernah bertanya, apakah dia sudah berusaha untuk menerima sang istri dan berjalan waktu mampu untuk mencintainya. 

"Aku sudah berusaha bertahun tahun untuk mencintainya, namun sikapnya tidak ada perubahan. Bertahun tahun pulang kerja hanya bertemu dengan tudung saji tanpa ada senyum sang istri."

Ketika dia mendapatkan nomer hape mantannya dari sepupu yang tinggal di Jogja. Sejak saat itu dia rajin menelpon sekedar  ingin tahu khabar dan sekali kali vidio call melepas rindu katanya.

Saat dia cerita dia bilang di usia ke empat puluh sembilan ini, dia baru tahu apa itu puber kedua, bagaimana rasa nya puber ke dua. Karena selama ini kehidupan yang dia jalani seperti kota mati, lebih banyak berdiam diri. Menghindar dari ribut. 

Suami yang merasa tak dihargai oleh seorang istri bisa menjadi pemicu untuk mencari yang membawa hatinya tenang. Bahwa di saat puber ke dua inilah dia merasa butuh seseorang  untuk lebih memahami kondisi yang dia alami.

Apakah ini bisa dikatakan rumah tangga yang sehat? Bukankah rumah tangga itu ada timbal baliknya? Bukan hanya sekedar nafsu dan kewajiban belaka.

Kesimpulan dari dua cerita ada pemicu untuk terjadi dan berlanjut. Ada arus yang timbal balik, seakan akan titik persoalan tersebut ada pada wanitanya. 

Namun kalau bijak menyingkapi mungkin kejadian itu akan berbeda. Saat mengalami masa itu hanya ditebarkan pesona dengan istri sendiri, lebih peduli, perhatian bahkan sekali kali meminta istri berdandan di depan suami atau sebaliknya di saat istri merasakan hal yang sama.

Semua itu karena ada pemicunya untuk terjadi perselingkuhan atau hanya sekedar genit genit   mulut terhadap lawan bicara.

Ulasan sederhana ini hanyalah ulasan seorang istri yang terbiasa di rumah. Tanpa dandanan ,tanpa baju kinclong, tapi hanya seorang istri yang ada di rumah untuk anak dan suaminya yang membawakan segelas air hangat dan menemani suami  sejenak mendengar cerita kepenatan selama bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun