Ketika Ketika membaca semua artikel senior tentang puber kedua. Baru merasakan dan tahu banyak ragam tentang puber ke dua. Mencoba mengangkat kisah nyata sahabat yang mengalami puber kedua.Â
Membahas dalam kehidupan sehari hari bukan berdasar ilmu kesehatan, ilmu psikologi, ilmu agama. Hanya terlihat dengan mata dan pelakunya sahabat sendiri.
Mungkin wanita lebih banyak menyimpan dan menahan gejolak dihatinya. Terlebih lagi bila seorang ibu rumah tangga yang benar benar berada di rumah dua puluh empat jam.Â
Mereka keluar dengan tampilan biasa. Tampa pemicu mungkin tidak terlihat. Mungkin hanya sekedar senyum senyum di kaca, atau minta sesuatu dengan suaminya yang lebih istimewa atau hanya  menentram hatinya dengan lantunan ayat serta tak lepas dari zikir.
Tergantung pribadi masing-masing untuk memaknainya. Apa berlanjut pada tindakan yang salah atau hanya menjadikan semua sebagai bunga bunga perjalanan dalam kehidupan.
Sedikit berbeda dengan wanita karier yang lebih mementingkan keindahan jika tampil atau melangkah keluar dari rumah. Bertemu rekan rekan kerja apalagi lingkungan yang banyak laki lakinya. Â
**** Kisah pertama pada sahabat semasa SDÂ
Aku mengenalnya adalah sosok yang pendiam, tidak banyak bicara, bicara pun seperlunya. Sekolah di pesantren ternama di Padang Panjang.Â
Bawaannya semakin alim dan bersahaja. Melihat dia punya karisma tersendiri. Bila bertemu selalu menjaga pandangannya. Sahabat yang nyaman untuk bertukar pikiran.
Bila bicara selalu berdasarkan Alquran dan hadis. Aku sebagai orang awam takjub dengan semua seakan ada penyelesaian setiap ada persoalan kehidupan.