Saat dia cerita dia bilang di usia ke empat puluh sembilan ini, dia baru tahu apa itu puber kedua, bagaimana rasa nya puber ke dua. Karena selama ini kehidupan yang dia jalani seperti kota mati, lebih banyak berdiam diri. Menghindar dari ribut.Â
Suami yang merasa tak dihargai oleh seorang istri bisa menjadi pemicu untuk mencari yang membawa hatinya tenang. Bahwa di saat puber ke dua inilah dia merasa butuh seseorang untuk lebih memahami kondisi yang dia alami.
Apakah ini bisa dikatakan rumah tangga yang sehat? Bukankah rumah tangga itu ada timbal baliknya? Bukan hanya sekedar nafsu dan kewajiban belaka.
Kesimpulan dari dua cerita ada pemicu untuk terjadi dan berlanjut. Ada arus yang timbal balik, seakan akan titik persoalan tersebut ada pada wanitanya.Â
Namun kalau bijak menyingkapi mungkin kejadian itu akan berbeda. Saat mengalami masa itu hanya ditebarkan pesona dengan istri sendiri, lebih peduli, perhatian bahkan sekali kali meminta istri berdandan di depan suami atau sebaliknya di saat istri merasakan hal yang sama.
Semua itu karena ada pemicunya untuk terjadi perselingkuhan atau hanya sekedar genit genit  mulut terhadap lawan bicara.
Ulasan sederhana ini hanyalah ulasan seorang istri yang terbiasa di rumah. Tanpa dandanan ,tanpa baju kinclong, tapi hanya seorang istri yang ada di rumah untuk anak dan suaminya yang membawakan segelas air hangat dan menemani suami sejenak mendengar cerita kepenatan selama bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H