Mohon tunggu...
Asneri Ami
Asneri Ami Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan Tulen

Belajar seumur hidup adalah suatu kewajiban, bukan sebuah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Matahari Dua Sosok Terkasih

8 Juli 2021   11:21 Diperbarui: 8 Juli 2021   11:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kedatangan abang saat itu disambut dengan tangisan. Dan abangpun menangis..Karena sebelumnya memang sudah ada firasat yang kurang menyenangkan yang dirasakan sebelumnya.
Keesokan harinya kami berempat kembali melihat makam ayah. Kali ini dengan paman-pamanku yang tak sempat melihat ayah yang terakhir kalinya.
LEBARAN TIBA...

Lebaran ini kami rasakan bayang-bayang ayah masih melekat dekat..jelas diantara kami. Ibulah yang selalu menghibur kami dan mengajarkan kami kembali untuk ingat akan menghadapi semua ini dengan dada lapang dan tawakal padaNya.Kamipun patuh dan tidak menangis lagi ketika itu karena tentunya akan menambah beban ibu setelah ditinggal ayah.

Begitulah keadaan kami hingga aku dapat menuliskan apa yang ada di benakku ini karena ibuuuu...Kalau bukan beliau entah apa jadinya aku dan saudaraku yang lainnya.

Tak terasa kami telah tumbuh menjadi anak-anak yang mulai menghadapi realita kehidupan ini. Kami biasa seperti ini adalah karena bimbingan ibuuuu....uuu! Bang Hu sudah bekerja di kantor Pertamina,Kakak sudah berpredikat ahli kesehatan, bang Deas yang sdh berdinas di Imigrasi Jambi, sedangkan aku masih kuliah hingga saat ini.

Ada rasa syukur yang dalam dari kami dan semua itu sering diungkapkan ibu pada suratnya. Bahwa semua cobaan Allah beberapa tahun yang lalu ternyata telah mengantarkan kami berempat seperti saat ini. Aku tidak lagi membayangkan akan tidur di kolong jembatan...dan hidup terlunta-lunta....Ya Allah semua ini karena limpahan Rahmat dan HidayahMu dan Kau berikan seorang IBU... yang tiada duanya di muka bumi ini kepada kamiii.....

Ayah..semua pesan dan hari-hari yang kulalui bersamamu..walau sekejap..sangat sekejapp...akan sangat semakin memacuku untuk belajar....berkarya...dan berbuat ..untuk kebajikan..hanya untuk kebajikannn...Semoga engkau akan tersenyum dalam doa-doa yang telah aku kirimkan untuk mu ayah...Dan akan kubuktikan ini...iii. Kata-kata itu akan menjadi semangat yang berarti kala surut semangatku..uu

Yogyakarta.....24 Juli 1994..............
Teruntuk : matahari dua sosok terkasih...........Ayah dan Ibu..hanya iniiii....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun