Ia pun menyesali kelengahannya karena menganggap enteng Trump, yang pada saat itu banyak dicerca lantaran percakapannya dengan Billy Bush yang berbau seksual. Karena muncul isu tersebut, pihak pemenangan Hillary merasa di atas angin dan lengah.
Bahkan Obama sendiri dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan bahwa Trump menang karena dia dianggap remeh dan enteng oleh lawan politiknya.
Perubahan Strategi Politik
Pertandingan di arena politik itu bersifat maraton: dinamis dan tidak ada kemenangan yang pasti. Yang paling penting sebenarnya orang yang berada di balik kemenangan tersebut mampu mengolah imej dari kandidat, dan merebut preferensi emosional dari pemilih.
Yang dimaksud dengan preferensi emosional adalah hal-hal yang mampu melekat di alam bawah sadar pemilih tanpa mereka sadari. Hal itu berkaitan dengan nilai budaya dan agama, apabila ingin dikonotasikan dengan kondisi pemilih di Indonesia.
Sebenarnya isu-isu tersebut sudah sering dilemparkan. Misalnya saat munculnya isu penistaan agama di pemilihan Gubernur Jakarta terdahulu, isu PKI, sampai pada isu pribumi vs nonpribumi. Semua isu yang dilemparkan ini sangat berbau identitas dan menyerang emosi.
Isu-isu tersebut masih akan sangat kental di Pilpres ke depan. Sehingga kemungkinan besar masing-masing dari calon presiden akan mencari wakil yang memiliki kaitan emosional dengan organisasi agama, ataupun tokoh agama yang memiliki pengaruh.
Cuma saja, saya melihat bahwa strategi tersebut tidak akan cukup membawa perolehan suara yang signifikan kecuali orang-orang yang sering ‘berbicara’ atas nama Prabowo juga mengubah imejnya.
Tujuannya adalah agar terbentuk pencitraan yang baru. Sebab, sudah terbukti strategi yang dilancarkan oleh konsultan politik Prabowo di pilpres sebelumnya tidaklah berhasil.
Strategi tersebut identik dengan hardball politic. Dalam strategi ini pihak kandidat akan terus mengeluarkan pernyataan kontroversial yang memiliki daya lempar kuat ke pemilih.
Strategi ini bagus untuk membangun perhatian dari pemilih, tapi buruk untuk membangun citra apalagi loyalitas emosional dari pemilih.