Ayah kemudian pergi lagi untuk menyambut para tamu yang datang. Dan aku kembali duduk dengan raut wajah yang sedikit kusut.Â
Bagaimana tidak? Melihat wajah Kevin tadi seperti sedang mengejekku.Â
"Kevin, kenapa kau tersenyum mengejek ku tadi?" Aku bertanya dengan nada yang sedikit kesal.Â
"Astaga, istriku. Aku hanya tersenyum, tidak ada niat apa pun" Kevin kembali tersenyum tipis.Â
Sebenarnya aku sudah tidak kuat dari tadi duduk bersamanya, bisa-bisa jantung ku berhenti. Bagaimana mungkin senyumnya begitu manis, aku sedikit meragukan apakah dia benar seorang laki-laki.
Wajahnya jika diperhatikan, terlihat seperti lukisan. Begitu sempurna dan tampan. Bahkan aku tidak dapat mengkritik nya.
"Kenapa kau mau menikah denganku?" Aku mencoba memecahkan ketegangan diantara kami.Â
"Hmm? Menurut ku, memenuhi keinginan ayah dan ibuku adalah caraku melakukan bakti. Dengan membuat mereka senang dan bahagia." Kevin menjawab seolah dia manusia tidak berdosa.Â
"Sebenarnya, jika kau ingin menyenangkan orang tuamu dengan cara menikah sesuai pilihan mereka, kenapa kau menolak pilihan mereka yang sebelumnya?"
Aku penasaran, sangat penasaran tentang bagaimana mungkin Kevin tertarik pada gadis keras kepala sepertiku, dan menolak gadis muda yang cantik pilihan orang tuanya sebelumnya.
"Bagaimana cara menjelaskannya? Emm..., kau menarik. Ya, kau adalah wanita yang paling menarik dari semua pilihan orang tuaku. Dan tidak tahu kenapa aku memilih menikah denganmu, tapi aku tidak menyesal memilihmu"