Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Indra dan Yanti

16 Januari 2016   17:39 Diperbarui: 16 Januari 2016   17:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar apa yang baru saja diucapkan Indra, senyum sumringah menghiasi gadis perawan yang paling rupawan nan menawan di desa Tepus itu. Tak terkira bahagianya Yanti jika terus bersama pria yang paling dicintainya. Cinta Yanti begitu dalam pada Indra, begitupun dengan Indra. Melebihi dalamnya Samudera Hindia. Tak terukur, tak terhitung, tak bisa dibanding-bandingkan dengan lainnya.

Tanya yanti bernada nakal, “Kau tak akan menghianatiku, kan? Kau akan terus menjagaku, kan? Hmm … apakah besok kita menikah?”

Indra menganggguk membalas senyum. Wajahnya semakin tampan, “Iya, Yanti.”

Sejoli itu kini dibalut kebahagiaan. Harapan yang dinantikan bertahun-tahun oleh Yanti terjawab sudah. Esok mereka segera menikah.

Dan mendadak alam semakin mencekam. Angin begitu kencang merobohkan pohon yang tidak begitu jauh dari Yanti dan Indra. Ombak di lautan pun semakin tinggi. Semakin meninggi, menggunung tinggi. Lalu menggumpal-gumpal menyapu ke pemermukaan pantai.

“Yanti, ayo cepat, kita lari!” Indra berteriak menarik lengan Yanti.

Sekuatnya Indra dan Yanti berlari sambil menghindari pohon-pohon yang tumbang di depan mereka. Naas, Yanti terjatuh, tubuhnya berguling-berguling penuh luka. Tangan dan perutnya tertancap ranting kering dari pohon besar yang tumbang.

“Astaga, Yanti … kau nggak apa-apa?” Indra mengangkat tubuh lemas Yanti, “Kau peluk aku kuat, ya?” Indra menggendong Yanti.

  Sejak puluhan tahun lalu, tak pernah pantai Pulang Syawal seperti ini. Namun malam ini, ia punya maksud lain. Entah ada apa? Hanya Tuhan semesta alamlah yang tahu dan berbuat apa saja pada ciptaan-Nya.

Air bergemuruh menaiki darat,  meeratakan apa saja yang menghadangnya. Tak terkecuali makhluk kecil Indra dan Yanti. Sepasang anak manusia yang saling menyayangi dan mencintai itu pun mematung pasrah, saat air laut sudah setinggi pohon kelapa di depan mereka.

“Tuhan … ampuni dosa kami. Restuilah cinta suci ini. Ridhoilah jalinanan kasih sayang ini hingga ke Surga-Mu,” Bibir Yanti bergetar, berdoa pada Tuhan penguasa Bumi. Begitu juga dengan Indra, doa-doa terakhir ia pintakan dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun