Mohon tunggu...
Aslang Jaya
Aslang Jaya Mohon Tunggu... Lainnya - Malu ah

Tiap kata akan menemui pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasisme di Seberang Benua Nampak, Rasisme di Negara Sendiri Tak Nampak, Dasar Sapiens!

7 Juni 2020   15:55 Diperbarui: 14 Juni 2020   19:02 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa cara telah ditempuh oleh pemerintah Indonesia agar suku-suku itu terus mengakui Indonesia sebagai negaranya. Kendati masyarakat Papua terus merontak atas semua upaya pemerintah–di buktikan dengan beberapa konflik vertikal yang mengiringinya.

Salah satu dari sekian banyak kasus karena rasisme pernah dialami oleh bangsa Papua, tepatnya di Kabupaten Nduga ketika jatuhnya konflik senjata antara aparat keamanan TNI – Polri dan TPNPB – OPM pada Desember 2018 sampai Juli 2019. Hingga kini belum ada penyelesaian atas kasus tersebut.

Dilaporkan oleh Tim Kemanusiaan Kabupaten Nduga, ribuan rakyat sipil mendapat krisis luar biasa. Rumah warga dibakar, ternak hilang, puluhan sekolah dan Gereja terjadi kekosongan. Warga mengungsi di wilayah-wilayah terdekat. Korban yang berhasil diidentifikasi sebanyak 182 warga sipil meninggal dunia akibat operasi militer itu. (Sumber: Tempo “182 orang meninggal pasca operasi militer TNI – Polri di Nduga, Papua”).

Padahal melakukan pendekatan militerisme terhadap warga Papua bukanlah upaya yang harus dilakukan, toh masa orde lama (dalam perebutan Irian Barat) maupun orde baru (pasca Papera 1969) juga melakukan hal yang sama, namun konflik masih terjadi. Hal ini diamini oleh Amnesty Internasional Indonesia melalui Direkturnya, Usman Hamid yang mengemukakan pendekatan ala militer oleh Indonesia terhadap bangsa Papua hanya akan menemui dampak negatif salah satunya warga sipil turut menjadi korban akibat konflik yang terjadi. (Sumber: Tirto “Salah Kaprah Jokowi Tangani Konflik di Nduga Papua”).

Kekhwatiran kita soal rasisme yang menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, segregasi, kekerasan rasial, bahkan genosida dan penggunaan istilah rasis telah menjadi preseden buruk bagi peradaban manusia. Hal tersebut perlu kita hindari.

Bila kita bijak dalam menanggapi isu soal rasisme, baiknya lebih peduli pada yang paling dekat di wilayah NKRI yaitu Papua. Jangan seolah kita mengamini narasi pada judul artikel ini, “Rasisme di seberang benua nampak, rasisme di negara sendiri tak nampak.”

Untuk kawan-kawan di Papua, percayalah walau beda SARA, kita tetap saudara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun