Kawah Gunung Ijen di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur sudah lama saya ingin datangi. Beruntung saya bisa mendaki sampai puncak Gunung Ijen bersama anak bungsu saya Dimas. Saya naik Gunung Ijen ketika belum rame-rame ada pembangunan rest area yang tepat dibangun di puncaknya. Jadi waktu saya datang masih asli.
Karena kampung halaman saya di Jember, perjalanan dimulai dari Kota Surabaya ke Kota Jember dengan bus. Dari Jember pindah bus antar kota lagi jurusan ke Bondowoso. Dari Terminal Bus Bondowoso ada angkutan desa menuju Kecamatan Sempol.Â
Di Sempol ini adalah desa terakhir untuk naik mobil apabila menggunakan kendaraan umum. Dari Sempol perjalanan dilanjutkan dengan ojek sampai pos akhir Paltuding.Â
Ongkos bus Surabaya-Jember, Rp 60.000, bus Jember-Bondowoso Rp 7.000, angkutan desa Bondowoso-Sempol Rp 15.000, dan ojek Rp 50.000 per orang. Ojek kenapa lebih mahal karena jalannya rusak dan menanjak. Jadi total ongkos perjalanan Rp 132.000 per orang dari Surabaya.
Saya sengaja menginap dulu di penginapan sederhana yang dikelola Kementrian KLH untuk menjaga stamina menunggu waktu fajar untuk saat terbaik mendaki Gunung Ijen. Tarip penginapan cukup Rp 100.000 per kamar tapi sangat sederhana dan bisa untuk tidur berdua saja.
Esok harinya pagi-pagi sekitar pukul 05.30 saya sudah siap-siap untuk berjalan selama dua jam untuk mencapak puncak dan kawah Gunung Ijen tersebut. Banyak rombongan wisatawan dari Eropa yang bersama berjalan bersama kami untuk melihat kawah Gunung Ijen.Â
Perjalanan naik gunung cukup terjal dan melewati jalan setapak berpasir. Saya sengaja jalan pelan-pelan dengan banyak istirahat maklumlah usia sudah setengah abad tidak boleh ngoyo untuk naik gunung. Alhamdullilah setelah dua jam saya bisa mencapai puncaknya dan melihat kawah Gunung Ijen yang berwarna biru tosca.
Sesampainya di puncak rasa capek langsung sirna melihat keindahan kawahnya yang berwarna hijau toska berpadu dengan langit cerah kebiruan dan hutan hijau seklilingnya yang masih asri.Â
Melihat penambang belerang yang membawa beban berat sekitar 50 kilogram belerang di pundaknya naik dari kawah ke puncak gunung nya kemudian dibawa lagi  turun ke Pos Paltuding ada rasa belas kasihan yang sangat dengan beban pekerjaan penambang yang dihargai hanya sekitar Rp 1.000 per kilogram belerang yang diangkutnya sejauh empat kilometer naik dan turun gunung.
Apalagi di pagi hari kabut tebal masih menyelimuti pepohonan sangat eksotis untuk dinikmati pemandangannya. Di perjalanan kita juga akan berpapasan dengan penambang belerang yang mengangkut belerang di pundaknya sampai seberat 80 kilogram. Pengunjung yang datang kebanyakan wisatawan asing dari Eropa.
Apabila dengan cara backpack ke Gunung Ijen dari Terminal Bondowoso ada angkutan desa ke Kecamatan Sempol dengan ongkos Rp 15.000. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan ojek ke pos Paltuding dengan biaya sekitar Rp 50.000. Sedangkan dari Banyuwangi Anda harus naik angkutan desa dengan ongkos Rp 10.000 ke Kecamatan Licin dulu kemudian perjalanan bisa dilanjutkan dengan menumpang truk pengangkut belerang ke pos Paltuding hanya dengan ongkos Rp 5.000 per orang
Di pos akhir Paltuding ada penginapan sederhana yang dikelola Kementrian KLH berupa kamar seharga Rp 100.000 per malam atau vila dengan tiga kamar seharga Rp 500.000 per malam. Dari sini Anda tinggal naik ke kawah Gunung Ijen menunggu waktu pagi hari.
Apabila Anda ingin lebih nyaman menginap di guest house milik PTP bisa memilih menginap di Perkebunan Belawan dan Jampit dengan harga mulai Rp 200.000 per kamar per malam. Tapi dari dua perkebunan ini Anda harus menyewa kendaraan menuju ke pos Paltuding sejauh enam kilometer untuk keperluan mendaki gunung.
Saat terbaik untuk mendaki gunung pukul 05.000 sampai 06.00 WIB karena di pagi hari matahari belum bersinar terik dan lama perjalanan untuk naik dan turun gunung sekitar empat jam bagi pejalan santai. Pemandangan di pagi hari juga lebih indah karena banyak kabut yang menyelumuti gunung dan uap belerang belum berbau.
Jangan lupa membawa jaket tebal, topi, syal leher dan sepatu kets untuk perlengkapan naik gunung. Senter juga diperlukan jika Anda ingin berangkat saat subuh ke kawahnya.
Kawah Gunung Ijen di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur berada di ketinggian 2.386 meter dari permukaan laut. Keindahan kawahnya yang berwarna hijau tosca berpadu dengan langit biru cerah dan lereng-lereng tebing yang terjal kecokelatan dengan garis tegas diatasnya membuat wisatawan akan terpesona dengan keindahannya.
Jalan terjal yang harus ditempuh sepanjang tiga kilometer dari pos akhir Paltuding membuat rasa capek akan sirna setelah mencapai puncaknya.
Dari Jakarta ke Gunung Ijen bisa ditempuh melalui kota Surabaya atau Denpasar, Bali dari Kota Bondowoso dan Banyuwangi. Kendaraan off road dibutuhkan di sini karena jalannya terjal dan banyak yang rusak, berbatu. Memakan waktu sekitar tiga jam perjalanan dari kota kabupaten terakhir tersebut. Jarak yang ditempuh sekitar 80 kilometer ke pos akhir Paltuding.Â
Sebelum tiba di puncak Gunung Ijen, kita terlebih dahulu menemukan lereng gunung yang asri dengan hutan pinus yang diselimuti kabut. Di sepanjang jalan akan berpapasan dengan beberapa penambang belerang yang membawa beban di pundaknya belerang berwarna kuning dengan berat 80 kilogram. Puncak Gunung Raung dan Gunung Argopuro di kejauhan juga kelihatan dari lereng sehingga sejauh mata memandang kelihatan beberapa gunung menjulang sangat sedap dipandang mata.
Penambang belerang yang berjumlah ratusan menambah semangat untuk naik gunung karena serasa kita punya teman untuk mencapai puncaknya. Wisatawan asing dari Eropa lebih mendominasi dari pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Gunung Ijen.
Nenek-nenek bule dengan tongkat kayu dengan semangat berusaha naik ke puncaknya membuat penulis malu dan urung untuk balik turun lagi lagi karena terjalnya jalan pendakian. Tongkat dari ranting pohon diperlukan untuk mempermudah jalannya pendakian.
Waktu paling bagus untuk mendaki pukul 05.00-07.00 WIB karena menghindari bau dari uap belerang yang menusuk apabila mencapai puncaknya terlalu siang. Di pagi hari uap belerang juga tidak menutupi kawahnya sehingga kita bisa menikmati warna hijau tosca kawahnya. Matahari yang belum bersinar terik dan lereng gunung berselimut kabut juga lebih nyaman dinikmati di pagi hari.
Kalau ingin melihat api biru dari belerang yang mengeluarkan sinarnya di kawah Gunung Ijen harus berangkat mendaki dini hari sekitar pukul 03.00 WIB dari pos Paltuding. Perlu membawa senter dan wisatawan tidak perlu khawatir sendirian naik gunung pada dini hari. Karena jam-jam tersebut juga waktu penambang belerang untuk berangkat kerja.Â
Melihat api biru adalah puncak pesona uniknya kawah Gunung Ijen, karena api biru secara alami terlihat warnanya hanya di malam hari sebelum matahari terbit. Perlu turun dengan jalan terjal ke penggiran kawahnya untuk melihat api biru.
Untuk penginapan yang lebih bagus bisa menginap di wisma milik PTP XII di perkebunan Belawan dan Jampit yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari Paltuding. Menginap di wisma PTP ini pengunjung juga sekalian bisa melihat proses pemetikan kopi sampai proses pengeringan di pabrik.Â
Mencium bau bunga kopi yang berwarna putih seperti harum aroma melati dan melihat buah kopi yang berwarna merah di sepanjang jalan ke perkebunan membawa juga keasyikan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H