Sanggar yang dibangun sesuai adat Osing  didesain tradisional ini menerima tamu khusus sesuai perjanjian dengan suguhan makanan khas Banyuwangi seperti sayur asem ayam, pepes ikan, pecel pithik, urap sayur  dan  minuman khas temulawak. Pertunjukan utama setelah makan malam adalah  tari gandrung dan musik lesung dari tangan ibu-ibu sepuh.
Bentuk bangunan rumah Osing itu sendiri dibagi dalam tiga ruang, yakni Mbyale (balai/serambi) yang biasa digunakan untuk menjamu tamu dan ngobrol santai dengan tetangga dekat.Kemudian Jerumah (ruang tengah dan kamar) adalah bagian rumah yang biasa digunakan sebagi tempat istirahat dan bercengkrama bersama keluarga, dan Pawon (dapur) yang biasa digunakan ibu-ibu untuk memasak.
Setelah makan malam, penulis mendapat suguhan tari gandrung dengan penari yang handal dan cantik. Sebenarnya gandrung sebagai tari pembuka dalam menyambut tamu. Tapi di Sanggar Genjah Arum, tarian ini disuguhkan ketika tamu setelah  bersantai selesai makan malam dan menikmati suasana Banyuwangi tempo dulu.
Jangan menyesal pernah ke Desa Kemiren tapi tidak mencicipi kopinya. Sebab kopi olahan Desa Kemiren terkenal dengan sebutan Kopai Osing produksi Sanggar Genjah Arum adalah kopi berkualitas tinggi dengan cara menyangar di wajan tanah dan memakai api tungku kayu.
Rasa kopi yang diolah secara benar ini, dipastikan akan membuat ketagihan untuk mencoba lagi sampai puas. Selama tiga jam berada di Sanggar Genjah Arum, penulis sampai empat kali minum Kopai Osing karena nikmatnya.Â
Rasa kopinya antara pahit manis dan gurih  pas banget di lidah apalagi di musim hujan sangat  menggetarkan lidah dan ruang mulut rasanya. Apalagi obrolan yang seru tentang proses Kopai Osing dengan Bapak Iwan membuat kerasan berada di Sanggar Genjah Arum yang asri. Tentang proses pembuatan Kopai Osing produksi Bapak Iwan yang sudah diekspor ke negara-negara Eropa saya tulis kemudian hari .