Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Desa Kemiren Banyuwangi Kaya dengan Adat dan Budaya

23 Februari 2016   05:01 Diperbarui: 6 Juni 2023   22:09 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penabuh lesung di desa kemiren ,(dok asita)


Penabuh lesung di desa kemiren ,(dok asita)
Penabuh lesung di desa kemiren ,(dok asita)
Di Desa Kemiren juga ada sanggar yang sangat terkenal dengan nama Sanggar Genjah Arum, yang diambil dari nama beras terkenal di Banyuwangi.

Sanggar yang dibangun sesuai adat Osing  didesain tradisional ini menerima tamu khusus sesuai perjanjian dengan suguhan makanan khas Banyuwangi seperti sayur asem ayam, pepes ikan, pecel pithik, urap sayur  dan  minuman khas temulawak. Pertunjukan utama setelah makan malam adalah  tari gandrung dan musik lesung dari tangan ibu-ibu sepuh.


Pak Iwan pemilik sanggar genjah arum (dok asita)
Pak Iwan pemilik sanggar genjah arum (dok asita)
Sanggar Genjah Arum  milik pribadi seorang pengusaha perkebunan kopi bernama Setiawan Subekti atau biasa dipanggil Pak Iwan. Ahli kopi kelas internasional ini memang sangat peduli dengan pelestarian adat  Osing. Tatanan rumah dan benda-benda kuno di sanggar Genjah Arum mengambarkan kejayaan zaman Minak Jinggo di Banyuwangi.

Bentuk bangunan rumah Osing itu sendiri dibagi dalam tiga ruang, yakni Mbyale (balai/serambi) yang biasa digunakan untuk menjamu tamu dan ngobrol santai dengan tetangga dekat.Kemudian Jerumah (ruang tengah dan kamar) adalah bagian rumah yang biasa digunakan sebagi tempat istirahat dan bercengkrama bersama keluarga, dan Pawon (dapur) yang biasa digunakan ibu-ibu untuk memasak.

Setelah makan malam, penulis mendapat suguhan tari gandrung dengan penari yang handal dan cantik. Sebenarnya gandrung sebagai tari pembuka dalam menyambut tamu. Tapi di Sanggar Genjah Arum, tarian ini disuguhkan ketika tamu setelah  bersantai selesai makan malam dan menikmati suasana Banyuwangi tempo dulu.


Pak aekanu sbg guide terkemuka di bamyuwangi dengan sinden mbok temu (dok asita(
Pak aekanu sbg guide terkemuka di bamyuwangi dengan sinden mbok temu (dok asita(
Para penari yang  jumlahnya dua orang itu kelihatan cantik mulus dan lincah menari sesuai irama yang dinamis. Penari membawa selendang untuk diberikan kepada tamu yang menonton disana untuk diajak menari bersama .Bagi yang terpilih dan menerima selendang dari gandrung, diwajibkan untuk menari bersama gandrung.


Jangan menyesal pernah ke Desa Kemiren tapi tidak mencicipi kopinya. Sebab kopi olahan Desa Kemiren terkenal dengan sebutan Kopai Osing produksi Sanggar Genjah Arum adalah kopi berkualitas tinggi dengan cara menyangar di wajan tanah dan memakai api tungku kayu.

Rasa kopi yang diolah secara benar ini, dipastikan akan membuat ketagihan untuk mencoba lagi sampai puas. Selama tiga jam berada di Sanggar Genjah Arum, penulis sampai empat kali minum Kopai Osing karena nikmatnya. 

Rasa kopinya antara pahit manis dan gurih  pas banget di lidah apalagi di musim hujan sangat  menggetarkan lidah dan ruang mulut rasanya. Apalagi obrolan yang seru tentang proses Kopai Osing dengan Bapak Iwan membuat kerasan berada di Sanggar Genjah Arum yang asri. Tentang proses pembuatan Kopai Osing produksi Bapak Iwan yang sudah diekspor ke negara-negara Eropa saya tulis kemudian hari .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun