Setelah mengikuti acara Kompasiana Visit bersama PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di pabrik Sunter 1, Jakarta Utara Rabu 10 Juni 2015 lalu. Saya semakin penasaran untuk mempelajari dan menulis tentang sejarah mobil Toyota yang dibuat pertama kali oleh Sakichi Toyoda, pendiri mobil Toyota.
Bersama Kompasianer lainnya sebanyak 20 orang saya termasuk beruntung bisa melihat langsung bagaimana proses pembuatan mesin dan komponen mobil Toyota dari part terkecil hingga menjadi sebuah mesin. Dalam acara itu juga diperkenalkan filosofi kerja Toyota oleh manajemen TMMIN yang diwakili Bapak Turmudi, selaku Executive General Manager PT TMIIN.
Toyota telah hadir di Indonesia sejak lebih dari 40 tahun yang lalu sebagai pionir di industri otomotif. Toyota Indonesia direpresentasikan oleh 2 perusahaan utamanya, yaitu Toyota Astra Motor selaku distributor mobil Toyota di Indonesia, dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (atau disingkat TMMIN) selaku manufaktur dan eksportir kendaraan utuh, mesin, komponen dan dies & jigs. Untuk mendukung operasi bisnisnya, saat ini TMMIN mempunyai 4 pabrik, yaitu: Sunter 1 dan Sunter 2 yang memproduksi mesin, komponen dan dies & jigs, serta Karawang 1 dan 2, yang memproduksi mobil utuh, seperti Kijang Innova, Fortuner, Etios Valco, Vios dan Yaris. Saat ini, TMMIN sudah mengekspor produk-produknya ke lebih dari 70 negara di dunia.
Dari kunjungan tersebut saya mencari beberapa referensi. Saya berusaha menulis tentang sejarah mesin Toyota yang awalnya sebuah mesin tenun hanya untuk membuat kain sampai akhirnya menjadi mesin mobil berkat tangan ahli Sakichi Toyoda, yang disebut juga Raja Penemu Jepang.
Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka, Jepang . Toyoda adalah penemu dan industrialis Jepang, pendiri Toyota Industries. Minatnya pada mesin tenun timbul setelah melihat ibunya menenun memakai alat tenun yang digerakkan dengan tangan
Toyoda menciptakan berbagai jenis mesin tenun. Penemuannya yang paling terkenal adalah mesin tenun sistem otomatis (Jidoka) yang dapat berhenti sendiri bila terjadi gangguan teknis. Sistem Jidoka nantinya dijadikan bagian dari sistem produksi yang disebut Sistem Produksi Toyota.
Jadi sejarah Toyota bermula dari perusahaan tenun otomatis dalam skala kecil hingga menjadi produsen mobil terkemuka dunia. Beruntung saya memiliki foto-foto Museum Toyota di Nagoya Jepang karena karena anak saya, Aji Raditya pernah berkunjung ke tempat tersebut. Dari perjalanan Aji ke Museum Toyota itu saya mendapat gambaran perjalanan dari sebuah mesin tenun menjadi menjadi mesin mobil yang diciptakan Toyoda, meskipun hanya mempelajari dari foto-foto yang dijepret Aji.
Kampung halaman Toyoda disebut Prefektur Shizuoka terkenal sebagai pusat produksi kain katun. Toyoda juga akrab dengan alat-alat tenun. Meski penduduk desa tempatnya tinggalnya berprofesi sebagai petani, hampir di setiap rumah penduduk terdapat alat tenun yang digerakkan dengan tangan. Pada usia 20 tahun, Toyoda mulai berpikir untuk menciptakan alat tenun yang lebih mudah digunakan sehingga dapat menekan biaya produksi kain. Pada waktu itu, industri tekstil Jepang sedang menghadapi tekanan keras dari negara asing, terutama kain-kain impor berharga murah namun berkualitas tinggi dari Inggris. Pemerintah Jepang waktu itu mendirikan pabrik-pabrik percontohan sebagai bagian dari usaha membangun industri tekstil modern di Jepang.
Sakichi Toyoda dilahirkan sebagai putra pertama dari keluarga petani.Ketika berusia 16 tahun, ia mengumpulkan teman-temannya untuk belajar bersama pada malam hari. Siang hari ia bekerja sebagai tukang kayu. Malam hari, ia melakukan penelitian soal mesin-mesin. Setelah Jepang menetapkan Undang-Undang Monopoli Paten pada tahun 1886, Toyoda makin berminat menciptakan sesuatu yang menurutnya dapat mempercepat pembangunan ekonomi Jepang.
Toyoda berkeinginan membuat mesin tenun yang lebih baik. Ia terus menerus memperbaiki rancangan alat tenun ciptaannya. Namun obsesi tersebut membuat ayahnya tak senang karena putranya mengabaikan pekerjaan sebenarnya sebagai tukang kayu. Penduduk desa juga mulai menganggap Toyoda sebagai orang eksentrik. Meskipun demikian, semangat Toyoda tidak terpatahkan, dan justru makin menguat setelah kembali dari perjalanan ke Tokyo untuk melihat Pameran Industri Nasional ke-3 pada tahun 1890.
Penemuan pertamanya berupa alat tenun dari kayu yang disebut Toyoda Wooden Handloom diciptakannya pada tahun 1890 ketika ia berusia 24 tahun, dan berhasil mendapat hak paten pada tahun 1891. Mesin tenun tersebut masih digerakkan secara manual, namun dapat meningkatkan produktivitas sebesar 40% hingga 50%. Toyoda lalu pindah ke Tokyo pada tahun 1892 untuk membuka bisnis penjualan alat tenun penemuannya. Walaupun industri tenun berjalan dengan baik, pembeli alat tenun ciptaannya hanya sedikit.
Perusahaan tekstil skala kecil tidak mampu membeli alat tenun baru, sedangkan industri tenun skala besar memerlukan mesin tenun bertenaga listrik yang masih harus diimpor dan berharga lebih mahal. Oleh karena itu, Toyoda berkeinginan menciptakan mesin tenun bertenaga listrik. Namun ia tidak punya cukup uang untuk memulai penelitiannya. Perusahaan alat tenun milik Toyoda di Tokyo ternyata tidak berumur panjang. Pada tahun 1893, Toyoda yang ketika itu berusia 26 tahun, menutup bisnisnya dan kembali ke kampung halamannya. Ia juga ditinggalkan oleh istrinya yang tidak tahan suaminya terlalu terobsesi dengan alat-alat ciptaannya.
Tahun 1933 tepatnya Toyota Motor Corporation didirikan pada bulan September sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.
Toyota menjadi pabrik mobil terbesar ketiga di dunia yang menghasilkan 5,5 juta unit mobil di seluruh dunia. Jika dihitung, angka ini sama dengan memproduksi 1 unit mobil dalam 6 detik.Nama Toyota sebenarnya di ambil dari nama pendirinya namun dimodifikasi agar memudahkan penyebutan Toyoda menjadi Toyota.
Sakichi Toyoda memiliki putra yang bernama Kiichiro Toyoda yang menjadi pendiri Toyota Motor Corporation. Selain itu, ia juga memiliki seorang anak perempuan yang bernama Aiko Toyoda. Atas jasanya, Toyoda diberi penghargaan Blue Ribbon Award dan Order of Merit Third Class dari pemerintah Jepang.
Berangkat dari industri tekstil, perusahaan ternyata menggunakan penamaan Toyota lebih karena penyebutannya lebih enak daripada memakai nama keluarga pendirinya, Toyoda. Inilah beberapa tonggak menarik perjalanan Toyota.
Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar di dunia dalam unit jumlah penjualan. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 8 sampai 8,5 juta unit mobil di seluruh dunia tiap tahunnya.
Dibandingkan dengan industri-industri otomotif lain yang menggunakan nama pendirinya sebagai merek dagang seperti Honda yang didirikan oleh Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz), Ford (Henry Ford), nama Toyoda tidaklah dipakai sebagai merek. Karena berangkat dari pemikiran sederhana dan visi waktu itu, penyebutan Toyoda kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan menjadi Toyota.
Setelah era Perang Dunia II berakhir, tahun 1950-an merupakan pembuktian Toyota sebagai penghasil kendaraan serba guna tangguh. Waktu itu kendaraan jip akrab di Jepang. Terinspirasi dari mobil ini, Toyota kemudian mengembangkan orototipe Land Cruiser yang keluar tahun 1950. Setahun kemudian meluncurkan secara resmi model awal Land Cruiser yakni model BJ.
Toyota tidak hanya dikenal melalui Toyota Land Cruiser. Mereka juga mengembangkan model yang menjadi favorit dunia, sedan kecil. Lewat Corolla yang memulai debutnya pada tahun 1966, sedan mungil generasi awal ini memakai penggerak belakang mengubah tatanan sedan bongsor yang populer saat itu menuju arah sedan kecil yang kompak, irit dan ringkas. Memasuki tahun 1975, Corolla masuk dalam generasi ketiga dan terjual lebih dari 5 juta unit. Hal yang menakjubkan ini masih kokoh hingga sekarang. Mesin mobil Corolla ini kemudian digunakan di Indonesia sebagai mesin untuk kendaraan niaga keluarga serbaguna, Toyota Kijang .
Toyota kemudian membuat logo berupa dua lingkaran oval yang menghasilkan huruf T dan ellips ketiga yang menandakan spirit of understanding in design. Di Indonesia dijumpai kendaraan bermerk Toyota seperti Toyota Kijang dengan logo Toyota pada grill di bagian depan mobil.
Lambang Toyota:
Arti dari logo mobil Toyota : Dua garis oval yang berpotongan di tengah adalah simbol kepercayaan antara Toyota dan pelanggan, dan garis-garis oval ini juga membentuk huruf “T” untuk nama Toyota. Ketiga garis oval dalam logo menggambarkan jantung pelanggan, jantung produk, dan kemajuan teknologi yang terus berkembang dan kesempatan tak terbatas yang terbentang di depan.
Semangat inovasi diteruskan anaknya Kiichiro Toyoda, membuat Toyota tidak pernah redup. Toyota kemudian berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di Tokyo, Osaka dan Nagoya. Pada tahun 1947, penjualan mobil Toyota di dalam negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.
Pada tahun 1990-an, Toyota semakin membuktikan bahwa mobil Jepang dapat bersaing dengan mobil Eropa dan Amerika. Toyota Celica berhasil menjadi juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di Amerika. (Asita DK Suryanto)
Sumber foto: Koleksi pribadi dan Aji Raditya dari kunjungan ke Museum Toyota di Nagoya Jepang dan https://en.wikipedia.org/wiki/Toyota
Baca tulisan saya sebelumnya tentang PT TMMIN yang memproduksi mobil Toyota:
- http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/tidak-membuat-cacat-tidak-menerima-cacat-dan-tidak-meneruskan-cacat_557ee23f9493735512e18a5a
- http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/siapa-sangka-mobil-fortuner-dibuat-di-karawang-jawa-barat_557acbc18efdfd5d6dd9159f
Referensi:
- https://en.wikipedia.org/wiki/Toyota
- http://www.toyota-global.com/company/history_of_toyota/1867-1939.html
3 .www.japanguide.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI