Mohon tunggu...
Sasakala Asisi Suharianto
Sasakala Asisi Suharianto Mohon Tunggu... Penulis - Traveller

Pelintas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Tersembunyi di Dalam Kisah Natal

25 Desember 2019   00:53 Diperbarui: 25 Desember 2019   01:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah situs di kota Bethlehem, Tepi Barat, Palestina. Di sinilah balatentara sorga pernah memperlihatkan diri dan bernyanyi memuji Tuhan (foto doc pribadi)

Kitab-kitab palsu yang dimulai dari abad ke-2 hingga ke-5 Masehi banyak menceritakan tentang sosok Yesus kecil dan keajaiban yang dimiliki sang bocah.

Berikut ini beberapa contohnya: Kitab Kelahiran Maria dari abad ke-6 menceritakan keajaiban Maria dan pohon kurma, bayi Yesus yang bisa berbicara juga berasal dari kitab abad ke-5, kitab Thomas dari abad ke-2 menceritakan Yesus bocah yang membuat burung-burungan dari tanah liat dan menghidupkannya.

Semua kisah dari kitab palsu ini tidak memiliki orientasi pada pesan penyaliban. Kitab-kitab ini tidak merekam pemikiran dasar manusia abad pertama, dimana seorang tokoh dinilai dari cara dia mati, bukan sebaliknya, yakni cara sang tokoh lahir.

Di sinlah para gembala mendapat kabar kelahiran Yesus. Kabar kelahiran tersebut justru diberikan pada orang-orang sederhana seperti mereka (foto: doc pribadi)
Di sinlah para gembala mendapat kabar kelahiran Yesus. Kabar kelahiran tersebut justru diberikan pada orang-orang sederhana seperti mereka (foto: doc pribadi)
Bagaimana dengan empat Injil yang sekarang menjadi pegangan umat Kristiani? Keempat Injil ini adalah kanonik, yang artinya resmi dan ditulis oleh para murid di zaman Yesus, atau oleh murid mereka, dan tidak melebihi abad pertama. Penulisan terjauh adalah 60 tahun setelah kematian Yesus.

Apakah itu artinya Injil-Injil ini merekam pemikiran dasar manusia abad pertama di tanah terjanji? Jawabannya, 100% ya! Seluruh kisah dalam Injil-Injil ini adalah penyelenggaraan kematian Yesus di kayu salib, dari awal kisah hingga akhir. Itulah sebabnya kisah-kisah kosong yang terdapat di Injil palsu sebagaimana di atas tidak ditemukan di dalam Injil kanonik.

Tapi bagaimana dengan Natal? Kisah ini tidak menceritakan kematian Yesus bukan? Jawabannya cukup mengejutkan, kisah Natal adalah kisah penyelenggaraan penyaliban Korban Agung Allah.

Nah, mari kita memasuki kisah Natal.

Istri penulis berfoto di sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa Natal, yang begitu populer, di gereja yang dibangun di titik yang dipercaya sebagai tempat para gembala melihat malaikat di malam Natal. (Foto: doc pribadi)
Istri penulis berfoto di sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa Natal, yang begitu populer, di gereja yang dibangun di titik yang dipercaya sebagai tempat para gembala melihat malaikat di malam Natal. (Foto: doc pribadi)
Kita semua hampir bosan dengan kisah Natal sebagaimana diceritakan pada sekolah minggu. Bahwa Maria mengandung bayi Yesus. Karena harus mengikuti sensus di kota Yerusalem, Yusuf suami Maria membawa istrinya pergi dari Galilea ke kota tersebut.

Ketika pasangan Yahudi yang saleh ini tiba di kota bernama Bethlehem, Maria pun melahirkan. 

Karena rumah-rumah penginapan sudah sangat penuh, akhirnya Maria melahirkan di kandang domba. Datanglah para Majus dari Timur mempersembahkan emas, dupa dan minyak mur. Juga para gembala ikut menengok sang bayi.

Kisah yang mengharukan hati ini terambil dari Injil Lukas 2:1-7. Seorang tokoh besar lahir di kandang domba yang sepi, sehingga pesan kesederhaannya sangat kuat.

Namun jika kita jeli, bukan itu pesan sesungguhnya.

Gereja masa kecil Maria, di kota tua Yerusalem. Pernah dijadikan madrasah oleh Sultan Salahudin. Bangunan ini memiliki gaung suara yang sangat baik. (foto: doc pribadi)
Gereja masa kecil Maria, di kota tua Yerusalem. Pernah dijadikan madrasah oleh Sultan Salahudin. Bangunan ini memiliki gaung suara yang sangat baik. (foto: doc pribadi)
Kitab Lukas 2:7 menceritakan bahwa dikarenakan rumah penginapan sudah penuh, maka Maria yang usai melahirkan akhirnya meletakkan bayinya dalam palungan setelah membungkusnya dengan kain lampin.

Penerjemahan "rumah penginapan" oleh LAI dalam Lukas tersebut sebenarnya kurang tepat, karena kata aslinya adalah "kataluma". Kataluma merujuk pada bangunan bagian atas dalam struktur rumah Yahudi. 

Maksudnya demikian: rumah-rumah Yahudi kala itu biasanya memiliki dua lantai. Lantai atas digunakan untuk acara bersama, menerima tamu, tempat berkumpul dan lain sebagainya. 

Sementara lantai bawah digunakan untuk ternak, yang kadang-kadang tuan rumahnya juga tidur di sana. Struktur seperti ini masih lestari di beberapa tempat di Timur Tengah hingga sekarang.

Pintu gereja Nativity di Bethlehem. Menurut tradisi di sinilah Maria melahirkan Yesus (foto: doc pribadi)
Pintu gereja Nativity di Bethlehem. Menurut tradisi di sinilah Maria melahirkan Yesus (foto: doc pribadi)
Kala itu orang-orang di kota Betlehem menggunakan lantai bawah bangunannya khusus untuk domba-domba betina yang melahirkan, dan mereka merawat bayi domba sebaik mungkin.

Mengapa domba betina yang melahirkan begitu istimewa hingga disediakan bangunan rumah? Hal ini terkait dengan komoditas utama kota ini di zaman itu, yakni domba sembelihan untuk korban di bait Allah. 

Jarak kota Bethlehem dengan Yerusalem tidaklah terlalu jauh, sehingga orang-orang Yahudi dari kota lain biasa membeli domba di kota ini untuk dipersembahkan di Yerusalem. 

Mereka juga akan beristirahat sejenak di kota ini sebelum meneruskan perjalanan. Maka bisa ditebak, hukum supply and demand menjadikan kota ini menemukan komuditasnya: penginapan dan domba-domba terbaik di seantero Yudea.

Ramai dan sesak, para peziarah dan wisatawan dari seluruh dunia mengantri panjang untuk masuk ke tempat Yesus dilahirkan. (foto: doc pribadi)
Ramai dan sesak, para peziarah dan wisatawan dari seluruh dunia mengantri panjang untuk masuk ke tempat Yesus dilahirkan. (foto: doc pribadi)
Hiasan berupa lampu gantung di gereja Nativity, bergaya Romawi. (foto: doc pribadi)
Hiasan berupa lampu gantung di gereja Nativity, bergaya Romawi. (foto: doc pribadi)
Pilar bergaya Romawi dan mozaik-mozaik indah yang masih tersisa di Gereja Nativity. Tampak empat malaikat utama pada lukisan tersebut. (Foto: doc pribadi)
Pilar bergaya Romawi dan mozaik-mozaik indah yang masih tersisa di Gereja Nativity. Tampak empat malaikat utama pada lukisan tersebut. (Foto: doc pribadi)
Grafiti tangan nganggur. Tampak coretan dari tangan-tangan jahil pada pilar Romawi. Sepertinya dari warga lokal. Gereja Nativity terletak di wilayah Tepi Barat, Palestina. (foto: doc pribadi)
Grafiti tangan nganggur. Tampak coretan dari tangan-tangan jahil pada pilar Romawi. Sepertinya dari warga lokal. Gereja Nativity terletak di wilayah Tepi Barat, Palestina. (foto: doc pribadi)
Orang Yahudi sangat ketat dalam masalah hukum kurban. Domba yang dipersembahkan harus jantan, bersih, tidak sakit dan tidak cacat. 

Seolah orang Bethlehem akan berkata: "jika Anda membeli domba kurban di kota kami, dijamin 100% tidak cacat, bahkan Tuhan yang maha melihat pun takkan menemukan cacat yang tak kelihatan."

Mereka sangat menjaga kualitas domba-dombanya, yang dirawat sebaik mungkin sejak kelahiran hewan-hewan itu, dibungkus dengan kain lampin agar tidak banyak bergerak yang menyebabkan keseleo dan cacat. Domba-domba kurban tersebut digunakan orang Yahudi untuk menebus dosa.

Sebuah mozaik berlukiskan perjalanan Yesus di Yeriko. Tampak dalam lukisan ini Zakeus yang menaiki sebuah pohon ara. (foto: doc pribadi)
Sebuah mozaik berlukiskan perjalanan Yesus di Yeriko. Tampak dalam lukisan ini Zakeus yang menaiki sebuah pohon ara. (foto: doc pribadi)
Kembali ke kisah Natal. Yusuf suami Maria kala itu tidak kehabisan penginapan. Mereka jelas menyewa "kataluma" secara layak sebagaimana musafir yang lain. Kemungkinan Yususf juga sering melakukan kegiatan itu di tahun-tahun sebelumnya saat Paskah. 

Tahun ini terjadi sensus penduduk Yudea  sehingga para pendatang di kota Bethlehem membludak. Sialnya, dalam kondisi demikian Maria malah melahirkan.

Kitab Lukas menceritakan "kataluma" yang mereka tempati demikian sesak dan ramai sehingga mustahil Maria melahirkan di tempat itu. Kiranya pemilik rumah menyarankan agar persalinan dipindah di bangunan bawah, yang biasanya digunakan untuk kelahiran bayi-bayi domba. 

Maka demikianlah, Maria pun melahirkan bayi Yesus di kandang domba, dan persis seperti memperlakukan anak-anak domba kurban lainnya, dia membungkus sang bayi dengan kain lampin dan meletakkannya di palungan.

Sebuah pesan tersembunyi kita dapati di kisah ini: Yesus sang Domba Agung Allah lahir di kota yang berkomoditas domba kurban, di tempat domba-domba melahirkan anak domba yang digunakan untuk penebusan dosa, dan diperlakukan sama persis seperti bayi-bayi domba kurban lainnya.

Untaian lampu gantung yang indah khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan betapa indah Gereja Nativity jika semua lampu menyala. (foto: doc pribadi)
Untaian lampu gantung yang indah khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan betapa indah Gereja Nativity jika semua lampu menyala. (foto: doc pribadi)
Ruang utama gereja yang layaknya galeri benda seni. Peziarah dan pelancong dari berbagai belahan dunia datang hanya untuk melihat tempat ini. (foto: doc pribadi)
Ruang utama gereja yang layaknya galeri benda seni. Peziarah dan pelancong dari berbagai belahan dunia datang hanya untuk melihat tempat ini. (foto: doc pribadi)
Jadi pesan-pesan tersembunyi tentang Anak Domba Agung yang dikorbankan untuk penebusan dosa sudah dibentangkan bahkan sejak peristiwa Natal. Inilah yang menjadi perbedaan mencolok antara kisah populer tentang Natal dengan peristiwa dalam konteks sosio-histori.

Berikut perbedaannya:

  1. Dalam kisah populer: Yesus lahir di kandang domba sunyi. Pesan moralnya adalah kesederhanaan.
  2. Dalam kisah sosio-histori: Yesus lahir di sebuah rumah normal, di kota penghasil domba kurban terbaik di dunia. Pesan moralnya adalah tentang persiapan rencana Allah untuk Korban Agung penebusan dosa.

Sekarang Anda melihat betapa berbedanya kisah sejati Natal dengan kisah-kisah ajaib sebagaimana di awal artikel ini. Semua kisah yang tersaji di Injil kanonik bukanlah sembarang kisah sebagaimana Injil-Injil palsu tersebut, namun mengandung pesan-pesan tersembunyi dan selalu mengarah pada satu titik yang sama: penyaliban.

Pintu masuk ke ruangan bawah tanah, gua tempat bayi Yesus dilahirkan. Di sini adalah titik saat Firman menjadi daging (foto: doc pribadi)
Pintu masuk ke ruangan bawah tanah, gua tempat bayi Yesus dilahirkan. Di sini adalah titik saat Firman menjadi daging (foto: doc pribadi)
Salib khas Byzantium. Bintang-bintang di sekitarnya memiliki model yang sama dengan bintang di titik Yesus dilahirkan. Terdapat larangan memotret (foto: doc pribadi)
Salib khas Byzantium. Bintang-bintang di sekitarnya memiliki model yang sama dengan bintang di titik Yesus dilahirkan. Terdapat larangan memotret (foto: doc pribadi)
Umat Kristen mula-mula sama sekali tidak merayakan Natal. Perayaan utama mereka adalah Paskah saat Yesus disalib, mati dan dikuburkan, hingga akhirnya bangkit pada hari ketiga. Perayaan Natal baru muncul di abad-abad selanjutnya.

Kami sempat mengunjungi Gereja Kelahiran (Nativity) di kota Bethlehem. Gereja yang termasuk dalam kelompok gereja tertua ini secara tradisional dipercaya sebagai tempat Yesus dilahirkan. Anda harus mengantri panjang jika ingin memasuki ruangan paling penting tersebut. 

Di titik yang dipercaya tempat Yersus dilahirkan terdapat bintang yang sering dicium oleh para peziarah. Ruangan tersebut terletak di bawah tanah dengan pintu masuk hanya cukup untuk dua orang. Pada hari-hari penting, misalnya Natal, jangan berharap memasuki gereja ini dengan mudah dan nyaman. (Asisi Suharianto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun