Mohon tunggu...
Sasakala Asisi Suharianto
Sasakala Asisi Suharianto Mohon Tunggu... Penulis - Traveller

Pelintas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Free as a Bird

12 Agustus 2015   19:27 Diperbarui: 12 Agustus 2015   19:39 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan inilah yang membuat penerbanganku lama..

[caption caption="TITIK LONCAT. Di pucuk Gunung Banyak inilah titik pemberangkatan paralayang. Bendera ini sebagai penanda. (kredit foto: Sonya)"]

[/caption]

[caption caption="LANSKAP. Bentang ancala menjadikan titik pemberangkatan paralayang sudah merupakan lokasi wisata tersendiri bagi mereka yang tidak cukup punya nyali berparagliding. Tak hanya mata dimanjakan, udara pun terasa sejuk dan segar. (kredit foto: Sonya)"]

[/caption]

Insruktur itu menanyakan, dan selalu menyebut namaku saat berbincang, membangun kenyamanan. Dia banyak melakukan manuver beberapa menit setelah tinggal landas, memutari gunung sehingga aku yang begitu tegang bisa melihat sepatu yang kukenakan begitu besar diantara pucuk-pucuk pinus. Namun setelah makin membubung tinggi dan stabil di udara, aku bisa membayangkan diriku seperti elang yang sayapnya menumpu arus panas angin layaknya pesawat terbang sehingga stabil dan mampu mengintai daratan.

“Jadi seperti ini ya rasanya menjadi burung?”

“Yoi!” katanya bangga.

“Berapa lama Mas Taufik terbang seperti ini?”

“Tidak lama, Mas, baru 6 tahun,” jawabnya sambil bergurau. Dia mulai menyebut beberapa nama instruktur lain yang lebih lama darinya. “Saya yang termuda, Mas.”

Sebetulnya aku tidak terlalu tertarik menggali, hanya sekedar memastikan rasa amanku di tangan orang yang tepat dalam permainan yang sangat menguras adrenalin ini. 6 tahun, cukuplah untuk profesional. Dan dia memang sangat lihai, bukan saja karena instingnya merasakan angin, namun juga bagaimana dia membuat penumpangnya nyaman. Sekedar dugaanku, dia memiliki talenta untuk mengenali tipe-tipe penumpangnya. Aku mungkin tergolong yang gampang tegang, sehingga dia memintaku memejamkan mata dan menarik napas teratur. Usaha itu berhasil, aku stabil.

[caption caption="MENDARAT. Detik-detik penulis mendarat dari udara. Tidak ada kegiatan yang begitu melegakan selain mendarat setelah beberapa menit di ketinggian udara. Sudah ada petugas yang menunggu dan para ojek yang mengantar kembali peserta untuk mendaki kembali ke Gunung Banyak. (kredit foto: Sonya)"]

[/caption]

“Apakah anginnya akan senantiasa stabil seperti ini Mas?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun