“Mahar boleh minta tolong?”
“Iya, mau minta tolong apa, mbak Asih?”
“Saya akan tugas keluar daerah. Mungkin lama mungkin juga cuma sebentar. Saya belum tahu kapan kembali. Tolong perhatikan mas Firman ya. Pesanku ini jika ingin kau abaikan tidak apa-apa.”
Bagi Mahar pesan ini seperti anugerah terindah. Mahar mengangguk cepat lalu dengan langkah mantap dia keluar dari ruangan meninggalkan kantor desa. Sekarang dia lega. Nyanyian cinta itu kini tak lagi sumbang terdengar karena kini mengalun dari hati yang tengah kasmaran. Lagu itu makin membahana saat dia tiba di toko roti miliknya.
Nampak Firman tengah berdiri menanti didepan toko yang tertutup. Mahar sengaja menutup toko demi mencari info dari Asih untuk menenangkan batinnya. Langkahnya makin cepat nyaris berlari namun saat hampir dekat dengan Firman, tiba-tiba Firman meraih handphone yang berbunyi..
“Halo, mbak Ranti ada apa?”
Mahar tertegun. Firman yang membelakangi tak menyadari kehadiran Mahar. Dia terus berbincang dan menyebut nama Ranti berulang-ulang. Mahar geram.
Mbak Ranti sudah punya tunangan! Kok masih ngejar-ngejar mas Firman?! pekiknya kesal meski hanya dalam hati.
Mahar tak tahu, di kantor desa, Asih duduk menelungkupkan wajahnya di meja dengan air mata berlinang.
( Bersambung)
Kisah sebelumnya :