Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Saat, Mungkin....

16 Januari 2012   12:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Tidak. Mbak gak mau di jodohkan. Kamu gimana sih, Cik. Belum paham ya  mbak terluka karena ditinggal mas Firman? Sekarang ini mbak benar-benar merindukannya. Dulu dia selalu ada tiap kali mbak membutuhkannya. Sekarang mbak merasa sendiri. Benar-benar sendiri meski ada kalian yang selalu bersama mbak."

Seperti perkiraan Mommy, Asih menolak di jodohkan. Acik menelan rasa kecewa. Padahal dia sudah semangat 45 untuk mencarikan jodoh bagi kakaknya.

" Tapi mas Firman sudah menikah, mbak. Untuk apa mbak menunggunya?" Acik mulai putus asa.

" Mbak hanya ingin kehadiran mas Firman, meski kami tidak mungkin menikah namun mbak merindukannya. Mbak ingin berbincang lagi seperti dulu. Mbak benar-benar rindu padanya." mata Asih berkaca-kaca. Acik paham akan kesedihan kakaknya itu. Dia akhirnya memutuskan tidak akan memaksa kakaknya ikut perjodohan yang di rencanakannya dengan Mommy.

" Mas Firman, tidakkah kamu merasakan. Ada seseorang yang sangat merindukanmu?" gumam Acik saat keluar dari kamar kakaknya. Di ruang tamu nampak suami dan ayahnya, Pak  Nov Windu Hernowo tengah asyik berbincang.

" Jangan pulang dulu, Cik. Duduk dulu ngobrol dengan ayah." tegur Pak Nov. Acik lalu duduk di samping ayahnya.

" Iya, ayah. Tapi ayah juga harus cepat istrahat. Jangan begadang."

Pak Nov tersenyum mendengar ucapan putrinya. Dia hanya menepuk tangan putrinya yang terlihat mengkhawatirkan dirinya.

Sementara di dalam kamar, Asih sedang membaca kertas yang tadi sempat di lihat Acik.

I want to go far. Far away. But the heart feels heavy to pass. Many times my heart container and get on the path which I will pass but again the sounds of nature and the jokes people make the heart tremble. Am I ready to lose all that? Am I up with a new life without their presence?

I told my self to cry bitterly, but where would I find a cure. Contuinue to be in this place and receive a sincere kindness was still not allowed me to forget it. Where would I go? It may take some time time to disappear for a moment and come back. But when? Now my heart just was unable to pass. Maybe if the time comes, i will not be able to avoid the fact, if I'm actually going to go...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun