Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisitigapuluhsatuhari] Pelangi di Mimpiku

31 Desember 2014   13:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14199801461955080072

Tanggal satu,
Ketika tangis menghentikan waktu
Senyummu hadir hangatkan jiwaku
Padamu kutemukan rindu
Hapus luka masa lalu

Tanggal dua
Dalam balutan duka
Jemarimu ulurkan asa
Merenda hening menjadi ceria
Senyum itu kian merona

Tanggal tiga
Pada lembar pertama
Terangkai kata demi kata
Ucapmu, ini kisah kita
Hidupku mulai berwarna

Tanggal empat
Tak lagi ada sekat
Antara kita semakin dekat
Matamu lembut menatap lekat
Jiwaku makin terikat

Tanggal lima
Di pantai Losari saat senja
Kutitipkan asa tanpa kata
Tentang rindu menanti sua
Membayang senyummu di pelupuk mata

Tanggal enam
Telah kutulis suara hatiku semalam
Melepaskan jejak-jejak buram
Ikhlaskan berlalu dan lepas ke masa silam
Nikmati bahagia kita dalam diam

Tanggal tujuh,
Genderang hatiku bertalu riuh
Menyambut pagi nan cerah
Bunga-bunga bermekaran indah
Semoga ini pertanda berkah

Tanggal delapan,
Mimpi kita melangkah pelan dititian
Perlahan, menapak waktu dikejauhan
Makin dekat, seolah kita berhadapan
Cerita kita telah berganti lembaran

Tanggal sembilan,
Pada lembar ke sekian jemariku tertahan
Menepi, merenungkan sebuah pesan
Untaian kata yang menekan perasaan
Saatnya jeda dan lepaskan genggaman

Tanggal sepuluh,
Semalam,aku tertegun mendengar kisah
Tentangmu yang mungkin salah
Sesaat ragu hadirkan resah
Aku gundah

Tanggal sebelas,
Kabar angin itu kian berhembus bebas
Menambah sesak pada ruangku yang terbatas
Kusingkap tirai logikaku agar leluasa bernafas
Pantaskah kusalahkan jarak yang memberi batas?

Tanggal dua belas,
Tanyaku terjawab jelas
Suaramu lembut namun tegas
Bagaikan oase di padang tandus
Halau gelisahku hingga tuntas

Tanggal tigabelas,
Jarak begitu kokoh di antara rindu kita yang memelas
Lingkaran pada angka-angka juga meninggalkan bekas
Sabarlah, ucapmu menenangkanku hingga tertidur pulas
Dalam mimpipun aku tak sabar untuk berkemas

Tanggal empatbelas,
Ikatan jarak akhirnya terlepas
Ketika sayap-sayap melaju bebas
Pertama kali kita mengecilkan dunia yang luas
Tak peduli aral yang melintas

Tanggal limabelas,
Rindu kita yang menetas
Pada sua di siang yang panas
Walau tak ada bunga sebagai pemanis
Bagiku ini saat paling romantis

Tanggal enambelas,
Kita berkejaran dengan waktu yang kian menipis
Menyusuri malam-malam gerimis
Menikmati panorama kota yang dinamis
Kebahagiaan ini tak mampu kulukis

Tanggal tujuhbelas,.
Waktu terus bergulir hingga habis
Perpisahan ini membuatku tak kuasa menahan tangis
Meski batin enggan untuk berkemas
Akal harus realistis

Tanggal delapanbelas,
Kemarin akan jadi kenangan manis
Mimpi-mimpi yang perlahan meretas
Semoga bukan sekedar tulisan di lembaran kertas
Sekejap hadir lalu hilang tak membekas

Tanggal sembilanbelas,
Sekarang tak ada lagi cemas
Walau jarak bagai pisau yang mengiris
Membentang di antara kita tanpa garis
Bukan alasan untuk pesimis

Tanggal duapuluh,
Rasa setelah perpisahan ternyata tak mudah
Meninggalkan jejak rindu yang membuncah
Jejak yang terkadang menghilang bersama hati yang rapuh
Rapuh hati berteman lembaran yang basah

Tanggal duapuluhsatu,
Bingkai kisah mulai berwarna abu-abu
Warna pink yang berubah entah kapan aku tak tahu
Hanya goresan pena yang menunduk bisu
Doaku, semoga tak ada selimut dusta yang membelai malammu

Tanggal duapuluhdua,
Aku terhempas jauh ke dasar samudera
Hanya buih-buih sebagai penanda aku masih ada
Langkah dan mata kini tak seirama
Mungkin karena hati tertimpa lara

Tanggal duapuluhtiga,
Jiwaku hampa
Tak terhitung lembaran kisah yang tertunda
Pena hanya bermain dipelupuk mata
Menyeka airmata pun tak berdaya

Tanggal duapuluhempat,
Satu persatu kenangan kita mulai pamit
Meninggalkan hati yang kosong tanpa sekat
Tiang-tiang kokoh penyangga asa tak lagi semangat
Luruh bersama mimpi yang tamat

Tanggal duapuluhlima,
Langit secepat itu berubah warna
Tanpa mentari,hitamnya hempaskan jiwa
Dimanakah dirimu sang pujangga?
Batinku lelah mencari di antara ribuan kata

Tanggal duapuluhenam,
Malam-malamku terasa kelam
Jejakmu makin buram
Kapal asa kita mulai karam
Entah dimana hatimu bersemayam

Tanggal duapuluhtujuh,
Pigura asa coba kurengkuh
Kurekatkan hati yang tak lagi utuh
Di antara kita bukan lagi jarak yang jauh
Tapi tentang hatimu yang tak lagi bisa kusentuh

Tanggal duapuluhdelapan,
Pesanmu tiba diujung harapan
Rangkaian kata indah namun menyedihkan
Memintaku untuk melupakan
Melepaskan hati dari ikatan

Tanggal duapuluhsembilan,
Aku bersandar di sudut ruangan
Berteman temaram sinar rembulan
Airmata tak jenuh berjatuhan
Seperti kenangan yang tak mampu kulupakan

Tanggal tigapuluh
Sebuah nama tersilang merah
Luruh bersama mimpi yang perih
Tak ada langkah
Rasaku telah lumpuh

Tanggal tigapuluhsatu,
Senyummu membuai anganku
Bagai kanvas melukis pelangi dimimpiku
Kini tak ada lagi dirimu
Hilang bersama lembaran beku



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun