Tanggal duapuluhtiga,
Jiwaku hampa
Tak terhitung lembaran kisah yang tertunda
Pena hanya bermain dipelupuk mata
Menyeka airmata pun tak berdaya
Tanggal duapuluhempat,
Satu persatu kenangan kita mulai pamit
Meninggalkan hati yang kosong tanpa sekat
Tiang-tiang kokoh penyangga asa tak lagi semangat
Luruh bersama mimpi yang tamat
Tanggal duapuluhlima,
Langit secepat itu berubah warna
Tanpa mentari,hitamnya hempaskan jiwa
Dimanakah dirimu sang pujangga?
Batinku lelah mencari di antara ribuan kata
Tanggal duapuluhenam,
Malam-malamku terasa kelam
Jejakmu makin buram
Kapal asa kita mulai karam
Entah dimana hatimu bersemayam
Tanggal duapuluhtujuh,
Pigura asa coba kurengkuh
Kurekatkan hati yang tak lagi utuh
Di antara kita bukan lagi jarak yang jauh
Tapi tentang hatimu yang tak lagi bisa kusentuh
Tanggal duapuluhdelapan,
Pesanmu tiba diujung harapan
Rangkaian kata indah namun menyedihkan
Memintaku untuk melupakan
Melepaskan hati dari ikatan
Tanggal duapuluhsembilan,
Aku bersandar di sudut ruangan
Berteman temaram sinar rembulan
Airmata tak jenuh berjatuhan
Seperti kenangan yang tak mampu kulupakan
Tanggal tigapuluh
Sebuah nama tersilang merah
Luruh bersama mimpi yang perih
Tak ada langkah
Rasaku telah lumpuh
Tanggal tigapuluhsatu,
Senyummu membuai anganku
Bagai kanvas melukis pelangi dimimpiku
Kini tak ada lagi dirimu
Hilang bersama lembaran beku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H