Mohon tunggu...
Asih Gunarina Subari
Asih Gunarina Subari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa sastra Indonesia juga pecinta seni budaya Sunda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Motif Kecerdikan Tokoh Utama dalam Dongeng Binatang si Kancil dan Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet: Cerdas atau Licik?

29 Juni 2024   22:10 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhirnya Sakadang Kuya tertangkap dan dikurung memakai kandang ayam. Sakadang Monyet pun kembali untuk mengejek Sakadang Kuya namun Sakadang Kuya malah terlihat senang. Sakadang Kuya pun kembali menipu Sakadang Monyet dengan mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan anak Pak Tani yang cantik. Sakadang Monyet pun tertipu dan ingin menukar dirinya dengan Sakadang Kuya yang padahal akan dimasak oleh Pak Tani. Pada cerita ini, motif Sakadang Kuya menipu Sakadang Monyet adalah membalas kenakalan dan kelicikan Sakadang Monyet agar jera.

Sedikit berbeda dengan cerita Si Kancil Mencuri Timun, dari awal cerita sang tokoh utama ini justru memiliki niat untuk mencuri timun lalu ia terjerat jebakan Pak Tani dan ditangkap. Lalu, saat di kandang, Si Kancil berusaha memikirkan cara lepas dari kandang tersebut lalu bertemu dengan Anjing milik Pak Tani. 

Sang Anjing keheranan karena Si Kancil terlihat senang. Di sini lah Si Kancil menjalankan aksinya dengan menipu Anjing tersebut bahwa ia akan dinikahkan dengan anak Pak Tani. 

Anjing tersebut tertipu dan menukar dirinya dengan Si Kancil yang sebenarnya akan dimasak. Dari cerita ini, dapat dilihat bahwa cerita tersebut menyampaikan pesan untuk menjadi secerdas Si Kancil dalam menyelesaikan masalahnya.

Dalam dunia dongeng fabel di Indonesia, kedua tokoh hewan tersebut memang memiliki kesamaan dalam kecerdasan, namun ternyata keduanya memiliki perbedaan motif. Pada cerita-cerita Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet, tokoh utama yang cerdik tersebut menipu lawannya untuk membalas karakter yang licik, nakal, namun bodoh seperti Sakadang Monyet. Hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan pesan bahwa dalam kehidupan janganlah seperti Sakadang Monyet yang serakah, licik, dan nakal yang memikirkan keuntungan dirinya sendiri dengan berniat menipu temannya yang dianggap lemah karena jalannya lambat. 

Niat-niat liciknya itu selalu diketahui oleh Sakadang Kuya yang meskipun jalannya lambat, namun ia cerdas dan bijak. Selain moral, pada dongeng Sakadang Kuya ini juga seakan mengkritik orang-orang yang selalu memanfaatkan dan menindas orang-orang lemah. Kritik ini juga disampaikan pada cerita Sakadang Kuya Silih Duruk jeung Sakadang Maung yang diakhir cerita menyampaikan kritiknya dalam monolog Sakadang Kuya

"Yakin geus paeh Si Belang teh. Keun, itung-itung wawalesna ka sato anu sok ngahakan sato laleutik," ceuk Sakadang Kuya. ("Yakin sudah mati Si Belang itu. Biarlah, hitung-hitung menjadi balasan untuk hewan yang suka memakan hewan-hewan kecil," kata Sakadang Kuya).

Dalam kutipan tersebut, terlihat jelas kritikan bagi orang-orang yang suka menindas atau berlaku jahat kepada orang-orang kecil. Di sisi lain, motif pada cerita si Kancil adalah untuk memperlihatkan bagaimana hewan kecil dapat mengalahkan hewan besar dengan kecerdikannya. Saya rasa, dongeng Si Kancil lebih menonjolkan bagaimana cara memecahkan masalah dengan cara yang cerdas seperti Si Kancil. 

Selain itu, pesan lain terdapat pada orang-orang besar dan memiliki kekuasaan seperti harimau dan hewan buas lainnya pada akhirnya dapat dikalahkan oleh orang-orang kecil yang cerdas. Hal ini mungkin seperti sebuah motivasi kepada masyarakat kecil, namun memang pesan tersebut seakan hanya sebuah motivasi bukan pesan moral.

Dapat disimpulkan, selain perbedaan pengaruh kebudayaan juga lingkungan masyarakat dalam membuat dongeng fabel, terdapat perbedaan motif pada kecerdikan

tokoh utama. Motif pada dongeng fabel Sunda "Sakadang Kuya" adalah untuk menyampaikan pesan moral dan tradisi serta kritikan. Tipuan yang dibuat oleh Sakadang Kuya memang memiliki alasan, yaitu untuk membalas Sakadang Monyet yang pintar namun licik untuk menipu Sakadang Kuya yang dianggap lemah dan tidak bisa apa-apa. Kritikan tersebut tertuju pada orang-orang yang selalu menipu orang- orang lemah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun