Kedua cerita tersebut cenderung sama, yaitu tokoh utama mengelabui lawannya untuk memukul sarang lebah yang dikatakan sebagai Gong milik seseorang yang dihormati dalam keyakinan masyarakat.Â
Perbedaannya ada pada tokoh dan motif dalam cerita. Pada cerita Sakadang Monyet Nabeuh Goong Batara Guru diceritakan sakadang monyet yang sedang marah pada sakadang kuya karena seringkali ia ditipu oleh temannya itu.Â
Untuk menghindarinya, sakadang kuya menipu sakadang monyet bahwa ia sedang menunggu Goong Batara Guru yang sebenarnya merupakan sarang tawon. Sakadang Monyet yang memiliki rasa penasaran dan nakal itu memaksa sakadang kuya untuk mencoba memukul Gong tesebut. Sakadang Kuya pun terpaksa mengizinkannya sebagai tanda pertemanan namun dengan syarat saat Sakadang Kuya pergi dari tempat itu.Â
Setelah temannya pergi, Sakadang Monyet pun memukul Gong yang ternyata sarang tawon sehingga ia disengat oleh para tawon itu. Sakadang Monyet pun marah dan tidak lagi berteman dengan Sakadang Kuya.
Sedikit berbeda dengan cerita Kancil dan Gong Sulaiman. Pada cerita tersebut, diceritakan Si Kancil menemukan sarang tawon yang cukup besar dan ada keinginan dalam hatinya untuk menikmati madu yang ada di dalamnya. Lalu tiba-tiba sang Harimau datang dan akan memburu Kancil. Sang Kancil yang mengetahui itu pun
memiliki ide lalu mencoba menipu Harimau untuk jangan memburnya sebab ia sedang diberi tugas untuk menunggu Gong milik Nabi Sulaiman yang konon katanya siapapun yang memukulnya akan menjadi makhluk yang paling sakti. Harimau pun ingin memukul Gong tersebut dan menyuruh Si Kancil pergi agar ia tak dimarahi oleh Nabi Sulaiman. Kemudian, Harimau memukul Gong tersebut yang ternyata sarang tawon sehingga tawon-tawon tersebut menyengat tubuh Harimau.
Dari kedua cerita tersebut, memang memiliki kesamaan alur, namun terdapat perbedaan motif. Pada cerita Sakadang Monyet Nabeuh Goong Batara Guru, motif tokoh utama, yaitu Sakadang Kuya untuk menghindari amarah Sakadang Monyet.Â
Lalu, alasan Sakadang Monyet tertipu pun murni karena kenakalan dan rasa penasaran Sakadang Monyet sebab melanggar larangan Sakadang Kuya. Cerita ini seolah menyampaikan pesan bahwa jangan menjadi Sakadang Monyet yang nakal dan penasaran untuk melanggar larangan Sakadang Kuya sehingga ia berkali-kali tertipu. Sedikit berbeda dengan cerita Kancil dan Gong Nabi Sulaiman, tokoh utama pada awalnya memang memiliki keinginan untuk mendapatkan madu yang ada pada sarang tawon juga menhindari Harimau yang akan memangsanya.Â
Sedangkan Harimau sendiri memiliki alasan memukul Gong tersebut untuk menjadi makhluk paling sakti sesuai yang dikatakan oleh Si Kancil. Hal ini seakan memberi pesan agar jangan memiliki hasrat seperti Harimau sehingga tertipu oleh Si Kancil.
Cerita lainnya yang memiliki kemiripan adalah cerita Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet Maling Cabe dengan cerita Si Kancil Mencuri Timun. Singkatnya, kedua cerita tersebut sama-sama menceritakan tokoh utama yang tertangkap oleh Pak Tani lalu menipu tokoh lawannya untuk menggantikan posisinya.Â
Lagi-lagi kedua cerita tersebut memiliki perbedaan motif. Pada cerita Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet Maling Cabe berawal dari kenakalan Sakadang Monyet yang berniat mencuri cabe milik Pak Tani dan mengajak Sakadang Kuya dalam aksinya. Namun, Sakadang Monyet sengaja membuat kebisingan sehingga ketahuan oleh Pak Tani. Sakadang Monyet yang lincah itu kabur dengan memanjat pohon dengan cepat sedangkan Sakadang Kuya tidak bisa lari karena jalannya yang lamban.Â