Mohon tunggu...
Asih Perwita Dewi
Asih Perwita Dewi Mohon Tunggu... -

Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara perempuan dari pasangan Alm. Bp. Syamsudin Selamet dan Ibu Roro Rahayu. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Tanjungpura Pontianak, Program studi Pendidikan Biologi. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan Strata 2 (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) program studi Biologi Tumbuhan. Penulis sangat menyukai hujan, pantai, dan tidur di bawah langit berbintang. Kegemaran penulis lainnya adalah menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia

29 Maret 2016   12:19 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya ketika aku telah berbahagia, dia menghilang.
 Aku tak mengira ia akan menghilang. Aku masih terlalu bahagia dengan kebahagiaan jujur yang kurasakan. Aku hampir melupakan seluruh rasa sakit yang ada di hatiku. Tapi dia, akhirnya tak kunjung kembali.

Dan seluruh rasa sakit yang dulu kumiliki, menutup habis seluruh kebahagiaanku dan ruang perasaanku. Aku mati rasa.

Kini aku tahu mengapa Rana menangis. Kini aku sadar mengapa dokter tak melarangku untuk berteriak. Karena aku butuh itu. Aku butuh untuk membiarkan rasa sakitku keluar.

Ketika seorang manusia biasa menjalani kehidupannya, tak akan pernah ia jumpai sebuah jalan yang hanya lurus. Selalu ada jalan yang menanjak, menurun, menikung tajam, bahkan berbatu. Untuk semua jalan yang ia lalui, manusia dipaksa untuk kuat. 

Hanya akan ada disuatu ketika, segala sesuatu yang dipaksakan untuk dilalui tak akan terasa ringan untuk dijalani. Ada manusia yang bertahan, melakukan segala macam cara agar jalanan itu berhasil ia tempuh. Tetapi bahagiakah ia ketika jalanan itu telah selesai ia lalui?

Kebahagiaan, sebuah frase kata yang tak mudah tapi tak juga sulit untuk didapatkan.

Kita bisa memilih bagaimana kita bisa menemukan bahagia. Ketika kita menempuh sebuah jalan untuk mencari kebahagiaan, jika ditengah jalan kita merasa tak mampu untuk melanjutkannya lagi, maka berhentilah.

Karena ketika kamu tak bisa mencapai kebahagiaan itu hingga 100, maka biarkan ia kembali menjadi 0.

Jangan dipaksakan, jangan ditahan.

Kebahagiaanmu bukan ada di jalan itu.

Tapi di jalan yang lain.
***
29 – 3 – 2016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun