Hanya ketika aku telah berbahagia, dia menghilang.
 Aku tak mengira ia akan menghilang. Aku masih terlalu bahagia dengan kebahagiaan jujur yang kurasakan. Aku hampir melupakan seluruh rasa sakit yang ada di hatiku. Tapi dia, akhirnya tak kunjung kembali.
Dan seluruh rasa sakit yang dulu kumiliki, menutup habis seluruh kebahagiaanku dan ruang perasaanku. Aku mati rasa.
Kini aku tahu mengapa Rana menangis. Kini aku sadar mengapa dokter tak melarangku untuk berteriak. Karena aku butuh itu. Aku butuh untuk membiarkan rasa sakitku keluar.
Ketika seorang manusia biasa menjalani kehidupannya, tak akan pernah ia jumpai sebuah jalan yang hanya lurus. Selalu ada jalan yang menanjak, menurun, menikung tajam, bahkan berbatu. Untuk semua jalan yang ia lalui, manusia dipaksa untuk kuat.Â
Hanya akan ada disuatu ketika, segala sesuatu yang dipaksakan untuk dilalui tak akan terasa ringan untuk dijalani. Ada manusia yang bertahan, melakukan segala macam cara agar jalanan itu berhasil ia tempuh. Tetapi bahagiakah ia ketika jalanan itu telah selesai ia lalui?
Kebahagiaan, sebuah frase kata yang tak mudah tapi tak juga sulit untuk didapatkan.
Kita bisa memilih bagaimana kita bisa menemukan bahagia. Ketika kita menempuh sebuah jalan untuk mencari kebahagiaan, jika ditengah jalan kita merasa tak mampu untuk melanjutkannya lagi, maka berhentilah.
Karena ketika kamu tak bisa mencapai kebahagiaan itu hingga 100, maka biarkan ia kembali menjadi 0.
Jangan dipaksakan, jangan ditahan.
Kebahagiaanmu bukan ada di jalan itu.
Tapi di jalan yang lain.
***
29 – 3 – 2016
Â