Mohon tunggu...
Asih Iqbal iqbal
Asih Iqbal iqbal Mohon Tunggu... Guru - Tri harnanik atas asih

Tri harnanik atas asih, pekerjaan guru, pendidikan S1 pendidikan agama islam, UMJ Penulis novel, cerpen, puisi, artikel freelance

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jamu Mbok Sumi

21 Maret 2022   09:04 Diperbarui: 22 Maret 2022   13:42 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Nduk...ayo gek tangi,jare rep lomba kowe?"tanya Mbok Sumi membangunkan anaknya. Sejenak tubuh Warti menggeliat dan tangannya mengucek matanya. 

"Jam berapa ini Mbok?"tanya Warti sambil bergegas ke kamar mandi. Rumah yang sederhana hanya ada 2 kamar untuk tiga orang. Sementara kamar mandi ada di luar rumah. 

"Wes adzan subuh." jawab simboknya. Mbok Sumi sudah bangun dari sebelum subuh untuk menyiapkan sarapan dan jarang panas untuk mandiin suaminya. Kegiatan rutinitas itu ia lakukan tanpa mengeluh.Kadang kalau libur tugas Warti yang ngurusi Bapaknya.


Hari itu nampak Warti dengan semangatnya ia akan maju pentas. Mbok Sumi memberi bekal  nasi plus ikan lele kesukaannya agar ia semangat dalam lomba nanti. Diciumnya kening Warti dan tak lupa ia mendoakan anaknya.

"Semoga kamu menang ya,Nduk"kata Mbok Sumi lembut. Pamit bapakmu dan minta doanya." Bergegas Warti ke amben tempat bapaknya tidur. Sosok bapak yang begitu dikagumi beberapa tahun silam. Bapak yang kokoh bahunya memikul keranjang berisi rumput untuk ternak mereka. Bapak yang tak pernah marah saat Warti kecil bikin ulah. Sekarang bapak terlihat lemah tak perdaya.


Didekatkan mulutnya di samping telinga bapaknya."Pak hari ini Warti lomba menari. Doakan ya pak agar warti bisa menang dan membahagiakan bapak dan simbok.Selama ini Warti selalu merepotkan kalian."

 Laki-laki paruh baya yang terbujur lemah itu, pelan-pelan mengeluarkan isak tangis. Air keluar dari matanya yang lelah.Wartipun mencium kening bapaknya sebelum ia pergi.
Mbok Sumi mengantar Warti sampai depan pintu. Senyum tulusnya mengiringi kepergian anaknya. Warti melangkah dengan pasti, dilambaikan tangannya ke arah simboknya seolah-olah mencari dukungan di sana. Jarak 2 km tak membuatnya patah semangat untuk terus maju melawan kebodohan...
Mbok Sumi segera mengambil tenggok di dapur. Setelah berpamitan dengan suaminya iapun berkeliling kampung menjajakan jamunya.

"Jamu...Jamu...Jamunya buk..." Ada secercah harapan untuk anknya Warti. Semoga apa yang kaucita-citakan tercapai,Nduk.. Sambil berdoa iapun berjalan tertatih menghampiri setiap rumah menawarkan jamunya.

Kosakata:
Ngeses: mencari angin sambil duduk di serambi rumah
Nduk:panggilan anak perempuan
Bayen:melahirkan
Cah ayu:anak cantik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun