Mohon tunggu...
Asifatul Zannah
Asifatul Zannah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, Program Studi Tadris Biologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Daging Keong Tutut (Filopaludina Javanica) Sebagai Olahan Makanan di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon

1 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 31 Desember 2024   23:06 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi keong atau Tutut, 2024

Dokumentasi Pribadi, 2024
Dokumentasi Pribadi, 2024

Sabrina Ratu Vera 1), Jilan Fairuz 2), Nazwa Salsabilla 3), Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon. Jl. Perjuangan Sunyaragi, Cirebon 45132, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK

Keong tutut (Filopaludina javanica) adalah spesies gastropoda air tawar yang melimpah di Indonesia, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih minim. Artikel ini membahas potensi daging keong tutut sebagai sumber pangan bergizi tinggi, teknik pengolahan inovatif, dan peluang pengembangannya dalam industri kuliner. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis kandungan nutrisi dalam daging keong tutut, termasuk protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan, serta mengembangkan metode pengolahan daging keong tutut menjadi beragam olahan makanan yang berkualitas. Penelitian dilakukan melalui observasi dan studi literatur, yang berfokus pada kandungan nutrisi daging keong tutut, termasuk protein, lemak esensial, vitamin, dan mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong tutut memiliki kandungan protein hingga 20–25% per 100 gram dengan lemak rendah, menjadikannya alternatif makanan sehat. Berbagai metode pengolahan seperti pengasapan, pengeringan, dan penggilingan menghasilkan produk olahan inovatif, termasuk abon, keripik, dan sosis. Pemanfaatan keong tutut tidak hanya mendukung diversifikasi pangan lokal tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan dan peluang ekonomi masyarakat.

Keywords: Filopaludina javanica, keong tutut, sumber pangan, nutrisi, pengolahan makanan.

PENDAHULUAN

 Keong tutut (Filopaludina javanica) merupakan gastropoda air tawar yang umum dijumpai di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hewan ini memiliki cangkang berbentuk kerucut membulat dengan warna hijau kecoklatan hingga hitam. Ukuran cangkangnya dapat mencapai tinggi 85-100 mm dengan diameter 85-90 mm. Puncak cangkang relatif runcing, dan jumlah lingkaran (seluk) pada cangkang berkisar antara 6-7. Keong ini termasuk dalam famili Viviparidae. Keong tutut hidup di perairan tawar yang dangkal seperti sawah, rawa, pinggir danau, kolam, dan sungai kecil. Habitatnya biasanya berlumpur dengan aliran air lambat dan tumbuh-tumbuhan air di sekitarnya. Hewan ini memiliki toleransi adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga memiliki penyebaran luas di wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Keong tutut berperan penting dalam ekosistem sebagai konsumen primer dan sekunder, serta membantu proses dekomposisi material organik. Selain itu, hewan ini sering digunakan sebagai indikator kualitas air, karena kehadirannya mencerminkan kondisi fisik dan kimia lingkungan perairan (Mahruf, A., et al 2020).

Daging keong tutut merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup melimpah di wilayah perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Keong ini sering ditemukan di sawah, rawa, atau sungai yang memiliki ekosistem yang stabil (Gofriyanti, R. D., 2024). Meskipun memiliki potensi besar sebagai bahan pangan, keong tutut sering kali dianggap sebagai hama pada lahan pertanian, khususnya di daerah persawahan. Namun, jika diolah dengan tepat, keong tutut dapat menjadi sumber protein alternatif yang ekonomis dan bergizi tinggi. Hal ini menjadikannya bahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai olahan makanan yang dapat diterima oleh masyarakat luas (Noviya, C. B., 2018).

Keong tutut mengandung berbagai nutrisi penting, termasuk protein, lemak esensial, kalsium, fosfor, serta vitamin seperti B12. Kandungan proteinnya yang tinggi menjadikannya sumber nutrisi yang ideal untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Selain itu, rendahnya kadar lemak jenuh pada daging keong tutut membuatnya cocok untuk pola makan sehat (Nafis, F, 2020). Keunggulan lainnya adalah keberadaannya yang melimpah dan mudah diakses, terutama di daerah pedesaan, sehingga menjadikannya bahan pangan yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan lokal. Di sisi lain, isu-isu terkait keamanan pangan, regulasi pengolahan, serta strategi pemasaran untuk memperkenalkan produk ke pasar lokal dan internasional juga menjadi fokus pembahasan (Mujiono, N., 2019). Dengan pengelolaan yang tepat, keong tutut dapat berkontribusi pada penguatan ketahanan pangan, pelestarian ekosistem, serta pengembangan industri kuliner berbasis sumber daya lokal (Nurfadhilla, N., et all., 2020).

Keunggulan gizi dari daging keong tutut terletak pada kandungan protein yang tinggi, asam amino esensial, dan beberapa mineral penting seperti kalsium dan zat besi. Kandungan lemaknya yang rendah juga menjadikannya pilihan yang sehat bagi masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat mengenai manfaat daging keong tutut sebagai bahan makanan masih sangat rendah (Shaleh, A., & Budiman, F. M., 2020). Hal ini disebabkan oleh stigma negatif terhadap keong yang sering diasosiasikan dengan kebersihan yang kurang terjamin atau hanya dimanfaatkan secara tradisional sebagai pakan ternak. Dengan meningkatnya kebutuhan akan sumber pangan yang berkelanjutan, pemanfaatan keong tutut dapat menjadi salah satu solusi. Keong tutut mudah dibudidayakan dan memiliki ketersediaan yang melimpah di berbagai daerah, terutama di pedesaan (Aslami, H., Harris, H., & Widayatsih, T., 2014). Jika daging keong ini dapat diolah menjadi produk makanan yang menarik dan inovatif, seperti keripik, sosis, atau abon, maka peluang ekonominya akan meningkat. Selain itu, produk olahan dari daging keong tutut juga berpotensi memperkenalkan makanan berbasis lokal ke pasar yang lebih luas (Lailiyah, S., 2021).

Melalui mini riset ini, diharapkan dapat ditemukan metode pengolahan yang tepat serta formulasi produk yang menarik berbasis daging keong tutut. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak hanya memberikan solusi terhadap pemanfaatan sumber daya lokal yang belum optimal, tetapi juga mendorong masyarakat untuk mengubah persepsi mereka terhadap keong tutut sebagai bahan pangan yang bernilai tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2024 di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik observasi lapangan dan studi literatur. Observasi dilakukan untuk mendokumentasikan proses pengolahan dan potensi pemanfaatan keong tutut (Filopaludina javanica) sebagai bahan makanan. Studi literatur digunakan untuk menganalisis kandungan nutrisi, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta untuk mengeksplorasi berbagai teknik pengolahan inovatif yang relevan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi dalam daging keong tutut. Menentukan metode pengolahan daging keong tutut menjadi olahan makanan berkualitas tinggi dan bercita rasa menarik. Memberikan rekomendasi pemanfaatan keong tutut sebagai sumber protein alternatif dan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaatnya. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada kelimpahan populasi keong tutut di wilayah tersebut, yang memudahkan pengumpulan data dan pengembangan olahan makanan berbasis bahan lokal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil observasi yang dilakukan di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa keong tutut (Filopaludina javanica) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, termasuk protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral penting. Daging keong tutut mengandung protein berkualitas tinggi sekitar 20–25% per 100 gram, yang berperan penting dalam pertumbuhan, perbaikan jaringan tubuh, dan pembentukan enzim serta hormon (Marwoto & Nurinsiyah, 2009). Selain itu, kandungan lemak dalam daging ini tergolong rendah dan didominasi oleh lemak tak jenuh yang mendukung kesehatan kardiovaskular dan membantu penyerapan vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K (Babang & Ndahawali, 2024). Vitamin B1 (tiamin) yang terkandung dalam daging ini mendukung metabolisme energi, sedangkan vitamin B12 (kobalamin) berperan penting dalam pembentukan sel darah merah dan fungsi neurologis (Mamonto et al., 2023). Mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium juga terkandung dalam keong tutut, yang berkontribusi pada kesehatan tulang, fungsi saraf, serta pencegahan anemia (Mahruf et al., 2020).

Inovasi pengolahan keong tutut menjadi produk makanan memberikan peluang besar untuk pengembangan kuliner lokal. Beberapa olahan yang dihasilkan meliputi keripik keong tutut, abon, dan sosis. Keripik keong tutut dibuat melalui proses pengeringan dan penggorengan dengan tambahan bumbu khas untuk menghasilkan camilan yang renyah dan bergizi (Rosida & Priyanto, 2024). Abon keong tutut diproduksi dengan teknik pemasakan dan penyuwiran yang menghasilkan produk kaya protein, praktis, dan tahan lama. Sementara itu, sosis keong tutut diolah menggunakan daging yang dicampur dengan rempah-rempah dan bahan pengikat untuk menciptakan produk berbasis kuliner modern dengan nilai jual tinggi (Babang & Ndahawali, 2024).

Pemanfaatan keong tutut sebagai bahan pangan tidak hanya mendukung diversifikasi pangan lokal, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses terhadap sumber protein hewani lainnya (Shaleh & Budiman, 2020). Namun, pemanfaatannya menghadapi tantangan, seperti stigma negatif yang menganggap keong sebagai bahan makanan yang kurang higienis, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat nutrisinya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan edukasi masyarakat tentang cara pengolahan yang higienis dan bernilai gizi tinggi, serta promosi produk olahan keong tutut yang menarik dan mudah diterima oleh konsumen (Rosida & Priyanto, 2024).

Selain manfaat nutrisinya, keong tutut memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Pengembangan produk olahan berbasis keong tutut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan melalui budidaya dan pemasaran hasil olahan. Strategi pemasaran yang inovatif, termasuk branding dan distribusi yang menarik, diperlukan untuk memperluas pasar lokal maupun internasional (Lailiyah et al., 2021). Sebagai contoh, pengolahan keong tutut menjadi makanan tradisional seperti sup berbumbu rempah atau menjadi camilan modern seperti keripik dapat meningkatkan daya tarik konsumen (Babang & Ndahawali, 2024). Dengan demikian, keong tutut berpotensi menjadi bahan pangan alternatif yang mendukung ketahanan pangan dan memperkuat ekonomi lokal.

Gambar 1. Proses pencarian keong tutut di sawah
Gambar 1. Proses pencarian keong tutut di sawah

Gambar 2. Hasil olahan dari keong tutut
Gambar 2. Hasil olahan dari keong tutut

SIMPULAN

Pemanfaatan keong tutut (Filopaludina javanica) sebagai sumber pangan menunjukkan potensi sumber protein dan peningkatan ketahanan pangan. Keong tutut kaya akan kandungan nutrisi, termasuk protein, lemak sehat, serta berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, keong tutut juga memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai hidangan, mulai dari sup hingga sate. Dengan cara pengolahan yang tepat, keong tutut dapat menjadi alternatif makanan yang menarik dan bergizi, terutama di daerah yang memiliki akses terbatas terhadap sumber protein hewani lainnya. Pengembangan budidaya keong tutut juga dapat memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal, sehingga tidak hanya meningkatkan gizi masyarakat tetapi juga mendukung kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu, pemanfaatan keong tutut sebagai bahan pangan layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan keberagaman konsumsi pangan dan ketahanan pangan nasional.

REFERENSI

Aslami, H., Harris, H., & Widayatsih, T. (2014). Penambahan Tepung Keong Tutut (Bellamnya javanica) Dengan Komposisi Yang Berbeda Terhadap karakteristik Kerupuk. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan, 9(1).

Babang, K. R., & Ndahawali, S. (2024). Analisis Kandungan Kimia Mie Basah Keong Sawah (Pila ampullacea). JURNAL PENGOLAHAN PERIKANAN TROPIS, 2(1), 117-126. Press.

Gofriyanti, R. D. (2024). Korelasi Ukuran Cangkang Keong Tutut Filopaludina javanica (Mollusca: Gastropoda: Viviparidae) dengan Jumlah Embryonic shell: Correlation of the shell size of Filopaludina javanica (Mollusca: Gastropoda: Viviparidae) and the Number of Embryonic Shells. Sains dan Matematika, 9(1), 28-31.

Lailiyah, S., Arfiati, D., Hertika, A. M. S., Arum, N. D. K., & Catur, B. N. (2021). The effectiveness of Filopaludina javanica and Sulcospira testudinaria in reducing organic matter in catfish (Clarias sp.) aquaculture wastewater. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 13(1), 106.

Mahruf, A., Rahim, A. R., & Aminin, A. (2020). Analisis Kandungan Protein, Lemak dan Kadar Air Keong Air Tawar (Filopaludina Javanica) di Sungai Waung Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 3(2), 1-13.

Mamonto, E. W., Mingkid, W. M., Monijung, R. D., Pangkey, H., & Bataragoa, N. E. (2023). Pertumbuhan lobster air tawar Cherax quadricarinatus (Von Martens, 1868) yang diberi pakan Keong Tutut Jawa Filopaludina javanica (Von Dem Busch, 1844). e- Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 11(1), 10-16.

Marwoto, R. M., & Nurinsiyah, A. S. (2009). Keanekaragaman keong air tawar marga Filopaludina di Indonesia dan status taksonominya (Gastropoda: Viviparidae). In Prosiding Seminar Nasional Moluska II (pp. 11-12).

Marwoto, R. M., & Isnaningsih, N. R. (2014). Tinjauan keanekaragaman moluska air tawar di beberapa situ di DAS Ciliwung-Cisadane. Berita Biologi, 13(2), 181-189.

Mujiono, N., Afriansyah, A., Putera, A. K., Atmowidi, T., & Priawandiputra, W. (2019). Keanekaragaman dan komposisi keong air tawar (mollusca: gastropoda) di beberapa Situ Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. LIMNOTEK-Perairan Darat Tropis di Indonesia, 26(2).

Nafis, F. F. A., Rahmawati, N. L., A’dawiyah, R., Katmawanti, S., & Wardani, H. E. (2020, December). KELIA, A Liquid Organic Fertilizer Made of Tutut Snails for A Good Tomato Growth. In The 1st International Scientific Meeting on Public Health and Sports (ISMOPHS 2019) (pp. 144-148). Atlantis Press.

Noviya, C. B. (2018). Uji Efektivitas Keong Tutut Jawa (Filopaludina Javanica) Dengan Kerapatan Yang Berbeda Dalam Penurunan Kadar Bahan Organik Total (Bot) Pada Air Buangan Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Nurfadhilla, N., Nurruhwati, I., Sudianto, S., & Hasan, Z. (2020). Tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tutut (filopaludina javanica) di Waduk Cirata Jawa Barat. Jurnal Akuatika Indonesia, 5(2), 61-70.

Rosida, D. F., & Priyanto, A. D. (2024). Keong sebagai Sumber Nutrisi Protein Hewani dan Pangan Fungsional. Malang: Unisma Press.

Shaleh, A., & Budiman, F. M. (2020). Rancang Bangun Rangka pada Mesin Pencuci Keong Sawah. Jurnal TEDC, 14(1), 1-7.

ZIDANE, M. R. (2023). PENGARUH KEBERADAAN KEONG MAS (PILA AMPULLACEA) DAN KEONG TUTUT (BELLAMIYA JAVANICA) TERHADAP PERTUMBUHAN GUILMA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun