Mohon tunggu...
Asifatul Zannah
Asifatul Zannah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, Program Studi Tadris Biologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Daging Keong Tutut (Filopaludina Javanica) Sebagai Olahan Makanan di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon

1 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 31 Desember 2024   23:06 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi keong atau Tutut, 2024

Melalui mini riset ini, diharapkan dapat ditemukan metode pengolahan yang tepat serta formulasi produk yang menarik berbasis daging keong tutut. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak hanya memberikan solusi terhadap pemanfaatan sumber daya lokal yang belum optimal, tetapi juga mendorong masyarakat untuk mengubah persepsi mereka terhadap keong tutut sebagai bahan pangan yang bernilai tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2024 di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik observasi lapangan dan studi literatur. Observasi dilakukan untuk mendokumentasikan proses pengolahan dan potensi pemanfaatan keong tutut (Filopaludina javanica) sebagai bahan makanan. Studi literatur digunakan untuk menganalisis kandungan nutrisi, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta untuk mengeksplorasi berbagai teknik pengolahan inovatif yang relevan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi dalam daging keong tutut. Menentukan metode pengolahan daging keong tutut menjadi olahan makanan berkualitas tinggi dan bercita rasa menarik. Memberikan rekomendasi pemanfaatan keong tutut sebagai sumber protein alternatif dan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaatnya. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada kelimpahan populasi keong tutut di wilayah tersebut, yang memudahkan pengumpulan data dan pengembangan olahan makanan berbasis bahan lokal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil observasi yang dilakukan di Desa Samben, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa keong tutut (Filopaludina javanica) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, termasuk protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral penting. Daging keong tutut mengandung protein berkualitas tinggi sekitar 20–25% per 100 gram, yang berperan penting dalam pertumbuhan, perbaikan jaringan tubuh, dan pembentukan enzim serta hormon (Marwoto & Nurinsiyah, 2009). Selain itu, kandungan lemak dalam daging ini tergolong rendah dan didominasi oleh lemak tak jenuh yang mendukung kesehatan kardiovaskular dan membantu penyerapan vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K (Babang & Ndahawali, 2024). Vitamin B1 (tiamin) yang terkandung dalam daging ini mendukung metabolisme energi, sedangkan vitamin B12 (kobalamin) berperan penting dalam pembentukan sel darah merah dan fungsi neurologis (Mamonto et al., 2023). Mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium juga terkandung dalam keong tutut, yang berkontribusi pada kesehatan tulang, fungsi saraf, serta pencegahan anemia (Mahruf et al., 2020).

Inovasi pengolahan keong tutut menjadi produk makanan memberikan peluang besar untuk pengembangan kuliner lokal. Beberapa olahan yang dihasilkan meliputi keripik keong tutut, abon, dan sosis. Keripik keong tutut dibuat melalui proses pengeringan dan penggorengan dengan tambahan bumbu khas untuk menghasilkan camilan yang renyah dan bergizi (Rosida & Priyanto, 2024). Abon keong tutut diproduksi dengan teknik pemasakan dan penyuwiran yang menghasilkan produk kaya protein, praktis, dan tahan lama. Sementara itu, sosis keong tutut diolah menggunakan daging yang dicampur dengan rempah-rempah dan bahan pengikat untuk menciptakan produk berbasis kuliner modern dengan nilai jual tinggi (Babang & Ndahawali, 2024).

Pemanfaatan keong tutut sebagai bahan pangan tidak hanya mendukung diversifikasi pangan lokal, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses terhadap sumber protein hewani lainnya (Shaleh & Budiman, 2020). Namun, pemanfaatannya menghadapi tantangan, seperti stigma negatif yang menganggap keong sebagai bahan makanan yang kurang higienis, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat nutrisinya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan edukasi masyarakat tentang cara pengolahan yang higienis dan bernilai gizi tinggi, serta promosi produk olahan keong tutut yang menarik dan mudah diterima oleh konsumen (Rosida & Priyanto, 2024).

Selain manfaat nutrisinya, keong tutut memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Pengembangan produk olahan berbasis keong tutut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan melalui budidaya dan pemasaran hasil olahan. Strategi pemasaran yang inovatif, termasuk branding dan distribusi yang menarik, diperlukan untuk memperluas pasar lokal maupun internasional (Lailiyah et al., 2021). Sebagai contoh, pengolahan keong tutut menjadi makanan tradisional seperti sup berbumbu rempah atau menjadi camilan modern seperti keripik dapat meningkatkan daya tarik konsumen (Babang & Ndahawali, 2024). Dengan demikian, keong tutut berpotensi menjadi bahan pangan alternatif yang mendukung ketahanan pangan dan memperkuat ekonomi lokal.

Gambar 1. Proses pencarian keong tutut di sawah
Gambar 1. Proses pencarian keong tutut di sawah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun