Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hati-hati Memberikan Stimulus Kepada Anak

4 September 2018   04:44 Diperbarui: 4 September 2018   18:58 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bila belum 5 tahun ke atas anak Anda masih saja sulit bicara, jangan cepat-cepat menudingnya dengan speech delay. Namun, bisa bicara ketika baru berumur 2 tahun, otangtua juga kudu waspada.

"Walau saya cerewet, tapi anak saya kok, malah belum bisa ngomong. Teman-teman seusianya telah banyak yang "cas cus" keluh Susi tentang Rini, anak perempuannya yang sekarang telah berumur 3 tahun 1 bulan.

Wajar jika Susi keheranan dan cemas. Sebab, umumnya, kan like mother, like daughter - anak putri cenderung meniru kebiasaan ibunya. Apalagi, si anak juga sering diasuh oleh neneknya - yang juga cerewet - selama hitungan bulan ketika Susi sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor.

Agaknya Susi tidak akan bingung dan heran lagi, kalau mendengar apa yang diungkapkan oleh Nuran Abdat M.Psi., seorang psikolog dari Brawijaya Clinic Kemang.

Sebab, menurut Nuran, terdapat 3 hal yang mesti diperhatikan orangtua kalau anaknya tak dapat berbicara lancar di usia itu. Yaitu anak tak paham bahasa verbal yang disampaikan, anak tak paham bahasa reseptif, dan anak tak bisa merespon komunikasi dua arah.

Namun, kata psikolog ini lagi, pada kasus Rini tersebut bukan tiga hal tadi yang menjadi penyebabnya. Justru sikap ibunyalah yang cerewet yang menjadi penyebabnya. Alih-alih mau menstimulir, si kecil malahan menjadi tak memiliki kesempatan untuk ngomong.

"Ketika komunikasi dengan buah hati, orangtua kerap cuma memberikan perintah atau memaksa keinginan serta pandangan mereka sendiri, dengan tidak memberikan kesempatan si kecil untuk melemparkan umpan balik. Dengan demikian stimulasi menjadi tidak optimal sebab si kecil tak pernah diberi waktu untuk berekspresi dan cuma jadi pendengar yang pasif," ungkapnya.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk membuka ruang berkomunikasi dua arah dengan cara mendengar ketika si buah hati bercerita atau mengeluarkan pendapatnya.

"Orangtua sebaiknya selalu mendengar apa yang si kecil ucapkan. Si kecil memerlukan orang yang bisa mengoreksi kesalahannya. Jangan sampai anak putus asa untuk berbicara. Sesudah selesai, barulah kemudian diberi arahan yang tepat jika ada ucapannya yang salah," saran Nuran.

Cara orangtua berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak memegang peranan penting dalam mengasah kemampuan berbahasa dan berbicara anak. Namun sayang, banyak orangtua tak menyadari itu.

Tapi, orangtua yang diam atau malas untuk mengajak si kecil berbicara panjang lebar, ini juga berdampak yang kurang lebih sama pada si kecil. Orangtua cuma berucap satu atau dua patah kata dan jika si anak bertanya, jawaban yang diberikannya amat singkat.

Lewat gaya komunikasi seperti demikian, tidak aneh bila kemampuan berbahasa si buah hati tak terarah secara maksimum. Perbendaharaan kata yang dipunyai si anak jadi terbatas dan anak pula menjadi kurang terpicu untuk berfikir logis serta analitik.

"Sejak anak masih bayi, orangtua mesti aktif mengajak anaknya berbicara dan berinteraksi di manapun dan kapanpun. 'kenapa sedih sayang? Kamu haus ya? Ingin makan? Nanti, ibu bikinin' atau 'siapa sudah mandi?' 'Cium dulu dong'. Walau berkesan simpel, mengajak si kecil berkomunikasi semenjak dini seperti itu, bakal melatih kemampuan berbicaranya," ungkap Nuran.

Seterusnya, ketika anak telah bisa merespon pembicaraan, perhatikanlah setiap ucapannya. Kalau terjadi kekeliruan, usah ragu menanyakan lagi maksud pernyataan anak. Contohnya, saat anak berucap "buyung" padahal yang dimaksud adalah "burung", cepat perbaiki dengan ejaan yang tepat supaya bisa dituruti olehnya.

Hindarkan upaya memahami bila si kecil berkomunikasi dengan menggunakan "kode". Sebagian anak yang belum lancar bicara lebih memilih komunikasi dengan menggunakan body language (bahasa tubuh). Seperti menunjukkan sesuatu yang dimaui olehnya.

"Bila komunikasi menggunakan bahasa tubuh, ajak anak bergerak untuk mengetahui apa yang diinginkannya sembari menjelaskan apa yang dimaksud. 'oh, Dede mau makan', misalnya," jelas Nuran.

Bagaimana jika si kecil mengalami keterlambatan bicara?

Nuran menyarankan orangtua tak cepat-cepat melabeli speech delay (terlambat bicara). Setidaknya hingga si anak berumur lima tahun.

"Anak baru dapat disebut mengalami keterlambatan bicara, ketika umurnya di atas lima tahun. Orangtua kudu sabar sampai anak berumur tiga tahun untuk mengenali apakah dia mengalami speech delay. Kalau masih di bawah tiga tahun, orangtua cuma butuh memberikan stimulus kepada si kecil dengan cara sering melakukan komunikasi dengannya," kata Nuran lagi.

Tentang stimulus yang dapat dilakukan oleh orangtua, Nuran memberikan beberapa tips sebagai berikut ini.

1. Main bersama

Kegiatan bermain adalah salah satu stimulasi untuk perkembangan bahasa anak secara optimal. Mengajak si kecil bermain flash card, contohnya, bakal bisa menambah kosakata yang baru. Jadikan aktivitas ini sebagai aktivitas sehari-hari dan terstruktur. Arahkan si kecil untuk meniru ucapan Anda sembari menunjukkan gambar yang dimaksud. Ketika anak telah dapat menyebut nama-nama benda pada gambar itu, biarkan dia yang mengucapkannya sendiri.

2. Ajak berinteraksi dengan teman yang sebaya

Dengan bertemu teman yang sebaya, anak belajar cara bermain, bersosialisasi, dan cara bicara. Interaksi dengan teman-teman sebaya pula bakal memperkaya kosakata yang dipunyai anak. Ajarkan anak untuk menyapa lantas mengajak anak lainnya untuk main bersama.

3. Hindarkan terlampau lama menonton TV dan bermain gadget

Menonton televisi adalah aktivitas yang pasif sebab si anak cuma menerima tanpa mesti memproses dan mencerna informasi yang masuk. 

Pada jangka panjang, kemampuan berbicara dan berbahasa akan terhambat perkembangannya karena dengan hanya menonton televisi tanpa memerlukan respon dari penontonnya, sel-sel otak akan diam saja. Penggunaan gadget secara berlebihan juga bisa menjadi penyebab keterlambatan berbicara pada anak. Ketika main gadget, ruang komunikasi cuma terjadi searah sebab anak hanya menuruti instruksi tanpa ada kebutuhan berbicara.

4. Hindarkan menggunakan bahasa secara bersamaan

Ketika si kecil berada dalam tahap belajar bercakap, sebaiknya orangtua cuma memakai satu bahasa ketika berkomunikasi dengan anak. Memakai lebih dari satu bahasa secara bersamaan bisa membikin anak kehilangan fokus dan bingung.

Nah, jika memang tak ada kelainan pada anak, biasanya stimulus tepat yang diberikan dengan penuh kasih sayang bisa mengasah keterampilan bicaranya. Tapi kalau Anda begitu cemas mengenai kemungkinan buah hati memerlukan terapi bicara, Anda dapat berkonsultasi dengan pada ahli seperti psikolog, psikiater, atau dokter spesialis.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun